Friday, 30 August 2013

In Memoriam: "BEN PASARIBU" - by: Michael Gunadi Widjaja

In Memoriam: "BEN PASARIBU"
by: Michael Gunadi Widjaja

sumber: malaymusic

Orang kebanyakan hanya mengenal jenis musik seperti Klasik, Pop, Jazz, dan Rock. Belum banyak orang yang mengenal dengan apa yang disebut Musik Kontemporer. Musik Kontemporer memang bukanlah genre musik yang gemerlap. Musik Kontemporer senantiasa mengolah lakunya sendiri untuk senantiasa menjalankan sebuah pembaharuan. Itulah mengapa keberadaan Musik Kontemporer seolah “terasing” di tengah hingar bingar dan gegap gempita serta gemerlapnya jenis musik yang lain. Keadaan ini tidak saja terjadi di tanah air, di negara Eropa dan Amerika Serikat pun Musik Kontemporer harus menikmati kesunyiannya.

Musik Kontemporer secara popular dapat dimaknai sebagai musik yang mengedepani jaman. Untuk senantiasa mengedepani jaman itulah, Musik Kontemporer senantiasa mengupayakan hal baru. Baru dalam arti tata gramatika dan idiom bermusik, baru dalam konsep maupun baru dalam penggunaan ragam alat musik dan eksplorasi terhadap bunyi. Tautan dari pembaharuan ini adalah revitalisasi atau pemberian “daya hidup” yang baru bagi Musik Tradisi. Wujud nyatanya berupa garapan musik gendhing dengan tata komposisi Musik Barat atau gamelan yang diperlakukan tidak lagi sebagai sebuah ensembel, namun tiap piranti gamelan dapat berdiri sendiri - tentu dengan teknik permainan yang mengeksplorasi bunyi dengan cara baru.

Nilai positif dari pertumbuhan Musik Kontemporer adalah hidupnya kembali Musik Tradisi. Musik Tradisi seolah mendapat “baju baru” untuk bersama-sama berbicara dengan sama lantang pada blantika musik dunia. Di Indonesia, ada tiga tokoh utama Musik Kontemporer: Sapto Rahardjo, Slamet Abdul Sjukur, dan Ben Pasaribu.

Alm. Sapto Raharjo


Slamet Abdul Sjukur

Senin 6 Desember 2010, jam 11.36 saya menerima kabar dari Wisma Seni Surakarta: Berita lelayu telah berpulang Ke Rahmatullah Komponis Ben Pasaribu pada jam 03.00 dini hari di Rumah Sakit Monginsidi Medan. Keterkejutan segera menjadi prelude bagi cantus firmus duka yang terjalin dalam requiem sanubari.


Ben Pasaribu lahir 1961 di Tarutung, menyelesaikan studinya di IKIP Medan, dan menjadi dosen musik Universitas Nomensen Medan. Ben juga memperdalam studi musik di Marymount College of Music di New York, kemudian Wesleyan University Middletown. Ben Pasaribu adalah seorang komponis dan juga perkusionis yang handal. Dia adalah cucu dari Amir Pasaribu - pianis, kritikus musik, dan komposer utama Indonesia. Dalam mata rantai sejarah musik, Ben Pasaribu berada dalam kategori Musik Baru yang menggunakan idiom Musik Barat dan Musik Indonesia. Ben Pasaribu adalah satu satunya orang Indonesia yang pernah main bersama dan berada dalam satu proyek musik bersama Alvin Lucier, komponis terkemuka dunia untuk Musik Kontemporer.

Karya Ben Pasaribu umumnya diperuntukkan bagi alat perkusi dan alat elektronik. Beberapa karya yang monumental adalah:
  • Nerhen Surasura: untuk perkusi dan tape yang berisi rekaman mantra dukun 
  • Patotorhon Samboan (1992) 
  • Imaginary Ceremony (1989) yang adalah karya untuk tiga instrumen apapun. Dipentaskan pada pertemuan komponis International Gaudeamus di Amsterdam
Perkenalan saya dengan Ben Pasaribu berawal sejak Ben menjadi pimpinan redaksi jurnal berkala "SVARA", yakni jurnal yang sekaligus forum bagi para komponis Musik Kontemporer, yang menghubungkan komponis di Indonesia dengan komponis di negara lain. Saat itu 1997 dan saya adalah komposer pemula untuk Musik Kontemporer. Mas Ben dan almarhum Mas Sapto Rahardjo membimbing saya dengan intens bagai seorang kakak. Meski jarak tempat tinggal kami sangat berjauhan, komunikasi dan bimbingan saat itu dilakukan dengan telepon dan pengiriman komposisi via pos.

Ben Pasaribu adalah pribadi yang santun, humoris dengan humor-humor berintelektualitas tinggi. Badannya yang besar serta sikapnya yang sangat menghormati rekannya menjadikan Ben pasaribu adalah sosok Bapak dalam dunia Musik Kontemporer Indonesia. Saat saya mewakili Indonesia pada The 20th Festival and Conference dari Asian Composer League 1999, Ben Pasaribu setia mendampingi saya dengan celotehan tentang musik. Pernah saat kami makan bersama, Ben menceritakan anekdot segar tentang Pak B.J. Habibie.

Kini Ben Pasaribu telah berpulang ke hadiratNya. Satu lagi tokoh besar Musik Indonesia telah tiada. Yang agaknya menjadi perhatian kita adalah in memoriam Ben Pasaribu dalam kekayaan nuansa karyanya dan tujuan luhur agar Musik Tradisi nusantara dapat berkata lebih lantang di forum musik dunia.

"Mas Ben, selamat jalan sahabat….
mainkan gondangmu bersama nyanyi dan sangkakala surgawi!"

Another link:

2 comments:

  1. YUK JOIN DAN MAINKAN POKER DAN DOMINO ONLINE BERSAMA ZOYA99.COM
    DAPATKAN EXTRA BONUS SELAMA BERMAIN DISINI
    * BONUS ROLINGAN
    * BONUS REFERALL
    DAN RASAKAN PELAYANAN CS YANG SANGAT BERPENGALAMAN HANYA DISINI
    UNTUK INFO LEBIH JELAS, SILAHKAN HUBUNGIN CS KAMI ONLINE 24JAM!!
    • Pin BBM D8B82A86
    •Pin BBM 2BE5BC31
    •Line : zoya_qq
    •WA : +85515370075accc

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.