Saturday 23 June 2012

Napak Tilas Musik Jazz


NAPAK TILAS MUSIK JAZZ
Oleh: Michael Gunadi Widjaya
(Artikel majalah STACCATO edisi Juni 2012)


Musik Jazz pada awalnya bukanlah sebuah musik yang popular, namun dalam perkembangannya, Musik Jazz mampu mengepakkan sayap dan menghembuskan pengaruhnya pada berbagai genre musik, tak terkecuali Musik Populer. Konsekuensi dari merebaknya pengaruh Jazz dalam berbagai genre musik adalah bahwa Jazz itu sendiri menerima banyak masukan elemen dari genre musik lainnya. Inilah yang membuat sulit dan agak repot memindai ciri utama Jazz dalam ranah musikal di era sekarang ini.

Istilah JAZZ sendiri lahir belakangan setelah Blues lebih dahulu populer. Blues menjadi populer karena meneriakkan sebuah pemberontakan; Pemberontakan yang tetap berbalut nuansa estetis yang tidak chaostic. Kepopuleran Blues melahirkan sebuah pemberontakan yang lebih radikal dalam batasan pendobrakan normatif golongan kulit putih, termasuk kemapanan normatif dalam musik orang kulit putih saat itu, yakni Musik Klasik, Pendobrakan kemapanan ini dilakukan dengan menyemburatkan aura jiwa yang ingin bebas, yakni IMPROVISASI dan inilah jiwa dan kesejatian dari Jazz.

Mungkin akan menarik jika sekilas menelisik napak tilas Musik Jazz. Untuk sejenak mencecap makna akan jenis musik yang merupakan bagian sublim dari eksistensi hakekat manusia. Jazz yang identik dengan bebas bertanggung jawab.



RAGTIME

Perkembangan Jazz diawali dengan era Ragtime. Banyak kritikus yang berujar bahwa era Ragtime adalah sebuah era saat kaum kulit hitam mencoba memainkan instrumen musik orang kulit putih, tanpa kenal aturan normatif musikalnya. Dengan kata lain, Ragtime adalah musik putih yang dimainkan dengan rasa hitam. Banyak pula musikolog yang menyebut era Ragtime ini dengan istilah “The Golden Age of Straight Piano” - Piano solo tanpa pengiring dengan norma musikal baru. Legenda dari era ini adalah Scott Joplin dengan master piecenya “The Entertainer.”


DIXIELAND

Dixieland merupakan era terpenting dalam perkembangan musik Jazz. Dalam era inilah Jazz mulai mendapat bentuk yang sedikit makmur. Mulai dipergunakan alat tiup. Orang kulit putih pun mulai tertarik memainkan musik Jazz. Meski istilah Jazz sendiri belum dikenal. Pusat dari sinkretisme budaya tersebut terjadi di kota New Orleans. Saat itu dikenal Jazz rasa putih dan Jazz rasa hitam. Jazz rasa putih masih kental dibumbui kepatuhan normatif dari Musik Klasik. Perkataan Dixieland itu sendiri merujuk pada istilah bagi Jazz rasa putih.

Istilah Jazz muncul pertama kali dalam koran San Francisco Buletin terbitan 6 Maret 1913. Saat itu Jazz ditulis sebagai “Jass” dengan dua s. Istilah Jazz seperti kita kenal sekarang barulah muncul pada 5 Agustus 1917 dalam harian The New York Sun.

Ada sebuah fenomena dalam era Dixieland ini.Yakni kiprah sang legenda Jazz, Louis Armstrong. Hit nya adalah “Hello Dolly” yang diadaptasi dari sandiwara panggung karya Jerry Herman.



SWING

Setelah melewati satu dekade timbulah era Swing. Ciri era ini adalah dipergunakannya metrum 4/4 sebagai sajian forma utuh setelah dalam era sebelumya didominasi metrum 2/4. Era Swing adalah sebuah era penting dalam napak tilas perkembangan musik Jazz. Dalam era Swing inilah musik Jazz untuk pertama kalinya diorkestrasi. Duke Ellington adalah pengukir sejarah dalam fenomena ini. Masterpiece adalah Take The “A” Train. Duke Ellington termasuk komposer yang sangat produktif. Dalam segala suasana dia bisa mengkomposisi, termasuk saat di WC. And it’s true! Kadang sketsa tematiknya disketsa dengan toilet paper.

Swing dengan orkestrasinya kemudian menjadi pakem, menjadi patokan akan rasa Jazz yang dikenal dan dipegang teguh hingga detik ini. Orang kemudian mengapresiasi beberapa stillo atau gaya dalam era ini. Ada yang menyebut Bluesy Swing, Classic Swing, Popular Swing, bahkan diklaim sebagai Mainstream Jazz. It’s ok dan sah-sah saja meski agak membuat kepala pusing ya...



BEBOP

Sifat kebebasan dalam era Swing mulai mendapat ranah yang lebih spesifik dalam era Bebop. Meski terdengar saling berkejaran dan tiap instrumen seolah berimprovisasi mandiri, sebetulnya kerangka improvisasi dalam Bebop sangatlah ketat. Di era ini Big Band pun mulai bermunculan. Yang paling fenomenal adalah big band pimpinan dari Glenn Miller yang kemudian berkembang menjadi orkes Jazz. Saat membicarakan tentang Bebop, orang tidak akan pernah lupa pada Charlie Parker dan Dizzie Gillespie dengan terompet berbentuk tanduk rusa nya.


COOL JAZZ

Kecemerlangan Swing dan Bebop pada akhirnya memudar. Saat jaman keemasan kedua aliran utama Jazz itu surut, timbulah aliran Cool Jazz. Berciri cool, halus, dan tenang. Cool Jazz banyak melahirkan legenda Jazz yang dikenang hingga sekarang. Miles Davis - sang legenda Jazz sepanjang masa, John Lewis, dan Tedd Dameron. Miles Davis meski berasal dari era Cool Jazz, Pengaruhnya mengimbas sampai pada Jazz Modern, terutama frase trumpetnya yang hemat nada namun sangat efektif. Juga penampilan Miles Davis yang dingin dan cuek menjadi kegemaran banyak pemusik Jazz


HARD BOP

Era ini dimulai saat Quincy Jones yang waktu itu masih belia, memainkan Bebop dengan gaya yang lebih modern - yakni mengorkestrasi Bebop dengan disiplin musik Klasik Eropa. Selain disiplin musik klasik Eropa juga dihembuskan sesuatu yang berbeda - dalam arti nyaris mendahului eranya. Fenomena ini dipelopori Modern Jazz Quartet yang merupakan Quartet Jazz paling melegenda. Disiplin musik Klasik dan elemen elemen kontemporer pada saat itu menarik juga aliran musik Avant garde. Bersama sama kemudian timbullah era Free Jazz.


FREE JAZZ

Dikatakan Free Jazz karena dalam era ini banyak pengaruh musik tradisi dari banyak negara bahkan banyak benua. Take Five” oleh Dave Brubeck. Dengan materi garapan metrum 5/4 yang merupakan pengaruh musik India. “Desafinado” oleh Stan Getz (saxophone) dan Charlie Byrd (guitar) yang adalah reinkarnasi musik tradisional Brazil. Lagu “Exodus” dari Eddie Harris yang adalah sebuah bentuk lain dari musik R’n B. Kemudian ada juga pengaruh musik Timur Tengah, seperti yang dibawakan oleh John Coltrane dan Yusuf Latief.

Tahun-tahun kejayaan Free Jazz mencapai puncaknya pada sebuah festival “Jazz Meets World” atau Jazz menyapa dunia di Berlin bagian barat pada tahun 1967. Indonesia mengikuti festival tersebut diwakili oleh Indonesian All Stars yang beranggotakan: Bubi Chen, Jack Lesmana, Yopie Chen, Benny Mustafa, Maryono dan seorang klarinetis tamu Tony Scott (USA).


FUSION

Perbedaan Fusion dengan Free Jazz bisa diilustrasikan demikian: Free Jazz adalah Jazz yang menerima elemen genre musik lain, sedangkan FusionJjazz, elemen genre musik lain tersebut bukan hanya mempengaruhi melainkan berdifusi atau melebur. Jadi dapat dikatakan bahwa Fusion adalah sebuah genre original tersendiri dalam napak tilas musik Jazz.

Orang sering mengatakan bahwa Fusion bukanlah Jazz karena elemen-elemen yang terdapat pada era Mainstream teutama era Swing, menjadi pudar akibat fusi dari elemen genre musik lain. Sebetulnya idiomatik dan tata gramatik Jazz tetap dipertahankan dalam musik Fusion Jazz. Dan jiwa Jazz yakni improvisasi, dalam Fusion Jazz malahan tampil lebih kental. Hanya saja corak atau tipikal improvisasinya yang tak lagi mempergunakan kerangka improvisasi era Swing.

Secara esensial dapatlah dikatakan bahwa konsep musikal Jazz Fusion adalah:  Jazz + Rock + Rhythm & Blues + elemen genre musik outside Jazz.

Para macan Jazz yang kita kenal sekarang lebih sering mengusung Fusion Jazz, meskipun pendekatan musikal tetap saja memakai pakem Jazz yang baku. Mereka adalah Chick Corea, Dave Grusin dan terutama pianis yang sangat ekspresif Keith Jarrett.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.