Showing posts with label tips. Show all posts
Showing posts with label tips. Show all posts

Wednesday, 7 May 2025

"TAKUT AH!": SUARA HOROR - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2025

“TAKUT AH!”
SUARA HOROR
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2025


Dalam dunia perfilman, hanya sedikit genre musik yang memiliki kekuatan untuk memikat penonton dan sekaligus membuat mereka gemetar. Salah satunya adalah musik film horor. Terlebih dahulu ada baiknya kita menelisik dengan sedikit agak cermat, apa sih yang membuat rasa takut itu muncul saat kita menonton film horor? Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman ini, salah satu elemen yang sering diabaikan namun sangat diperlukan adalah musiknya.

 

Dalam dunia pembuatan film, tujuan utamanya adalah untuk melibatkan penonton pada tingkat emosional, dan untuk tujuan ini, tidak ada genre yang mencapai hal tersebut secara lebih intens daripada horor. Film horor dirancang untuk membangkitkan ketakutan dan ketegangan, yang bertujuan untuk meninggalkan dampak jangka panjang pada penonton, lama setelah kredit filmnya sudah diputar. Untuk mencapai hal ini, pembuat film harus mendalami psikologi ketakutan. Jadi, mari kita lihat apa itu psikologi rasa takut dan bagaimana musik horor memainkan peran penting di dalamnya.

Saturday, 27 May 2023

SAAT - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2023

“SAAT”
By: Michael Gunadi
Staccato, June 2023


Seorang guru gitar sedang gundah gulana, bingung lintang pukang. Dia bingung memainkan karya BACH PRELUDE dari Lute Suite BWV 998. Yang membuatnya bingung adalah bahwa di score nya sama sekali tak ada petunjuk seberapa cepat Prelude tersebut dimainkan. Karena dia produk jaman sekarang, mulailah ia mencari jawaban kegundahannya pada GOOGLE. Eeeee gak ketemu. Dia kemudian mencari contoh para Maestro. Dibukalah YOUTUBE. Di YouTube dia lihat permainan John Christopher William, Julian Bream, Andres Segovia, Juara-juara Kompetisi Gitar Dunia, semua memainkan Prelude Bach BWV 998 dengan sangat lambat.



Monday, 1 May 2023

BOSAN - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2023

“BOSAN”
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2023

 

“Lagunya itu itu doank”..... uuuuuufffff...... bosaaaaannn.... cape dech :(

 

Kalimat di atas memang sebuah kalimat dalam dialek Betawi. Jika hendak dipadankan dalam bahasa Indonesia “baku”, kalimat tersebut kira-kira bermakna: lagunya hanya itu-itu saja. Kata “itu-itu” saja menunjukkan sebuah hamparan pilihan yang terbatas. Sedemikian terbatasnya hingga nampaknya malah hampir tak ada lagi pilihan. Sehingga, wajar jika nuansa yang terasa adalah nuansa kebosanan dan kejenuhan.

 

KONDISI TERBATAS

Kata “itu-itu” yang sudah menunjukkan hamparan pilihan yang sangat terbatas, masih juga ditambah kata “doank”. Nampaknya ini adalah sebuah ungkapan yang ingin menekankan secara tandas suatu keadaan yang benar-benar tanpa pilihan. Dalam kalimat tersebut, keadaan tanpa pilihan diletakkan dalam konteks lagu. Lagu yang adalah salah satu manifestasi musik.

 

Lagu yang adalah pengejawantahan nilai estetis dalam rasa terhadap bunyi. Dan lagu yang adalah metamorfosa seni bunyi. Sebuah sublimasi karsa dalam karya, yakni kehidupan itu sendiri. Jadapakah kalimat “lagunya itu-itu doank” merujuk pada sebuah kehidupan yang tanpa pilihan sama sekali??? Boleh jadi dan bisa jadi, sinyalemen ini benar adanya. 

Sunday, 4 December 2022

KIAT PRAKTIS BAGI PENATA BUNYI PEMULA - by: Michael Gunadi

KIAT PRAKTIS 
BAGI PENATA BUNYI PEMULA
By: Michael Gunadi


Istilah Penata Bunyi, memang bukan padanan bagi istilah Sound Engineering. Seorang Sound Engineering adalah seseorang yang memiliki track record perolehan pengetahuan tata bunyi melalui jalur akademik. Baik sekolah, kursus maupun workshop atau seminar yang sifatnya berkala dan terprogram. Banyak Sound Engineering yang malahan sudah mendapat sertifikasi. Baik secara nasional di negaranya maupun sertifikasi Internasional. Seorang Penata Bunyi, sebetulnya bisa siapa saja. Tentu sejauh ia memiliki pengetahuan dasar tata bunyi, meskipun serba sedikit dan memperoleh kesempatan untuk mempraktekkannya.

 

Semenjak era Pandemi Covid 19, kebutuhan ketrampilan untuk menata bunyi menjadi meningkat. Para karyawan yang terpaksa work from home, sebetulnya perlu juga “menjadi penata bunyi” agar mutu audio online nya menjadi layak dengar dan tidak mengganggu lawan bicaranya. Demikian juga para guru. Guru musik. Dan tentu saja para pemusik yang panggungnya tergerus sirna dan harus memasarkan kreatifitas musiknya secara online. Saat Pandemi Covid 19 sudah mulai terkendali pun, kebutuhan ketrampilan menjadi penata bunyi nampaknya tetap marak. Karena komersialisasi video dan audio menjadi sangat dibutuhkan untuk mendongkrak dan mempertahankan eksistensi siapapun yang ingin tetap hadir dalam dunia ragawi tatap muka.

Friday, 30 April 2021

Salah Main - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2021

“SALAH MAIN”
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2021


SALAH MAIN sebetulnya istilah yang penulis familiarkan sebagai padanan istilah PERFORMANCE MISTAKE. Tentu artikel ini TIDAK mengulas salah main dari sisi pendidikan musik, namun lebih kepada paparan yang umum saja serta ringan seringan kepulan asap kopi di sore hari yang tidak jelas. Salah main ini sebetulnya, disadari atau tidak, sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi apresiasi musik. Khususnydi bumi persada tercinta ini. B

 

anyak orang yang sok paham musik, mengamati kemudian dengan seenaknya saja nyerocos komentar: Ahhhh jelek. Salah-salah mainnya. Ada yang lebih tega lagi, nonton pertunjukan musik sambil ngitungin berapa kali kesalahan yang dibuat oleh penampilnya. Sebetulnya, sikap dan tindakan ini sah dan baik baik saja. Anda perform di hadapan khalayak, ya Anda harus siap ditelanjangi dan dibugilin dengan segala macam caci maki umpatan serapah. termasuk yang paling mengada-ada dan dibuat-buat.

Friday, 1 January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI 
(Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja

Staccato, January 2021 



RESUME BAGIAN PERTAMA

Bagi yang tidak sempat mengikuti bagian ke-1, berikut adalah resumenya: 

 

Semesta pembicaraan kita adalah mengorkestrasi

  • Perbedaan antara mengaransir dan mengaransemen
  • Menentukan keperluan orkestrasinya
  • Kemudian ukuran besar orkestrasi, berkaitan dengan JENIS instrumennya
  • Bagaimana membuat ide musikal
  • Bagaimana membuat konsep musikal
  • Menentukan jalur bunyinya
  • Menentukan berapa instrumen dalam tiap jalur bunyi
  • Pengelompokkan instrumen berdasar warna bunyinya
  • Secara sederhana, ini adalah pekerjaan BALANCE AND BLENDING

Monday, 30 November 2020

SECANGKIR ORKESTRA (Part 1) - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2020

SECANGKIR ORKESTRA 
(Bagian ke-1)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2020


Tentu saja tips yang tersaji, tidak detail. Ibarat hanya secangkir. Bukan segelas. Bukan semangkuk ataupun sebelanga. Namun, bagai kopi, harapannya agar tips secangkir ini setidaknya bisa menyisakan aroma dan rasa untuk dicecap dalam membuat orkestrasi. Tips ini kiranya menyehatkan bagi siapa saja yang bekerja ataupun bergemar membuat orkestrasi untuk musik. Dan, mohon jangan dibayangkan bahwa orkestrasi itu selalu harus berurusan dengan orkestra besar. Virtual studio juga menganut prinsip yang sama. Demikian pula dengan sekedar memberi nuansa bagi sepotong melodi. 

 

APA ITU ORKESTRA?

Orkestra, sebetulnya adalah sebuah ensembles akbar. Secara musikal, orkestra bisa melakukan apapun. Dan jelas, orkestra mampu menampung segala jenis imaji, fantasi, dan luapan emosi. Tantangan terbesar membuat orkestrasi, terutama bagi Anda yang memgorkestrasi secara virtual, adalah bagaimana menjadikan orkestra tersebut berbunyi sebagai lazimnya sebuah orkestra besar yang representatif. 

 

APA BEDA MENGARANSEMEN & MENGORKESTRASI?

Kita akan masuk dengan menelaah satu pertanyaan yang acapkali dilontarkan, yakni apa beda mengaransir atau mengaransemen dengan mengorkestrasi. Mengaransir atau pekerjaan mengaransemen (arrangement field) selalu bertolak dari karya asli. Kemudian diadaptasi dan dikembangkan. Hasilnya bisa berupa dipergunakannya instrumen yang berbeda dengan musik aslinya, atau juga pengolahan vokal, membuat susunan dan progresi akor baru, menambahkan beberapa bagian, melakukan modulasi sampai dengan memparafrasekan. Parafrase itu ya memainkan dengan gaya yang berbeda. 

Wednesday, 30 September 2020

PENGIRING - by: Michael Gunadi | Staccato, October 2020

“PENGIRING”
By: Michael Gunadi
Staccato, October 2020


PROFESI ACCOMPANIST

Pengiring atau Accompanist, lazimnya memainkan piano, organ atau gitar. Adalah sebuah profesi dalam ranah musik. Para pengiring adalah pemusik professional yang pekerjaan nafkah hidupnya adalah mendukung, berkolaborasi, dan bahkan kadang harus turun tangan untuk melatih. Biasanya ini terjadi pada sesi vokal dan paduan suara atau Choir. 

 

Seni yang dilayani para pengiring, terkadang juga melibatkan seni tari, seni teater juga cabang seni lainnya yang membutuhkan iringan musik. Dikarenakan bidang pekerjaan musiknya itulah, para pengiring kemudian mendapat predikat atau sebutan. Waaah.. dia itu pengiring choir. Kalau yang itu tuh, dia pengiring solo vocal. Oh… yang dekil itu dia pengiring musik teater. Dalam sesi rehearsal, tidak jarang pengiring ini harus membimbing, bahkan mengajari artisnya. Karena biasanya, si pengiring memiliki pengalaman dan jam terbang serta musikalitas yang lebih luas dan intens dibanding artisnya. 

 

KUALITAS YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PENGIRING

Sebetulnya, menjadi pengiring, dalam batas tertentu, adalah terbukanya kesempatan jenjang karir yang sangat luas. Dari mulai Choir lokal, penyanyi yang baru coba jadi artis sambil gemeteran, sampai Ballet, Dance Theater dan vocal recital yang berkelas serta representatif. Pekerjaan sebagai pengiring, memiliki tuntutan yang sangat tinggi dan juga kepribadian yang sangat luwes dan supel. 

Saturday, 1 February 2020

MASTERCLASS - by: Michael Gunadi | Staccato, February 2020

“MASTERCLASS”
by: Michael Gunadi
(Staccato, February 2020)

Oliver Kern in one of his Masterclass

FENOMENA MASTERCLASS
Di tanah air kita tercinta, istilah MASTERCLASS, khususnya untuk musik, sudah menjadi istilah yang sangat lazim. Dekade belakangan ini, banyak dan bahkan marak diadakan masterclass musik. Yang terbanyak, tentu saja piano. Wajar, karena piano adalah The King of All Instrument, punya gengsi tinggi karena pirantinya mahal, jadi penggemarnya dan siswanya tentu saja banyak. Ada pula, dan cukup sering, yakni masterclass untuk biolin, gitar klasik dan menyusul alat musik lainnya. 

MERAUP UNTUNG DARI MASTERCLASS
Kemarakan dan meriahnya masterclass tentu adalah sebuah peristiwa yang baik adanya bagi perkembangan musik itu sendiri. Seperti lazimnya hiruk pikuk kehidupan, jika ada sebuah peristiwa yang laris manis, disitu akan mulai beraksi para petualang pencari keuntungan uang. 

Thursday, 5 December 2019

KOMUNIKASI, by: Michael Gunadi | Staccato, December 2019

“KOMUNIKASI”
By: Michael Gunadi
Staccato, Desember 2019

BERBICARA TANPA KATA
Ada ungkapan yang sangat terkenal tentang musik. Bunyinya begini: Saat kata tak mampu mengungkap makna, saatnyalah musik berbicara. Jika kita cermati, ungkapan tersebut menyiratkan kemampuan yang luar biasa dari musik. Musik memiliki kemampuan luar biasa yakni dapat berbicara tentang makna, saat kata-kata, yang adalah bahasa verbal, sudah sampai pada batas kemampuannya. 

Di satu sisi, musik memang sangat luar biasa. Musik dapat membahasakan dirinya sendiri. Sayangnya, meski berkemampuan luar biasa dalam mengungkap makna, musik adalah bahasa simbol. Dengan demikian, bahasa yang diverbalkan musik, mutlak membutuhkan tafsir. Nah, di titik inilah semilyar bahkan setrilyun persoalan muncul. Karena menafsir simbolisme bahasa musik, bisa memiliki ber-biliun pernyataan dan atas nama seni, semuanya selalu dan selalu bahkan selalu benar.

Itulah sebabnya, ranah Performance musik senantiasa membutuhkan komunikasi. Bahasa musik yang berupa simbol, perlu dikomunikasikan. Agar penyaji dan penikmat berada dalam satu kesamaan daya cecap terhadap nuansa rasa. Tanpa komunikasi, bahasa musik bisa ditafsir dengan menggelikan, menjijikkan dan bahkan memuakkan. 

Tuesday, 23 July 2019

REFERENSI EQ & COMPRESSION | Audiopro, July 2019

“REFERENSI EQ & COMPRESSION”
Audio Pro, Juli 2019
by: Michael Gunadi


Terlebih dahulu akan diberikan batasan tentang istilah EQ dan COMPRESSION. Batasan yang bukan sebagai makna istilah. Melainkan batasan agar diperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang akan dreferensikan dan bagaimana penerapannya.

EQ
Dalam ranah audio professional, istilah EQ mengacu pada satu proses, yakni proses manipulasi Bukan sekedar perubahan, melainkan manipulasi. Manipulasi dari perimbangan atau balans komponen frekuensi dalam sebuah sinyal audio. Mengapa perlu ada manipulasi balans frekuensi? Begini ceritanya.

Telinga manusia, bisa mengenali sinyal audio dalam rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 20 kHz. Mohon diperhatikan bahwa istilah yang dipakai adalah mengenali (detect) dan bukan hanya mendengar (Hear/capturing sound). Rentang frekuensi yang mampu dikenali telinga manusia, jika dijabarkan berdasar spectrum gelombang nya, akan didapat pembagian semacam ini. 

Dalam spectrum gelombang semacam itulah kemudian telinga manusia mampu mengenali TIMBRE atau warna bunyi. Adanya timbre inilah, yang menjadikan telinga mengenali bunyi gitar listrik. Piano. Kendhang Jawa dan suara manusia Dalam kenyataannya, banyak bunyi dan suara yang mengalir dalam frekuensi yang sama. 

Sunday, 1 April 2018

DISIPLIN BERMUSIK - by: Michael Gunadi (Staccato, April 2017)

DISIPLIN BERMUSIK
by: Michael Gunadi
(Staccato, April 2017)


MODAL UTAMA BELAJAR MUSIK
Mungkin suatu saat anda akan ditanya begini: “Apa sih MODAL utama belajar musik?”. Bisa saja dengan spontan anda menjawab: “BAKAT, brooo.” Atau kawan anda bisa saja dengan setengah bersungut-sungut akan berkomentar: “Bakat? Bakat apaan? Yang penting tuh DUIT!”. Les piano emang bisa dibayar es cendol? Terus beli piano, beli gitar, emang bisa dituker ama beras ketan?!

Semua jawaban tersebut sah-sah saja adanya. Namun kurang tepat. Memang BAKAT dan UANG adalah moda penting untuk belajar musik. Tetapi, bakat dan uang BUKAN MODAL UTAMA dalam belajar musik. Modal utamanya adalah DISIPLIN.



DEFINISI DISIPLIN
Disiplin memang memiliki banyak batasan leksikografi. Salah satunya adalah seperti yang tertera dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Disiplin berarti TATA TERTIB. Jelas musik memiliki TATA TERTIB. Anda tidak bisa mulai lesson dengan berbusana daster atau swimpack.

Anda tidak bisa konser tanpa ada tata tertib dalam persiapan penyelenggaraannya. Anda tidak bisa membuat komposisi musik, jika Anda tak mengerti tata tertib dan aturannya. Dan sebetulnya Anda pun tidak bisa mendengarkan musik yang Anda suka tanpa mengindahkan tata tertib lingkungan Anda.

Disiplin berarti KETAATAN. Les musik bukan ajang demokrasi. Anda dituntut taat aturan dan petunjuk guru dan/atau instrukturnya. Konser musik akan berurusan dengan polisi dan hukum jika penyelenggaranya tidak disiplin alias taat peraturan. 

Wednesday, 31 January 2018

KRI-TIKUS - by: Michael Gunadi (Staccato, February 2018)

 KRI-TIKUS
by: Michael Gunadi
Staccato, February 2018


KRITIK DI SEMUA SEGI KEHIDUPAN
Mungkin anda pernah mendengar ungkapan semacam: “Pena nya setajam pisau silet” atau Uraian nya pedas bak sambal Jawa“. Ungkapan semacam itu adalah metafora bagi sebuah sosok. Sebuah sosok yang juga adalah sebuah profesi. KRITIKUS alias tukang kritik. Kritikus ini terdapat di hampir semua segi kehidupan. Pemerintah kerap kali dikritik. Rumah Makan kerap kali dihujani kritik. Guru sekolah, bahkan pengurus institusi keagamaan pun tak luput dari kritikan. Sudah barang tentu, musik pun tak dapat menghindar dari jamahan dan bahkan sayatan kritik.

SUKA DIKRITIK?
Di dunia ini, tidak ada orang yang suka kritik. Sama sekali tidak ada. Ada memang orang yang bisa menerima kritik. Namun meskipun menerima, jelas bukan berarti mereka senang. Ada beberapa orang memang yang secara terbuka, mengatakan “SILAHKAN KRITIK SAYA”. Pernyataan itu pun bukan berarti orang tersebut suka dan senang dikritik. Pernyataannya semata menunjukkan bahwa meski tidak senang, orang tersebut sangat paham manfaat kritik.

REAKSI ORANG YANG DIKRITIK
Reaksi orang pun bermacam-macam ketika dikritik. Bagi yang memiliki kekuasaan, ia akan mampu membungkam semua kritik. Pribadi semacam ini kerap disebut sebagai kebal kritik. Ada pula yang balik menyerang si pengkritik. Malahan dengan serangan yang seringkali jauh lebih tajam dibanding kritikannya. Pribadi semacam ini lazim dikenal sebagai pribadi yang “bertelinga tipis“.

Sunday, 1 October 2017

MUSIK TERAPI DALAM SELAYANG PANDANG - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, October 2017)

“MUSIK TERAPI DALAM SELAYANG PANDANG”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2017


“Waaah bro …hati-hati ini soal TERAPI lho?!”
“Kok cuman selayang pandang sih?! Kalau salah bisa berabe“
“Ah sudahlah, kalau masih namanya musik, salah juga nggak bikin mati“

Sepintas obrolan semacam itu terkesan lucu. Padahal esensinya sangat mendalam. Satu pihak merasa, bahwa karena berhubungan dengan terapi alias penyembuhan penyakit MANUSIA, maka harus “betul-betul, sebetul-betulnya”. Satu pihak lagi menganggap bahwa, meskipun demikian, sejauh masih melibatkan musik, nuansanya tidak lah seserius dunia kedokteran reguler.

Anggapan ini tentu berdasar pada keadaan yang berkembang dalam masyarakat kita. Berupa STIGMA, bahwa musik, apapun dan bagaimanapun lingkupnya, adalah seni hiburan dan ketrampilan luang waktu yang berderajat rendah dibanding misalnya Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Mandarin.

Dan memang dalam keadaan seperti itulah Music Therapy berkembang dalam pemaknaannya. Ada yang menganggapnya sebagai bagian dari dunia kedokteran, yang berarti tak sembarang orang asal bisa musik boleh melakukannya. Ada pula yang menganggap bahwa music therapy hanya sekedar membantu dokter, jadi bisa ditempuh melalui kursus saja ataupun seminar tiga sampai empat jam dan workshop dua hari an.

Friday, 24 March 2017

ATURAN UMUM DALAM MIKING - by: Michael Gunadi Widjaja (Audiopro, February 2017)

ATURAN UMUM DALAM MIKING
by: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, February 2017


DEFINISI ATURAN UMUM
Aturan Umum yang dimaksud dalam artikel ini adalah padanan dalam bahasa Indonesia untuk istilah GENERAL RULE. Aturan-aturan ini sekilas nampak sederhana dan terkesan bersifat umum semata. Namun dari berbagai testimoni dan penjelasan para sound engineering terkemuka, dapat ditengarai bahwa meski nampak sederhana dan umum, sangat diperlukan dalam pengaturan sistem tata bunyi. Terutama ketika kita berurusan dengan piranti musik yang bersifat akustik.

Sebetulnya tidak ada tetapan baku untuk aturan umum dalam miking. Tiap sound engineering, apalagi yang sudah memiliki pengalaman luas, akan memiliki standarisasi dan standardisasi bagi general rule nya. Yang tersaji dalam artikel ini adalah general rule yang saya tengarai sangat lazim dianut oleh beberapa sound engineering dalam praktek nya.


SISTEM TATA BUNYI (SOUND SYSTEM)
Proses MIKING, dapat dikatakan adalah mata rantai kedua dalam keseluruhan proses reproduksi bunyi. Proses ini terangkum dalam sistem yang dikenal sebagai Sistem Tata Bunyi atau SOUND SYSTEM. TIDAK ADA ATURAN BAKU dalam proses miking. Juga TIDAK PERNAH ADA proses miking yang ideal, apalagi sempurna. Semuanya sangat bergantung pada SELERA. Dan selera ini berada dalam lingkup macam instrumen, jenis musik, karakter pemusiknya.

Friday, 6 January 2017

SEXY SAX - MIKING SAXOPHONE - by: Michael Gunadi Widjaja (Audio Pro, December 2016)

“SEXY SAX”
MIKING SAXOPHONE
by: Michael Gunadi Widjaja
Audio Pro, December 2016


SAXOPHONE: LUWES UNTUK SEGALA GENRE
Mengapa saxophone yang saya angkat menjadi topik bahasan artikel ini? Mengapa bukan trumpet, horn, trombone, ataupun alat musik tiup lainnya? Jawabannya karena bagi saya, dan dari pandangan saya, saxophone adalah alat musik yang paling VERSATILE. Luwes untuk memainkan musik apapun genrenya.

Kita tentu masih sangat maklum, ranah Musik Jazz hampir dipadati dengan saxophone. Baik sebagai solo, combo, big band, maupun orkestra Jazz. Musik Pop pun tak luput dari jamahan saxophone sebagai nuansa plus. Bahkan Musik Klasik dan orkes simfoni klasik, juga menyertakan kehadiran aktif dari saxophone.

KARAKTER SAXOPHONE
Saxophone adalah hasil rancangan ADOLPHE SAX. Yang menarik adalah, bahwa ide dasar rancangan saxophone adalah: WOODWIND INSTRUMENT WITH BRASS POWER. Alat musik tiup KAYU dengan power alat musik tiup LOGAM. Apa artinya? Artinya saxophone adalah alat musik tiup yang dalam dirinya berpadu eksotisme kayu dan keperkasaan logam. Dan memang, awalnya saxophone diberi nama sebagai BASS HORN. Barulah pada 1946, saat Adolphe Sax mempatenkan karyanya, nama alatnya berubah menjadi saxophone.

Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.

Sunday, 7 August 2016

JAZZ SIGHT READING - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, August 2016)

“JAZZ SIGHT READING”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, August 2016


APA ITU SIGHT READING?
Agak susah untuk memadankan istilah SIGHT READING ke dalam Bahasa Indonesia. Saya pribadi lebih suka memakai istilah LINTAS BACA sebagai padanan istilah sight reading. sight reading terdapat pada ujian musik. Terutama ujian musik internasional, seperti: ABRSM, Trinity Guildhall, bahkan Yamaha Music, dan juga sekolah atau kursus ataupun konservatori (dalam tanda petik) di tanah air.

Dalam pelaksanaannya, sight reading berwujud: seseorang disodori sebuah naskah musik. Kesulitannya sepadan dengan grade nya. Kemudian naskah musik tersebut DIBACA SELINTAS. Umumnya yang dimaksud selintas adalah sekitar 30 detik saja. Dan bisa sampai 5 menit untuk sight reading grade Diploma. Setelah melakukan lintas baca, kemudian naskah musik tersebut dimainkan.

Parameter keberhasilannya adalah MEMAINKAN NASKAH MUSIK TERSEBUT PERSIS SAMA, TERMASUK DETAIL KECILNYA – sesuai dengan apa yang tertulis. Bagi sebagian orang, lintas baca atau sight reading ini adalah sebuah adegan horor nan mencekam yang sampai bisa bikin stress, gemetaran, dan bahkan perasaan mual.


TUJUAN SIGHT READING
Sebetulnya, apa sih tujuan nya ujian musik internasional menyertakan sight reading? Kenapa kok tidak cukup hanya MAIN LAGU dan tangganada saja? Kan katanya ujian performance? Ya pokoknya perform lagu, bagus, tanpa salah, kelar kan? Kok pake dimacem-macemin suruh lintas baca segala? Hmm... Bagi siswa yang menekuni Musik Klasik, sight reading adalah hal yang mutlak perlu! Mengapa? Jangan pernah lupa, bahwa Musik Klasik adalah BUDAYA LITERER. Jadi Musik Klasik HARUS DIBACA. Perkara sudah baca kemudian main dengan hafalan dan khataman itu lain cerita.

Baca lintas juga merupakan indikator penguasaan konsep dasar musik, yakni struktur dan pola. Jika seseorang mampu melakukan lintas baca dengan memuaskan, hampir dipastikan bahwa ia sangat paham dengan struktur dan ragam pola dalam sebuah sajian musik.

Friday, 6 May 2016

P3K GITARIS KLASIK - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, May 2016)

"P3K GITARIS KLASIK"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, May 2016

Saya kira, pastilah anak SD pun tahu dan paham bahwa P3K adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan - a first aid for accident injury. Lho?! Lalu??!! Apa hubungannya dengan gitaris klasik??!! Waduuh... rasanya kok ngeri-ngeri gimana gitu yauw... Atau jangan-jangan... main gitar klasik bisa cidera ya ... kok sampai perlu ada P3K nya segala? Hmm... please calm and cool, Mas Bro dan Mbak Sis sekalian.


CIDERA DALAM BERMAIN INSTRUMEN
Cidera dalam bermain instrumen musik, apapun bentuknya memang sangat mungkin terjadi. Main Piano, jika salah postur dan gestur akan mengakibatkan cidera otot dan syaraf jari bahkan tangan dan lengan. Para maestro biola, ketika menghadapi latihan yang spartan, seringkali mengalami luka lecet pada bantalan jarinya. Demikian pula dengan gitaris klasik. Lecet kecil pada bantalan jari, sudah umum terjadi terutama pada pemula. Luka lecet ini dengan berjalannya waktu sembari terus menerus latihan, akan menjadi Calluses atau kapalan. Postur duduk pemain gitar klasik, untuk beberapa dekade dapat mengakibatkan masalah baru seperti peradangan sendi pada pinggang. Hal yang dialami oleh maha gitaris klasik seperti John Christopher William dan Julian Bream.

FOOT STOOL DAN NECK UP
Cidera pada gitaris klasik memang adalah hal yang mengerikan dan menakutkan. Namun dengan cara pembelajaran teknik yang baik dan benar serta didukung oleh kemajuan teknologi, hal semacam itu sangat dapat dihindari. Posisi duduk misalnya. Gitaris klasik konvensional kerap kali menggunakan foot stool. Posisi duduk dengan satu kaki bertengger di atas foot stool lah yang menjadi biang keladi lahirnya peradangan seni pinggang. Dengan kemajuan teknologi, zaman sekarang dibuatlah NECK UP sebagai pengganti foot stool. Neck Up sangat bersifat ergonomis dan memberi keleluasaan relaksasi semua otot dan persendian, saat seorang gitaris klasik duduk berlatih selama berjam-jam.