Showing posts with label beethoven. Show all posts
Showing posts with label beethoven. Show all posts

Sunday, 31 March 2024

POLITISASI MUSIK | by: Michael Gunadi | Staccato, April 2024

POLITISASI MUSIK
By: Michael Gunadi
Staccato, April 2024


Apa sih Politisasi itu? Semua upaya untuk menjadikan satu hal menjadi bersifat Politis. Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang artinya negara. Dalam arti luas, politik itu sendiri adalah suatu aktivitas yang dibuat, dipelihara, dan di gunakan untuk masyarakat sebagai upaya untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Terus, apa itu Musik? Secara gampang saja ya. Musik adalah SENI BUNYI. 


Jadi Politisasi Musik adalah upaya menjadikan seni bunyi menjadi bersifat politis. Perlu dicatat dan digaris bawahi, upaya tersebut dapat terencara secara TSM (Terstruktur Sistematik Masif) dapat pula terjadi secara alami dalam napak tilas musik pada peradaban manusia. Pertanyaan berikutnya adalah: “Lho kalau batasan Politik dan/atau Politisasi sebagaimana disebutkan di atas, ya berarti Politisasi Musik itu baik dong”. Ya mari kita bahas kupas dan kita lihat bagaimana duduk soalnya.

Thursday, 1 February 2024

KHAYAL | by: Michael Gunadi | Staccato, February 2024

“KHAYAL”
By: Michael Gunadi
Staccato, February 2024


Apa modal utama seseorang untuk menjadi seniman? DAYA KHAYAL. Seni apapun yang anda geluti dan tekuni, semuanya membutuhkan daya khayal atau imajinasi. Daya khayal ini merupakan satu energi positif yang mendorong kreatifitas anda. Meskipun anda berhadapan dengan sesuatu yang nyata, anda tetap membutuhkan khayal untuk menuangkannya dalam sebuah karya seni. Sebagai sebuah energi positif untuk berkreasi, khayal ini tentu baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan khayal, daya khayal dan berkhayal. Karena kesemuanya itu berbeda dengan halusinasi yang sampai pada batas tertentu bisa menjadi sangat berbahaya.

 

Khayal inilah yang menjadikan seni, apapun itu sebagai obyek telaah, bahan diskusi, sekaligus rona kehidupan yang tiada henti dan tiada pernah habis untuk dibicarakan. Dalam ranah Sastra misalnya. Samuel Beckett membuat karya WAITING FOR GODOT. Menunggu si Godot. Siapa Godot? Ternyata ia adalah tokoh khayal. Dan dalam naskah sampai akhir si Godot ini tak dimunculkan sama sekali. Hebatnya, daya khayal samuel Beckett juga mampu membuat pembacanya untuk juga berkhayal. Tentu tentang tokoh Godot ini. Pembaca dibuat berkhayal dengan liar tentang seperti apa tokoh Godot ini.

 

Dalam karya seni lukis juga khayal adalah daya hidup lukisan itu sendiri. Bahkan ketika seorang pelukis potret berhadapan dengan seorang model, ia tetap harus berkhayal. Ia harus mampu berimajinasi tentang seberapa dan bagaimana pencahayaan. Mana yang perlu diarsir dengan tebal dan mana yang hanya perlu sapuan saturasi sederhana. Hal semacam ini bukan semata masalah teknik melukis. Melainkan bagaimana mensublimasi teknik untuk memberi daya hidup pada lukisan itu sendiri. Dan tentu, meski obyeknya hidup dan terpampang di hadapannya, seorang pelukis potret perlu mengembangkan daya khayal misalnya untuk sedikit mengubah morfologi bibir. Memberi sentuhan pada pipi dan lain dan sebagainya.

Saturday, 30 December 2023

TEKSTUR | by: Michael Gunadi | Staccato, January 2024

“TEKSTUR”
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2024


Kita akan mengawali artikel ini dengan meninjau sejenak ranah SENI LUKIS. Karena di ranah seni lukis lah istilah tekstur mendapat batasan yang paling representatif. Jika kita ditanya, apa yang membuat sebuah lukisan dikatakan dan dinyatakan sebagai lukisan seni yang bermutu. Tentu jawabnya dapat bermacam-macam dan memang banyak sekali parameter dan variabel untuk menentukan satu mutu lukisan. Namun dari semua variabel tersebut, salah satunya adalah TEKSTUR atau Texture. Herbert Reed, seorang pengamat dan kritikus seni yang hebat, dalam bukunya THE MEANING OF ART, menuliskan bahwa teksturlah salah satu elemen terpenting dalam menentukan mutu lukisan.

 

Secara teknisnya, Tekstur diberi batasan sebagai the feel, appearance, or consistency of a surface or substance. Sederhananya, Tekstur adalah kehalusan permukaan lukisan, baik yang mungkin teraba (karena tidak semua lukisan boleh diraba) maupun yang penampakannya tertangkap mata. Dalam perkembangannya, Tekstur bisa menjadi sarana untuk menimbulkan kesan dimensi sebuah lukisan. 

Monday, 2 January 2023

Bulan itu Bundar - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2023

BULAN ITU BUNDAR
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2022


Di zaman sebelum kemerdekaan Indonesia, para perempuan akan merasa tersanjung, terbuai sampai klepek-klepek dan bisa salah tingkah jika ada yang menyebut, “Wahhh dik, wajahmu seindah bulan“. Tapi di zaman sekarang, Anda akan digampar keras-keras jika Anda memuji perempuan dengan menyamakannya dengan bulan. Mengapa? Sejak NASA menerbitkan foto wajah bulan yang ternyata bopeng-bopeng dan tidak rata, hmmmm, tentu perempuan akan marah besar jika dipersamakan dengan bulan. Yang berarti wajahnya penuh bopeng dan bergelombang tidak rata.

 

INSIPIRASI BULAN 

Anehnya, meskipun rupa bulan ternyata tidak indah, sejak dulu sudah banyak dan bahkan terlalu banyak seniman terutama komposer yang menjadikan bulan sebagai inspirasinya. Ya bisa saja karena waktu itu mereka belum tahu aslinya bulan. Namun tak semata demikian. Banyak sisi menarik dari bulan. Apalagi sinarnya. Nun lebih asoy lagi sinar bulan pada saat purnama. Mantan Gubernur RMaladi, membuat komposisi Keroncong yang sangat terkenal yakni Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Yang melukiskan kehebatan sinar bulan saat purnama, yang mampu membuat kaum miskin marjinal bisa merasakan gembira meski hanya sesaat.

Sunday, 28 February 2021

Perempuan Perkasa di Balik Beethoven - by: Michael Gunadi | Staccato, March 2021

PEREMPUAN PERKASA 
DI BALIK BEETHOVEN
by: Michael Gunadi
Staccato, March 2021


Nama Nannette Streicher seakan terpinggirkan oleh kancah sejarah dunia. Namun, ia sebetulnya adalah salah satu pembuat dan pemilik pabrik keyboard terbaik di masanya.

Kisahnya diawali dengan sebuah dokumen dari sketsa original Piano Sonata karya Beethoven. Sketsa tersebut dimiliki oleh Museum dan Pustaka The Morgan. Pada bagian tepi, seorang penerbit dari Inggris, Vincent Novello menuliskan bahwa dokumen tersebut sampai kepadanya dari seorang sahabat dekat Beethoven yakni Nyonya Streicher.

Pada Desember 2020 kita semua, pencinta Musik Klasik memperingati 250 tahun kelahiran Beethoven. Namun sosok perempuan hebat seperti Nannette Streicher tetap tak dianggap dan terpinggirkan dalam ljalur lini masa napak tilas sejarah hidup Beethoven. Padahal dapat dikatakan, Nannette Streicher adalah seorang perempuan tangguh. Pengrajin keyboard/piano kelas wahid di zamannya. 

Thursday, 28 May 2020

PATRON - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2020

PATRON
by: Michael Gunadi
(Staccato, June 2020)


ZAMAN KEEMASAN MUSIK KLASIK
Pernah ada suatu masa, dimana Musik Klasik memperoleh kegemilangan dan kecemerlanganMusik Klasik menjadi sajian yang khusus. Dianggap memiliki kadar seni yang adi dan luhung. Pencapaiannya pun membutuhkan ketekunan, latihan, dan totalitas selama berpuluh-puluh tahun. Tak terkecuali munculnya banyak anak super bakat alias prodigy. Yang memporak-porandakan upaya pencapaian virtuositas Musik Klasik secara bertele-tele dan melelahkan. 

The Prodigy, effort, dan kompleksitas materi, itulah yang menjadikan pagelaran Musik Klasik bertiket mahal. Di gelar di ruang yang hampir selalu dilengkapi dengan dekoratif yang juga membuat orang takjub. Yang hadir pun, sebagian terbesarnya adalah mereka yang memiliki cita rasa, posisi sosial, dan tentu saja pundi-pundi, serta dompet yang tebal. 

Wednesday, 1 January 2020

SPEKULASI - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2020

“SPEKULASI”
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2020

Piano Battle

PERSAINGAN KETAT
Semua orang di dunia sekarang ini, hampir tanpa kecuali, tahu, mengerti dan paham, bahwa hidup dan kehidupan saat ini sangat sulit. Persaingan dan keadaan yang tak menentu dan tak dapat diperkirakan, menjadikan hidup dan kehidupan sangat sulit untuk bisa mendapatkan kelayakan secara ekonomis dan kualitatif. 

Dulu, jika anda masuk “dapur” rekaman, anda sudah menjadi artis top. Keadaan ekonomi anda akan melimpah ruah. Anda kaya, dan tentu saja kualitas hidup anda menjadi layak dan bahkan sangat layak. Jaman sekarang, “dapur” rekaman sudah dimiliki oleh hampir semua orang yang memiliki gadget. Semua orang bisa menjadi artis rekaman. 

Thursday, 4 July 2019

LOVE STORY: "ASMARA DALAM MUSIK KLASIK" | by: Michael Gunadi (Staccato, July 2019)

“LOVE STORY: 
ASMARA DALAM MUSIK KLASIK”
by: Michael Gunadi
(Staccato, July 2019)


Sudah terlalu banyak ungkapan tentang cinta. Dari mulai “LOVE IS A MANY SPLENDORED THINGS” sampai pada cinta sebagai “THE NEVER ENDING STORY”. Tak ada habis nya bicara cinta. Tak ada bosannya bicara cinta. Bahkan karena terlampau sering cinta diperbincangkan, maknanya menjadi hampir seperti sepotong coklat semata. Bisa dipertukarkan. Bisa hanya sebagai pemanis dan bahkan bisa diperjualbelikan dengan sedemikian murahnya. 

Di lain pihak, ada musik. Seni bunyi yang acapkali dianggap sebagai kulminasi tertinggi umat manusia dalam hasrat estetisnya, termasuk tentang cinta. Dan musik pun menorehkan catatan tentang cinta. Bukan bertutur tentang cinta. Melainkan cinta yang dialami para komposer akbar. Ada yang akan membuat anda haru. Ada yang membuat anda berdecak. Namun ada pula yang akan membuat anda syok geleng-geleng kelapa, eh, kepala.


1. JOHANN SEBASTIAN BACH & ANNA MAGDALENA
Anna Magdalena adalah istri kedua dari Bach. Tak jelas bagaimana awal jumpanya. Tapi sering disebut bahwa Bach terpesona oleh kemampuan vocal Anna dan kemudian membimbingnya. Cinta guru murid bersemi. Bach menikahi Anna hanya beberapa bukan setelah istri pertamanya meninggal. Professor Martin Jarvis, pernah mengemukakan sebuah postulat. Bahwa Anna Magdalena lah malahan yang membuat banyak komposisi, dan BUKAN BACH. Namun postulat nya seperti hilang ditelan jaman. Malahan yang lebih dikenal adalah persembahan Bach bagi Anna Magdalena dalam buku Notenbuchlein für Anna Magdalena. Atau terkenal dengan Notebook Anna Magdalena.

Wednesday, 29 August 2018

DUKA NESTAPA: Kisah Sedih Beethoven - by: Michael Gunadi (Staccato, September 2018)

“DUKA NESTAPA”
KISAH SEDIH BEETHOVEN
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, September 2018)


KEJAYAAN DAN KETERPURUKAN 
Di dunia ini ada DUA status yang sebetulnya bikin geleng-geleng kepala. Geleng-geleng kepala karena bingung sekaligus tak kunjung paham. Dua status itu adalah ATLET DAN ARTIS. Olah Raga dan Seni. Saya sempitkan lagi seni nya menjadi MUSIK. Seorang atlet, ketika meraih kemenangan, ia akan dielu-elukan (bukan di loe loe kan ya). Berbagai bonus menanti. Uang, mobil, bahkan rumah. Juga, ini yang penting, kesempatan untuk jadi BINTANG IKLAN. 

Namun jika sekali waktu ia kalah bertanding, wah, jangan deh, BISA KELAR HIDUP LOE. Segudang sumpah serapah dan caci maki telah menanti. Dan bukan tidak mungkin, kontrak sebagai endorser produk olah raga akan dihentikan seketika itu juga. Yang membuat kita geleng dan geleng kepala adalah, saat kegemilangan dan keterpurukan bisa terjadi dalam rentang waktu yang sangat singkat, cepat dan seketika.

Artis musik pun nasibnya sama. Ketika berjaya, segudang puja puji dan harta. Namun bisa seketika itu trend publik berubah. Ia menjadi tercampakkan dan mengais rejeki di lorong sepi. Komposer pun demikian. Era musiknya suatu saat akan berakhir tergerus trend yang lebih kekinian. Dalam musik apapun. Termasuk MUSIK KLASIK.