SMOOTH JAZZ:
"SEBUAH UPAYA YANG TIDAK SMOOTH"
Artikel Staccato Maret 2014
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Sudah kita maklumi bersama, bahwa salah satu sifat esensial Musik Jazz adalah kekenyalannya. Jazz sangat kenyal sehingga leluasa menerima, dimasuki, disusupi bahkan disetubuhi berbagai mazhab musik maupun genre musik. Penerimaan, pemasukan, penyusupan, dan persetubuhan Jazz dengan mazhab dan genre musik lain, secara global memiliki dua macam aksi. Yakni PENGARUH dan PELEBURAN - Influence and Fuse. Dari pengaruh dan/atau peleburan itu kita mengenal istilah-istilah seperti Latin Jazz, Jazz Rock, Free Jazz, Ethnic Jazz, Fusion Jazz. Lima tahun terakhir, kita mulai terbiasa dan dibiasakan pada sebuah trend baru, yaitu yang dikenal dengan istilah SMOOTH JAZZ.
CIKAL BAKAL
SMOOTH JAZZ
Smooth Jazz sebetulnya dapatlah
dikatakan sebagai genre dari Musik Jazz. Pertumbuhannya mengakar pada Fusion Jazz. Esensinya adalah sebuah
fusi atau peleburan, dan bukan sekedar perpaduan, dari berbagai unsur musikal. Peleburan
tersebut mendapat pengaruh dari Jazz tradisional, rhythm and Blues, Funky Music,
Rock, dan bahkan Musik Pop.
Yang membuat Smooth Jazz Popular
sebetulnya adalah keberadaan stasiun radio. Tanpa maraknya stasiun radio, takkan
pernah ada Smooth Jazz. Oleh karenanya, Smooth Jazz juga kemudian dikenal
sebagai RADIO JAZZ (bukan Jazz
Radio.) Popularitas Smooth Jazz melalui radio mulai mendapat masalah pada tahun
2007 ketika radio-radio di New York dan San Fransisco mulai memudarkan pamor
Smooth Jazz dengan mempopulerkan format baru yang meluluhlantakkan keberadaan
Smooth Jazz. Meski demikian, Smooth Jazz tetap tercatat dalam sejarah
perkembangan musik Jazz. Dan jika kita memang menaruh minat pada Jazz, tidak
berlebihan jika kita luangkan waktu sejenak menelisik keberadaan Smooth Jazz. Agar
setidaknya menyimpul benang merah pada tautan Jazz, gaya hidup dan industri
media modern.
Secara sederhana,dapatlah dikatakan
bahwa Smooth Jazz adalah sebuah track
dalam kanal radio yang bertempo 90 – 105 bpm. Pembawa tema musiknya
merupakan layer, jadi tidak murni solo dan dapat berupa Saxophone (terutama
sopran dan tenor,) juga gitar - baik gitar elektrik maupun semi elektrik. Dan
karena cikal bakalnya adalah track dari kanal radio, Smooth Jazz sering
menggunakan teknik sampling sebagai
latar belakang iramanya. Tidak seperti jazz tradisional atau bahkan Jazz Fusion,
yang masih memakai pemain beneran dalam melantunkan ritmik irama.
TOKOH SMOOTH
JAZZ
Ciri lain dari Smooth Jazz adalah, bahwa
para pemusik Smooth Jazz termasuk vokalis, cenderung memainkan frase melodi
yang sangat berciri. Sehingga hanya dari beberapa bar saja pendengar sudah bisa
mengenali ini permainan si artis A misalnya. Nama-nama besar yang pernah
“terlibat” dalam produksi Smooth Jazz diantaranya: pemain saxophone Kenny G, pianis Bob James, gitaris Earl
Klugh, bassist, dan pemusik serba bisa Nathan
East, vokalis Sade, dan juga Anita Baker.
Smooth Jazz memang sebuah genre Jazz
modern, dalam arti popular disekitar tahun 2000-an. Namun sebetulnya gejala
kegemaran orang bermain musik secara Smooth Jazz sudah dimulai pada tahun 1960-an.
Saat itu, gitaris Jazz legendaries Wes
Montgomerry, dengan producer Creed
Taylor membuat rekaman yang sangat Pop dan dalam tempo 90-105 bpm. Lagu
yang dimainkan diantaranya “Scarborough
Fair,” Eleanor Rigby, dan juga “I Say a Little Prayer.” Sukses Wes
Montgomerry menjadikan banyak pemusik Jazz untuk latah mengikuti jejaknya. Mereka
rame-rame membuat rekaman Pop yang di Jazz kan. Namun yang mereka lakukan
tidaklah seperti Wes Montgomerry. Walau demikian, sifat industrialisasi membuat
popularitas album Wes Montgomerry menjadi memudar. Dan saat itu, keinginan
untuk “melanjutkan” konsep cikal bakal Smooth Jazz menjadi tertunda.
Popularitas album Wes Montgomerry boleh
saja surut. Kelanjutan konsep Smooth Jazz boleh saja terpupuskan sementara. Namun
semangat untuk membuat sesuatu yang “Pop” dalam Jazz tetap berkobar. Taylor
Creed sang produser, menggandeng perusahaan rekaman CTI RECORD. Dan bersama CTI
Record inilah Taylor melejitkan George
Benson dan Chet Baker. Taylor
juga memproduksi rekaman untuk membuat Jazz lagu-lagu The Beatles yang sangat Pop dan terkenal saat itu.
Setelah diproduseri oleh Taylor, George
Benson semakin melejit. Melejitnya Benson menghidupkan kembali gaya dan tatanan
seperti Smooth Jazz yang kita kenal sekarang. Bersamaan dengan melejitnya
Benson, bermunculan pula para pemusik jempolan yang tertarik pada konsep awal
Smooth Jazz. Mereka adalah Bob James, David
Sanborn, Herb Alpert, vokalis Al
Jarreau dan pemain fluegelhorn Chuck
Mangione.
PERKEMBANGAN
SMOOTH JAZZ
Pada tahun 2007, sebuah gebrakan
terjadi. Saat itu WEATHER CHANNEL merilis sebuah album rekaman kompilasi. Dan
dalam album itulah istilah Smooth Jazz dipancangkan. Judul albumnya adalah WEATHER CHANNEL: THE BEST OF SMOOTH JAZZ.
Gebrakan oleh Weather Channel ini kemudian melahirkan konsekuensi. Yakni format
Smooth Jazz seperti yang kita kenal sekarang, format RADIO JAZZ.
Meskipun dunia dibuat gempar baru pada
2007, sebetulnya radio-radio niaga dan komersial memiliki sejarahnya sendiri
dalam melahirkan konsep Smooth Jazz sebagai Radio Jazz. Awal mula Radio Jazz
dengan inti Smooth Jazz adalah ketika stasiun radio di Miami USA menggelar
jalur khusus yang dinamai Beautiful
Music Channel. Di tahun 1983, dunia diperkenalkan dengan program radio
yakni ADULT CONTEMPORARY MUSIC. Di
dalamnya termaksuk juga musik New Age
dan juga Jazz dengan pendekatan dan rasa baru.
Seorang bernama Frank Cody, yang adalah programmer acara bagi radio komersial di
Amerika, membuat sebuah stasiun radio dengan nama “THE WAVE” di Los Angeles dan San Diego. Salah satu acaranya adalah
JAZZ MINGGU PAGI. Dalam acara inilah, format musik Jazz untuk radio mengalami
perubahan drastis dan cukup revolusioner. Stasiun radio mulai merancang dengan
seksama kebutuhan estetis pendengarnya. Terutama sebagai sebuah relaksasi, agar pendengar tetap dapat menikmati
musik bermutu sembari rileks. Itulah saatnya tempo diatur dan irama dikonsepkan
sebagai alunan impuls relaksasi. Secara konseptual, Smooth Jazz sebetulnya
ingin menghadirkan sebuah sajian musik yang terpadu dengan perangkat
pemutarnya, yang dalam hal ini adalah radio. Meski demikian, banyak kritik dan
persepsi negatif dari musisi, pengamat musik maupun masyarakat penikmat siaran
radio.
PSEUDO JAZZ
Dari sisi musikalitas, menjadi menarik
untuk mencermati ungkapan kritikus Jazz, Piero
Scaruffi tentang sajian Smooth Jazz. Oleh Scaruffi, Smooth Jazz disebutnya
sebagai Musik “Pop-Fusion.” Sebuah
fusi atau peleburan unsur musik yang sangat nge-pop. Lebih lanjut Scaruffi
mengatakan:
"...mellow,
bland, romantic music" made by "mediocre musicians" and
"derivative bands." Scaruffi criticized some of the albums of Michael and Randy Brecker as "trivial dance music" and stated that
alto saxophonist David Sanborn
recorded "[t]rivial collections" of "...catchy and danceable
Pseudo-Jazz".
Yang menjadi
menarik dari pernyataan Piero Scaruffi istilah “Pseudo Jazz” atau Jazz semu. Atau Jazz setengah hati pada album
Smooth Jazz dari saxophonist David
Sanborn. Saxophonist Kenny G
juga tidak luput dari berbagai kritikan sehubungan dengan konsep musik yang
diusungnya. Umumnya para kritikus menganggap album-album Kenny G sangatlah
tidak Jazz. Meski demikian, tak dapat dipungkiri bahwa Kenny G sangat sukses
secara komersial. Sebuah acara TV FUTURAMA, yang memiliki rating pemirsa
lumayan, malahan secara agak pedas mengacarakan Smooth Jazz sebagai sebuah Satire
yang dikreasi oleh mesin.
Di Inggris
ada sebuah stasiun radio khusus musik Jazz yang bernama “The Jazz.” Sebelum peresmian stasiun radio tersebut, Jazzer
Inggris, Digby Fairweather melalui
sebuah stasiun radio, melontarkan kecaman pedas dan nyaris sebuah tohokan
terhadap Smooth Jazz yang dikatakannya sebagai sebuah “PERKOSAAN” dan pelecehan
terhadap musik Jazz.
SMOOTH JAZZ DI INDONESIA
Setelah
membaca paparan Smooth Jazz, tentang keberadaan, asal muasal dan kritik
terhadapnya, bagaimana keadaan Smooth Jazz di Indonesia? Di Indonesia, rupa-rupanya
Smooth Jazz hadir sebagai bentuk alternatif dalam industri musik kita yang
arahnya terombang-ambing sempoyongan bagai orang minum tuak oplosan. Musik
Sweet Pop yang mendayu-dayu sudah tidak laku lagi. Dangdut sudah kalah popular
disbanding musik Reggae dengan filosofi Rastamania. Jazz sejati mati loyo
akibat kurang peminat dan disodok oleh bajakan online dan serbuan video youtube
yang bagai setan menggigit roti.
Ditengah
kebingungan itulah kemudian muncul istilah Pop Kreatif, Pop Alternative…. dan
mungkin pop susu bergoyang. Dan Musik Jazz di Indonesia pun latah terhadap hal
tersebut. Rame-rame lah orang yang setengah tahu dan sok tahu tentang Jazz
mengibarkan bendera Smooth Jazz.
Jika ditanya:
“Kau main Jazz apaan tuh?”
Mereka menjawab dengan lantang bagai
kader partai yang pidato di tengah banjir yang dengan mantapnya berkata:
“Ini Smooth Jazz, Bang!”
Orang yang
bertanya, termasuk musisi beneran pasti pada kebingungan.
Kemudian akan ada pertanyaan
lagi:
“Oooo…Smooth Jazz itu yg gimana?”
Mereka akan dengan setengah teller menjawab:
“Ya ini lah Bang, Om, Tante…setengah mainstream gitu lah…,”
“SETENGAH MAINSTREAM?
Prrrrt saja lah kau!”
Miris dengernya... Tapi ya kembali lagi lah. Ini cuma
musik.
Salah istilah, latah pun tidak membikin orang mati kan?
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.