"MISTERI BEDUG"
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato (Oktober 2013)
Menyebut kata Bedug, segera tertaut dalam pikiran kita
akan Adzan dan Idul Fitri. Dan memang bunyi bedug adalah pertanda waktu
sembahyang bagi umat Islam dan bunyi bedug pun senantiasa menandai berakhirnya
puasa Ramadhan dan dimulainya kemenangan manusia dalam fitrahnya. Pertautan
bedug dan peribadatan agama Islam telah menapaki umur panjang. Berabad-abad
bunyi bedug senantiasa menjadi tanda panggilan bagi umat manusia, khususnya
umat Islam untuk melakukan peribadatan. Di lain sisi, bunyi bedug juga
merupakan satu misteri yang layak untuk ditatap secara tajam. Menguak makna,
mengais pesan, dan mempermenungkan sebuah hakekat.
sumber: unstage
ASAL MULA & FUNGSI BEDUG
Tidak terdapat catatan yang pasti darimana bedug
berasal. Alur yang disepakati banyak orang, berujar bahwa bedug mulai di kenal
di Jawa saat Laksamana Cheng Ho
dari propinsi Yunnan di Cina, melakukan syiar agama Islam. Menurut alur
tersebut, bedug telah lebih dahulu dikenal di daratan Cina oleh para Wali
Sanga, bedug dijadikan sebuah unsur yang terpadu dalam ritual dan budaya
yang Islami.
LAKSAMANA CHENG HO
sumber: farm5 staticflickr
WALISANGA
sumber: 1 bp blogspot
Bedug, tambur besar dengan membran dari kulit hewan,
yang diletakkan pada sebuah penampang penyangga. Tambur besar dengan membran
dari kulit hewan, juga dikenal oleh berbagai bangsa di dunia. Di Cina, India, Korea, dan Jepang. Di
Jepang, bedug dikenal sebagai Taiko Drum, yang juga merupakan sebuah
unsur dari kesenian, yang dikenal sebagai Kodo - The Heart Beat Drum. Apapun sebutannya, dan apapun akar
budaya bangsa yang mengusungnya, fungsi bedug senantiasa lestari. Sebagai sebuah
Tanda Berkumpul. Dalam ranah peribadatan maupun dalam ranah
kemasyarakatan. Dalam ranah kemasyarakatan, fungsi bedug hampir mirip dengan kenthongan.
Namun fungsi bedug sebagai tanda berkumpul dalam sebuah komunitas, saat ini
sudah sirna. Pupus oleh SMS, BBM, pamflet, serta selebaran.
TAIKO
sumber: karinkaiser & zendeko
KATEGORI BEDUG
Dalam musikologi, bedug adalah alat musik perkusi -
alat musik yang menghasilkan bunyi dengan cara dipukul. Dan memang bedug
dibunyikan dengan sebuah pemukul yang disebut mallet. Bedug dikelompokkan ke dalam kategori membranophone.
Alat musik bermembran sebagaimana drum set, kendang, bongo, conga, dan
sejenisnya. Seni menabuh bedug juga mengalami perkembangan. Sama halnya dengan
seni perkusi pada umumnya, tidak hanya bagian membran yang dieksploitasi
bunyinya. Namun keseluruhan badan bedug dapat dieksplorasi dan dieksploitasi
sebagai penghasil bunyi dengan warna bunyi yang beraneka macam. Dengan
demikian, bedug, dalam perkembangannya bukan sekedar membranophone, tetapi juga sebuah idiophone. Karena
badannya dapat juga sebagai sumber bunyi. Seni permainan tambur besar
bermembran, telah lama di kenal di nusantara. Meski tak mengistilahkan bedug,
di beberapa daerah nusantara terdapat bentuk alat musik perkusi serupa bedug.
Misalnya di Nias, daerah Mandailing,
dan Minangkabau.
NILAI AFEKSI & FILOSOFI BEDUG
Sebagai sebuah alat musik, bedug memiliki nada. Meski
dikarenakan sifat perkusifnya, tala nada yang dihasilkan bedug tidaklah sejelas
alat musik piano misalnya. Warna bunyi atau timbre dari bedug cenderung tumpul
jika dibandingkan warna bunyi perkusi yang lain, misalnya: kendang. Frekuensi
bunyi bedug berada pada wilayah frekuensi bass. Dalam musik tradisionil, bunyi
dalam frekuensi bass memiliki fungsi sebagai drona (Inggris: drone),
yaitu tesis atau tekanan pemberat pada pola irama. Irama adalah pola
ketukan yang berulang dengan pola tertentu dan pola-pola irama ini akan
membentuk siklus. Pada musik tradisional, siklus pola irama tersebut bermuara
pada drona. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa drona adalah penggambaran
sebuah PUSAT KESEMESTAAN. Filosofi ini dapat
dimaknai bahwa bunyi bedug adalah pengejawantahan dari suara Sang Ilahi, pusat
semesta.
Mendengar bunyi bedug dapat dikatakan sebagai
pengejawantahan mendengar suara Sang Ilahi. Bunyi yang bertalu-talu membentuk
impresi adanya “panggilan” yang harus
ditanggapi segera. Afeksinya adalah rasa keterpanggilan kita untuk segera
tanggap akan panggilan tersebut. Fenomena semacam ini adalah sebuah misteri.
Misteri tentang ketertarikan suatu rasa dengan bunyi. Misteri tentang afeksi
jiwa menanggapi panggilan transenden dalam wujud bebunyian dan tentu saja
misteri tentang esensi dari ke-Ilahian yang terwujud dalam bunyi.
Bunyi bedug dihasilkan dengan memukul membran dan
membran ini memiliki bentuk sebuah lingkaran. Bidang geometri yang memiliki siklus sempurna - tak ada awal dan tanpa akhir.
Morfologi ini juga sebuah misteri. Misteri tentang keberadaan Sang Ilahi yang
adalah awal dan akhir itu sendiri. Semua terpampang dalam bentuk sebuah bedug.
Bidang yang berbentuk lingkaran juga menyimpan misteri
tersendiri. Secara geometris, lingkaran terbentuk dari titik yang tak terhingga
jumlahnya. Membran bedug berbentuk lingkaran. Dengan demikian, ada jumlah tak
terhingga dari titik pada membran bedug. Titik-titik tersebut menjadi lokus
pukulan mallet. Efeknya adalah sebetulnya ada nuansa warna bunyi yang juga tak
terhingga. Meskipun ini bersifat mikro sehingga tidak serta merta dapat dengan
gampang dicerna sebagai persepsi terhadap pendengaran. Filosofi psikoakustik
macam ini juga menyuguhkan misteri, sebagaimana kuasa Ilahi yang juga tak
terhingga. Ada pesan pengedepanan dari sifat “MAHA” pada Sang Ilahi, juga bahwa
Tuhan, sebagai Sang Ilahi sering melakukan karya perbuatanNya secara mikro -
tak kasat mata dan juga tidak gampang tercecap inderawi kita. Semua ini misteri
dan bunyi bedug adalah representasinya.
Bedug adalah tetabuhan tambur besar. Esensinya adalah
tanda, aba-aba, untuk kegiatan peribadatan dan juga salah satu bentuk
komunikasi sosial. Perwujudan bunyinya mengandung misteri. Misteri yang jika
dipermenungkan akan bermuara pada kesejatian yang hakiki - Tuhan yang Esa.
Aktualisasinya adalah, “Akankah kita senantiasa membunyikan bedug
secara bertalu-talu dalam lubuk hati sanubari kita, sebagai laku tanggap terhadap
panggilan Yang Ilahi?”
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.