KOMPOSISI
MUSIK
“SEBUAH
PENGANTAR POPULER”
(Komposer dan Pekerja Musik)
Artikel STACCATO edisi Mei 2012
Terlebih dahulu perlu diberikan catatan tentang
artikel ini. Artikel ini sama sekali bukan telaah ilmiah tentang komposisi
musik. Artikel ini semata adalah sebuah pengantar tentang pemaknaan dan lingkup
komposisi musik, dalam gaya
populer.
Ada sebuah dialog demikian:
A : “Mbak kuliah di jurusan apa ?”
B : “Fakultas Seni Pertunjukan Mas……musik..”
A : “ Mau jadi pemain piano ya, Mbak ?”
B : “Oooo ndak, Mas…saya di jurusan komposisi “
A : “Komposisi ???!!!! ….Waaaahhh…mau jadi pengarang lagu ya,
Mbak?”
Kebanyakan orang pada lazimnya senantiasa memaknai
komposisi (musik) melulu hanya sebagai bidang studi yang menjadikan orang mampu
dan piawai mengarang lagu. Mengarang dan bukan mencipta. Karena untuk dapat
disebut mencipta, seseorang harus berkreasi dengan material yang seratus persen
baru dan belum pernah ada. ST 12,
bagi Saya adalah pengarang lagu, karena materi lagunya berasal dari sistem
tonal diatonis yang memang sudah ada. Berbeda dengan Arnold Schoenberg misalnya. Schoenberg
adalah pencipta, karena materi musiknya berasal dari sistem Duodekatonik hasil
penemuannya.
Komposisi memang terkait dengan urusan karang-mengarang
lagu dan musik. Namun intisari dari beberapa kamus musik terkemuka, memberi
batasan pengertian, bahwa kata “komposisi musik” merujuk pada: karya musik yang
original. Telaah struktur karya musik dan proses kreasi musikal. Orang yang
melakukan kegiatan komposisi musik diberi sebutan composer atau komponis.
Hasil komposisi musik dapat bersifat literer. Dalam
arti tersaji secara tertulis. Bisa juga dalam bentuk ingatan. Sifat sajian
komposisi musik ini bergantung pada bentuk dan perkembangan budaya manusia.
Musik Klasik misalnya, hampir selalu tersaji secara literer, karena komposer
musik klasik selalu memulai proses kreasinya dengan meng-konsep terlebih dahulu ide musikalnya. Berbeda dengan gendhing misalnya atau RAGA India. Komposisi gendhing sejati senantiasa dilakukan
secara komunal dan kesesaatan atau real
time. Lalu bagaimana dengan yang disebut sebagai gendhing karya Ki Nartosabdo?
Tentu gendhing Ki Nartosabdo tidak
dikerjakan rame-rame atau komunal. Bentuk
demikian disebut sebagai gendhing kreasi.
Komposisi musik bukanlah sebuah bidang telaah dan
studi yang mandiri. Kehadirannya senantiasa ditopang oleh bidang studi yang
lain, diantaranya:
- Ilmu Harmoni (Harmony)
Agar orang yang akan mempelajari komposisi memahami
betul normatif kepatutan dan kelayakan dalam budaya manusia tentang rasa bunyi
yang selaras.
- Ilmu Bentuk dan Analisa (Form Analysis)
Untuk dapat dijadikan dasar telaah rasional terhadap
materi musikal.
- Sejarah musik (History of Music)
Untuk landasan pijak tentang perkembangan hal-hal yang
telah dicapai manusia, dalam rangka menghadirkan sebuah bentuk nilai estetis
seni bunyi.
Selain itu, terdapat pula pengetahuan tentang teknis
komposisi. Yang paling popular adalah counterpoint
atau kontrapunkt. Teknik ini berasal
dari beberapa abad yang lampau. Namun sampai hari ini masih tetap dijadikan
teknik utama dalam mengkomposisi musik. Dalam kontrapunkt inilah bunyi dianggap sebagai organum hidup. Yang memiliki alur, karakteristik, kecenderungan,
dan sifat-sifat layaknya sebuah organisme hidup.
Komposisi musik bukan sekedar upaya penambahan repertoire. Komposisi musik adalah
cerminan perjalanan budaya manusia. Perjalanan budaya dalam mengolah rasa. Untuk
memaknai keselarasan bunyi. Dalam bentuknya, komposisi dapat sangat kompleks, ruwet dan njlimet. Namun bisa juga komposisi hadir sebagai aransemen yang
sederhana. Memperkaya sebuah progresi akor pun sudah merupakan sebuah
komposisi. Improvisasi pun termasuk komposisi. Karena pada hakekatnya, improvisasi
merupakan kegiatan merangkai materi musikal, hanya saja dilakukan dengan
spontan.
Sering timbul sebuah persepsi unik di
masyarakat. Seperti misalnya anggapan demikian: Waaah..untuk apa susah susah belajar di jurusan komposisi.Tuh si
Anu… lulusan SMP doang,jrang jreng gitar… jadi deh lagu…… Dan… dia rekaman trus
bisa beli rumah dan Innova lho. Lha yang lulusan sekolah tinggi musik jurusan
komposisi… aduh cing, mo kredit motor aja susah…
Persepsi demikian tidak seratus persen salah, namun
tentu tidak seratus persen betul. Dalam batas tertentu, misalnya sebagai
ungkapan protes sosial, orang yang memiliki naluri bermusik yang tajam bisa
saja menjadi composer ‘dadakan’. Hanya
saja, harus tetap diingat bahwa musik memiliki dimensi yang sangat luas. Musik
adalah pengejawantahan karsa dalam karya yang tidak hanya mengusung masalah
cinta dan protes sosial. Musik bisa melantunkan filsafat, terkadang musik bisa menyanyikan
derita tanpa harus menjadi ‘cengeng’
dan.. musik juga bisa menjadi sangat sexy, bahkan erotis. Nah, jika urusannya sudah sampai dalam tahap ini, mau tidak mau
orang harus mengenyam sebuah proses edukasi dalam berkomposisi.
Komposisi musik seni, di Indonesia, belum dapat
dikatakan menyejukkan. Banyak komposer handal yang lebih memilih berkiprah di
komunitas manca negara. Nampaknya perlu sebuah pembudayaan untuk memberi porsi
pada karya komposer lokal. Faktor lain adalah masih sulitnya mencari penerbit
yang mau menerbitkan komposisi musik seni dari komposer dalam negeri. Sudah
waktunya negeri ini menghidupkan sebuah asosiasi bagi para komposer Indonesia,
agar komposisi yang bernuansa lokal dapat menggalang keterpaduan dalam bidang
yang lain, seperti layaknya music
education dan kelompok-kelompok penampil musik seni lainnya.
Mengenal komposisi musik dapat dikatakan adalah
menelusuri napak tilas peradaban manusia, yang selalu mengembangkan persepsi
auditifnya tentang apa yang dimaknai sebagai keselarasan bunyi, dan muara
akhirnya adalah bahwa Sang Pencipta sungguh telah mengaruniakan berjuta makna
dan misteri tentang bunyi.
nice article, jurus kejantanan pria
ReplyDelete