THE BEATLES:
"WARNA DALAM BLANTIKA"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Ranah seni, ranah kehidupan itu sendiri, adalah
blantika. Blantika yang harus ditapaki sepanjang keberadaan manusia. Napak
tilas manusia pada blantikanya, senantiasa bertabur warna. Dunia menjadi gempar, gegap gempita, dan bahkan
terbuai, terbius, terlena, saat empat pemuda dari Liverpool Inggris bermusik. Gaung
spektakulernya kemudian melegenda sampai hari ini. “THE BEATLES” - sebuah legenda blantika musik
populer, ikon Musik Populer dunia. Dan bahkan sementara kalangan berani untuk
berujar, jangan
berbicara tentang Musik Pop tanpa menyebut The Beatles.
Sudah banyak
literatur tentang kesuksesan The Beatles. Di Indonesia pun sudah teramat banyak
literatur yang berkaitan dengan sosok figuratif, perjalanan karir, momen emas, hingga
analisa rahasia sukses The Beatles. Yang agaknya tetap menjadi aktual adalah
mempermenungkan The Beatles, untuk sampai pada sebuah semburat kesadaran bahwa
sebetulnya senantiasa harus ada warna dalam blantika manapun yang kita arungi.
John Lennon, Paul Mc Cartney, Ringo Star, George Harrison - itulah The Beatles. Pada awal karirnya, The Beatles
sebetulnya mengusung Musik Rock ‘n Roll. Dalam gaya Inggris, yang
dalam musikologi dikenal sebagai Mersey Beat. Yang menjadikannya unik adalah
bahwa The Beatles senantiasa melakukan eksperimen dalam musiknya dan ekperimen
ini dilakukan oleh John Lennon dan Paul Mc Cartney. Bentuk eksperimennya adalah
memberi warna baru dan juga warna yang memberi kesan nuansa berbeda pada musik
Rock ‘n Roll aslinya. Upaya The Beatles ini, jika diaktualisasikan dalam kehidupan kita, adalah
sebuah REFORMASI. Reformasi yang terukur, bukan reformasi yang penuh
euphoria dan dilakukan secara demonstratif.
The Beatles "When I Saw Her Standing There"
Tiang utama
keberhasilan konsep musik The Beatles adalah kebersamaan. Bagaimana sebuah
reformasi konsep hasil pemikiran John Lennon dan Paul Mc Cartney
dikomunikasikan menjadi sebuah bahasa kelompok? Dan “bahasa kelompok” inilah
yang menjadikan The Beatles memperoleh kegemilangan debut musikalnya. Paul Mc
Cartney mengalami kegagalan dengan grup barunya yakni Wings. Yang bisa kita ambil pesannya adalah
bahwa dalam
melaksanakan sebuah konsep dibutuhkan kebersamaan yang solid dan komunikasi
yang efektif. Tak ada tempat bagi arogansi hanya karena mayoritas atau
keunggulan tertentu, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial.
Musik The
Beatles pada awal karirnya kental oleh warna tradisionil. Simak saja misalnya
nuansa tradisional India pada lagu “Inner
Light” dan “Nowhere Man” karya George
Harrison. Agaknya ini mengingatkan kembali pada kita bahwa sesuatu yang
bersifat tradisi senantiasa dapat tumbuh berdampingan dan bahkan memperkaya hal
yang “modern.”
The Beatles in their costumes for their single
"Sargeant Pepper Lonely Heartclub Band"
Banyak juga
musik The Beatles yang bersifat sangat liris. Diantaranya lagu seperti “Michelle” dan “Sargeant
Pepper Lonely Heartclub Band.” Jika kita sempat menyimak lirik
lagu The Beatles yang seangkatan dengan kedua lagu tadi, kita akan berhadapan
dengan teks tentang sesuatu yang berupa bayangan-bayangan terutama jika orang
sedang berada dalam keadaan “fly”
oleh karena narkoba. Terlepas dari sisi buruknya, hal ini adalah bukti totalitas
The Beatles terhadap prinsip keseniannya. Jaman sekarang banyak orang yang mengaku
total dan intens pada suatu prinsip, namun hanya berupa slogan kosong belaka.
Tak banyak orang yang berani benar-benar menyublim dalam prinsip hidupnya dan
konsekuen dengan “harga” yang harus dibayar.
John Lennon & Yoko Ono
Kegemilangan
The Beatles, terutama dari segi musiknya, tidak dapat dipisahkan dari buah
karya dua orang terdekatnya, yaitu: Yoko Ono yang adalah istri John
Lennon dan George Martin, sang
produser. Jarang orang yang mengetahui bahwa Yoko Ono adalah seorang seniman
luar biasa. Yoko Ono adalah salah satu pelopor “Fluxus and Happening Art” yang sampai sekarang
paradigmanya dipakai mewarnai aksi-aksi demo di tanah air.
Yoko Ono in the middle of performance
"Fluxus and Happening Art"
George Martin
sendiri adalah pemusik klasik terkemuka. Dia adalah solis oboe pada berbagai
orkestra. Pengaruh dua orang itulah salah satu sebab yang menjadikan The Beatles benar-benar bermusik dengan matang hingga melegenda.
George Martin and The Beatles
Pesan moralnya
adalah, bahwa
untuk setiap
hal “besar” senantiasa diperlukan “MAN BEHIND THE SCENE” - sosok dibalik
layar yang adalah para ahli yang profesional dan berdedikasi di
bidangnya. Agaknya sudah waktunya para pembuat keputusan kita memiliki
orang-orang sedemikian. Andai telah memilikipun, tak berlebihan kiranya jika
warna dalam blantika seperti telah dilakukan The Beatles, dipakai sebagai acuan
dan cermin diri.
John Lennon "IMAGINE" (HD)
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.