Showing posts with label publication. Show all posts
Showing posts with label publication. Show all posts

Monday, 30 June 2025

SUMBER - by: Michael Gunadi | Staccato, July 2025

“SUMBER”
By: Michael Gunadi
Staccato, July 2025

 

Siapapun yang belajar Musik Klasik, mengajar Musik Klasik atau mencintai Musik Klasik, mestinya, atau setidaknya sangat diharapkan, untuk memiliki pemahaman. Bahwa Musik Klasik adalah BUDAYA LITERER. Yakni kebudayaan, yang berwujud seni dan bersifat literatif atau menggunakan literasi atau bahan bacaan, dengan demikian harus tertulis. Ini yang membedakan Musik Klasik dengan Genre lainnya, Pop, Jazz, Rock, Traditional atau apapun genrenya. Di ranah tertulis inilah, para pelaku Musik Klasik, akan bergumul, bergelut dan berkutat dengan SUMBER. Sumber tertulis. Sumber ini menjadi penting mengingat dalam performansi Musik Klasik pertaruhannya adalah PRESISI. Ketepatan yang tak kenal kompromi, meski tetap ada ruang untuk kebebasan berekspresi.

 

Sumber, dalam batas tertentu, sangat menentukan kelayakan permainan seorang siswa Musik Klasik dan/atau para pemusik professional. Dalam ranah Pustaka Musik Klasik, dikenal tentu, sumber secara fisik dan Digital. Sumber fisik dan Digital ini memiliki editio typica atau sumber induk dan para musikolog biasa membaginya menjadi:

 

Edisi faksimili adalah salinan persis dari naskah asli komposer atau edisi awal sebuah karya. Edisi Faksimili sering kali merupakan reproduksi fotografi yang meniru ukuran, kertas, warna, penjilidan, dan kondisi fisik aslinya. Edisi Faksimili berguna bagi siswa, guru, dan peneliti yang mungkin tidak memiliki akses terhadap materi aslinya. Mereka dapat memperoleh gambaran tentang tempat kerja dan suasana kerja sang komposer, menunjukkan nuansa seperti penghapusan, koreksi, dan tempelan material. Istilah "faksimili" berasal dari frasa Latin fac simile yang berarti "membuat serupa". Penutur bahasa Inggris mulai menggunakan kata tersebut pada akhir tahun 1600-an. 

Tuesday, 23 July 2019

REFERENSI EQ & COMPRESSION | Audiopro, July 2019

“REFERENSI EQ & COMPRESSION”
Audio Pro, Juli 2019
by: Michael Gunadi


Terlebih dahulu akan diberikan batasan tentang istilah EQ dan COMPRESSION. Batasan yang bukan sebagai makna istilah. Melainkan batasan agar diperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang akan dreferensikan dan bagaimana penerapannya.

EQ
Dalam ranah audio professional, istilah EQ mengacu pada satu proses, yakni proses manipulasi Bukan sekedar perubahan, melainkan manipulasi. Manipulasi dari perimbangan atau balans komponen frekuensi dalam sebuah sinyal audio. Mengapa perlu ada manipulasi balans frekuensi? Begini ceritanya.

Telinga manusia, bisa mengenali sinyal audio dalam rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 20 kHz. Mohon diperhatikan bahwa istilah yang dipakai adalah mengenali (detect) dan bukan hanya mendengar (Hear/capturing sound). Rentang frekuensi yang mampu dikenali telinga manusia, jika dijabarkan berdasar spectrum gelombang nya, akan didapat pembagian semacam ini. 

Dalam spectrum gelombang semacam itulah kemudian telinga manusia mampu mengenali TIMBRE atau warna bunyi. Adanya timbre inilah, yang menjadikan telinga mengenali bunyi gitar listrik. Piano. Kendhang Jawa dan suara manusia Dalam kenyataannya, banyak bunyi dan suara yang mengalir dalam frekuensi yang sama. 

Tuesday, 30 June 2015

"KONTRIBUSI MIXER DIGITAL PADA PEMENTASAN OUTDOOR" - by: Michael Gunadi (Audiopro, June 2015)

"KONTRIBUSI MIXER DIGITAL 
PADA PEMENTASAN OUTDOOR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, June 2015 (P. 40-41)

 
 Sumber:

Terlebih dahulu, akan dipaparkan apa saja keperluan utama dan krusial dalam sebuah pementasan outdoor.

Tuesday, 4 March 2014

"SMOOTH JAZZ" - Sebuah Upaya Yang Tidak Smooth! Artikel Staccato, Maret 2014 - by: Michael Gunadi Widjaja

SMOOTH JAZZ:
"SEBUAH UPAYA YANG TIDAK SMOOTH"
Artikel Staccato Maret 2014
Oleh: Michael Gunadi Widjaja


Sudah kita maklumi bersama, bahwa salah satu sifat esensial Musik Jazz adalah kekenyalannya. Jazz sangat kenyal sehingga leluasa menerima, dimasuki, disusupi bahkan disetubuhi berbagai mazhab musik maupun genre musik. Penerimaan, pemasukan, penyusupan, dan persetubuhan Jazz dengan mazhab dan genre musik lain, secara global memiliki dua macam aksi. Yakni PENGARUH dan PELEBURAN - Influence and Fuse. Dari pengaruh dan/atau peleburan itu kita mengenal istilah-istilah seperti Latin Jazz, Jazz Rock, Free Jazz, Ethnic Jazz, Fusion Jazz. Lima tahun terakhir, kita mulai terbiasa dan dibiasakan pada sebuah trend baru, yaitu yang dikenal dengan istilah SMOOTH JAZZ.

CIKAL BAKAL SMOOTH JAZZ
Smooth Jazz sebetulnya dapatlah dikatakan sebagai genre dari Musik Jazz. Pertumbuhannya mengakar pada Fusion Jazz. Esensinya adalah sebuah fusi atau peleburan, dan bukan sekedar perpaduan, dari berbagai unsur musikal. Peleburan tersebut mendapat pengaruh dari Jazz tradisional, rhythm and Blues, Funky Music, Rock, dan bahkan Musik Pop. 

Friday, 6 September 2013

"MUSIK JAZZ VS MUSIK KLASIK" - by: Michael Gunadi Widjaja (Artikel Staccato, Oktober 2013)

"MUSIK JAZZ VS MUSIK KLASIK"
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato, September 2013


Judul artikel kali ini bisa saja dirasa sangat provokatif - menghasut maupun membakar. Dan bagi sebagian orang sah-sah saja menganggap judul tersebut sangat berlebihan. Dan memang, tidak pada tempatnya jika Musik Jazz “dipertarungkan” dengan Musik Klasik. Dan “vs” pada judul juga tidak saya maksudkan sebagai sebuah versus. Seperti layaknya pertandingan tinju dan gulat, ”vs” atau versus dalam judul artikel ini adalah sebuah komparasi pemahaman konsep. Dan tentu saja hasil akhirnya bukanlah mana yang terbaik, melainkan pemahaman secara konseptual akan kedua genre musik tersebut.


MUSIK KLASIK
Banyak diantara kita, yang secara “mendengar” pasti akan dapat membedakan, mana yang Musik Klasik dan mana yang Musik Jazz. Namun jika diminta untuk mendeskripsi dengan kata-kata, masih teramat sangat banyak orang yang bingung. Padahal dalam batasan tertentu, pendeskripsian dengan kata-kata adalah salah satu tolok ukur pemahaman seseorang akan sesuatu.

Friday, 9 August 2013

"Mengenal Hak Cipta Musik" - by Michael Gunadi Widjaja

"MENGENAL HAK CIPTA MUSIK"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja


Di Indonesia, ada sebuah organisasi yang menamakan dirinya KCI (Karya Cipta Indonesia). KCI adalah sebuah organisasi nirlaba. Berpusat di Golden Plaza Fatmawati Jakarta (www.kci.or.id). Organisasi ini bergerak dalam bidang hak cipta musik. Hak cipta musik merupakan salah satu hak intelektual. Dan agaknya tidak berlebihan, jika kita meluangkan waktu sejenak untuk sekedar berkenalan dengan hak cipta musik.

Hak cipta musik dapat dikatakan adalah hak khusus yang diberikan kepada pengarang lagu dan/atau musik dan penerusnya (ahli warisnya) untuk mengumumkan lagu dan/atau musik, dan memperbanyak lagu dan/atau musik karangannya. Adapun yang dimaksud mengumumkan lagu adalah sebuah hak khusus dalam hubungannya dengan tampilan musik. Baik untuk musik hidup maupun siaran televisi atau radio. Hal ini dalam hukum tentang hak cipta, dikenal sebagai Performing Rights. Sedangkan memperbanyak lagu dan/atau musik berkaitan dengan duplikasi atau penggandaan materi musiknya.


Hak cipta musik adalah sebuah hak intelektual. Hak intelektual yang berkaitan dengan properti. Dalam konteks ini, properti yang dimaksud adalah lagu dan/atau musik. Ada perbedaan mendasar pada paradigma hak intelektual dalam properti dengan hukum properti umum. Perbedaannya dapat diilustrasikan misalnya kita membeli CD yang berisi nyanyian. Kita memiliki hak atas CD nya, tetapi BUKAN ATAS NYANYIANNYA. Jadi kita berhak memutar atau menggunakan CD yang telah kita beli hanya dan untuk kepentingan pribadi yang sifatnya non-komersial.

"Pembajakan Semu Terhadap Karya Musik" - by Michael Gunadi Widjaja

“PEMBAJAKAN SEMU 
TERHADAP KARYA MUSIK”
Oleh: Michael Gunadi Widjaja



“Setiap Anda memutar lagu karya Gesang, 
bisa jadi Anda sudah mencuri periuk nasinya.”

Kalimat tersebut terpampang pada booklet resmi dari KARYA CIPTA INDONESIA, sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang hak cipta musik di Indonesia. Hak cipta karya musik, dalam highlight KCI dihubungkan dengan periuk nasi seseorang, yakni Almarhum Pak Gesang. Dan bicara tentang periuk seseorang, agaknya memang kita harus mau untuk sedikit mengernyitkan kening. Dan memang hak cipta musik di Indonesia masih menyisakan permasalahan yang tidak ringan.

Hak cipta terhadap karya musik dalam artikel ini saya batasi menjadi dua hal: Printed Material dan Audio Material. Yang tergolong printed material adalah karya yang dicetak, baik buku maupun partitura musik, dan atau musik. Sedangkan audio material yang saya maksud adalah karya yang diperdengarkan. Tentu dalam bentuk rekaman. Dan pembajakan yang kali ini saya bicarakan, bukan pembajakan seperti VCD yang marak. Pembajakan dalam tulisan ini adalah pembajakan semu atau saya beri istilah PSEUDO PIRACY. Dan pseudo piracy ini terjadi dalam lingkup pemanfaatan komputer.

Tuesday, 11 June 2013

"Estetika dan Etika" Artikel Radar Tegal, 21 Februari 2013

"ESTETIKA dan ETIKA"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Radar Tegal, 21 Februari 2013


MUSIK diciptakan untuk dinikmati. Karena kemerduan dan keindahan suaranya. Namun secara psikologis, musik dapat mengembangkan estetika atau keindahan. Hal ini dituturkan praktisi musik terkenal, Michael Gunadi Widjaja. Menurutnya, dengan mendalami musik, seorang anak akan belajar untuk mencintai keindahan. Dengan mencintai musik, seorang anak mampu menumbuhkan sikap apresiasi terhadap orang lain.

"Menghargai karya orang lain - apa saja karyanya merupakan bagian dari sikap apresiasi. Sejumlah tokoh dunia yang namanya tercatat dalam sejarah, sebagian besar seorang apresian musik tinggi. Contohnya Presiden Amerika Ronald Reagan, Bill Clinton, dan Barack Obama. Tak ketinggalan Presiden Indonesia, Ir. Soekarno juga termasuk pencinta musik."

Dia menambahkan, pendidikan musik sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Musik mampu menumbuhkan sikap menghargai orang lain, serta sikap toleransi. Tidak hanya itu, musik juga dapat memupuk etika atau sikap sopan santun seseorang. Dengan musik, orang semakin berbudaya, melatih motorik halus anak.

Hidup ini perlu keseimbangan, keselarasan, dan salah satu penyeimbang adalah musik. Selain memupuk keindahan, hidup juga tambah semarak. Para tokoh dunia rata-rata adalah pencinta musik. (din)

Saturday, 25 May 2013

RADAR NEWSPAPER (May, 21, 2013)

"GUNADI TAMPIL SUKSES 
DI PUSAT KEBUDAYAAN AMERIKA"
RADAR NEWSPAPER, 21st May 2013


Gitaris Indonesia kelahiran Tegal, Michael Gunadi Widjaja, Minggu (19/5), tampil dalam konser tunggal di Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta. Penampilan pria ini memantapkan posisinya sebagai gitaris papan atas di Tanah Air. Hal itu dibuktikan, dengan membludaknya jumlah pengunjung. 


Gedung berkapasitas 300 penonton, ternyata didatangi lebih dari 500 orang. Sehingga membuat pihak manajemen dan sekuritas Pusat Kebudayaan Amerika pun kewalahan. Boleh jadi pertama kali sebuah pertunjukan seni musik, mendapatkan antusias publik yang luar biasa. Disamping disaksikan sejumlah warga Amerika, yang kebetulan tinggal di Indonesia. Tak ketinggalan, konser tersebut dihadiri pencinta musik dari ibukota. Termasuk para pencinta musik dari sejumlah daerah.

Konser ini mendapat sambutan hangat dari penonton. Bahkan dari situs jejaring sosial, Twitter. Sebagian besar pengunjung memuji penampilan Gunadi. Dalam konser "Disney Pianolicious", dengan direksi Jelia Megawati Heru, sore itu mendapat animo luar biasa dari Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta. Sambutan dari segenap penonton, disampaikan bahkan hingga selesainya acara.

Gitaris asal Tegal, Michael Gunadi Widjaja
tampil memikat dengan nomor lagu "Asturias" dari Isaac Albeniz

Dalam kesempatan itu, Gunadi membawakan nomor lagu berjudul "Asturias" karya Isaac Abeniz dari Spanyol (1860-1909). Lagu itu merupakan soundtrack dari film "The Mirrors". Saat lagu tsb dihadirkan, membuat hadirin tercekam, yang membawanya dalam suasana horor bernuansa Flamenco Spanyol yang menakjubkan. Untuk nomor kedua, Gunadi yang juga alumnus Perth Conservatory of Music, Australia (1988-1990), membawakan sebuah transkripsi dari "Cello Suite No. 1 - Prelude" karya komponis asal Jerman, Johann Sebastian Bach. Lagu karya JS. Bach sebagai tema film "The Master and Commander". Dalam lagu ini pengunjung seperti dibuat larut dalam romantisme.

Menurut pemerhati musik, yang hadir menyaksikan penampilan Gunadi mengatakan, bahwa penampilannya sangat fenomenal. Seni Musik piano dan gitar klasik bisa menjadi sangat dialogis dan menampilkan hal-hal yang dekat dengan ranah kehidupan sehari-hari. Dengan penampilannya dalam konser kali ini, Michael Gunadi Widjaja telah mengharumkan nama tanah kelahirannya. (din)

Saturday, 18 May 2013

Disney Pianolicious at Radar Newspaper (May, 16, 2013)

DISNEY PIANOLICIOUS 
at RADAR NEWSPAPER
Thursday, 16th May 2013, Page 9 "MUSIC"


"GITARIS TEGAL TAMPIL 
DI PUSAT KEBUDAYAAN AMERIKA"

Seorang gitaris Tanah Air kelahiran Tegal, Michael Gunadi Widjaja, yang selama ini banyak menggelar pertunjukkan musik di sejumlah tempat, baik piano maupun gitar. Disamping menggarap komposisi musik untuk tari, Minggu (19/5), bakal tampil di Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta, tepatnya di Pacific Place lantai 3. Dalam konser berjudul 'Disney Pianolicious' - A Tribute to Walt Disney and American Movie. Michael Gunadi membawakan sebuah lagu berjudul 'Asturias' karya Isaac Albeniz dari Spanyol (1860-1909). Lagu cantik yang bakal dimainkannya merupakan soundtrack film "The Mirrors".

Selain gitar karya Isaac Albeniz, nomor kedua gitaris alumnus Perth Conservatory of Music, Australia (1988-1990), juga tampil membawakan sebuah transkripsi karya komponis asal Jerman, Johann Sebastian Bach

"Sebagai direktur konser seorang musik edukator alumnus Jerman, Jelia Megawati Heru. Sebelumnya dia pernah mengadakan seminar pendidikan musik di Tegal, yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Tegal setahun yang lalu. Dia tampil dengan Ensemble Piano Golden Fingers di Taman Budaya Tegal", ucapnya.

Sekedar diketahui, penampilan Michael Gunadi Widjaja merupakan sebuah debut internasional untuk kesekian kalinya. Konser yang diadakan tersebut merupakan sarana dialog budaya melalui musik. Terutama dengan masyarakat dari kultur Amerika. Disamping dihadiri warga Amerika yang saat ini tinggal di Indonesia. (din)

more about the music concert "Disney Pianolicious",
please click HERE

Monday, 10 December 2012

"ASA KEMBARA" on STACCATO December 2012

"ASA KEMBARA"
The Exotic Indonesian Solo Violin Composition
by Michael Gunadi Widjaja
on STACCATO (December 2012)



get the score: CLICK HERE

ASA KEMBARA is a piece for unaccompanied solo violin. 
It's made ​​to meet the wishes of Prof. Mathias Boegner
for the performance in Thailand (2011). 

Prof Mathias wanted a composition that is "new" 
with Indonesian atmosphere. 
 Because the piece for the unaccompanied solo violin 
from Indonesian composer is still rare.

ASA portray sound of wanderer of Asa or expectations, 
that longing for satisfaction. 
The instinct and desire that wanders after the wild lust, flirtation and pain.


The composition landscape of wanderer could be heard 
from the music that's written without bars. 
The odyssey of hope is not "constrained" by a certain meters. 

The primary material is the sound it selves. 
It sounds very dissonant tone and lots of clashes, 
because in the wanderings, 
a hope almost never resolved in an absolute harmony.
 
Hear "Asa Kembara" HERE
 

Thursday, 1 November 2012

Liputan Koran Radar - 31 Oktober 2012 "Pendidikan Musik Sekolah Umum Dinilai Salah Arah"

Michael Gunadi Widjaja:
"Pendidikan Musik Sekolah Umum 
Dinilai Salah Arah"
Liputan Koran Radar, Jawa Tengah - 31 Oktober 2012

 

Arah pendidikan musik di sekolah umum, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),  Sekolah Menegah Atas (SMA), menurut praktisi musik Kota Tegal, Michael Gunadi Widjaja, dinilai salah arah. Seharusnya yang ditampilkan pada tiap siswa bentuk apresiasi, bukan ketrampilan seni bermain.

"Siswa dipersilahkan menyaksikan bentuk musik bermutu. Tidak sebaliknya, diajarkan ketrampilan seni bermain. Pendidikan musik semacam ini berlaku di semua tingkatan di sekolah umum", tandasnya. "Di sisi guru yang diberi tugas mengajar musik, boleh jadi belum tahu apakah itu ansambel musik, tentang harmoni, serta teknik bermain instrumen baik dan benar."

Namun Gunadi menyadari jumlah guru yang mumpuni bidang seni musik jumlahnya sangat sedikit. "Keterbatasan itu sebenarnya dapat diatasi dengan mengadakan seminar, pesertanya guru yang mengampu bidang studi seni musik. Sehingga akan bertambah pengetahuannya." Sebelum itu pernah diadakan seminar tentang musik, mengundang master musik dari Jakarta, imbuhnya.

Soal kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak mudah mengakses bermacam jenis musik, ucap seniman musik yang selama ini kerap tampil dalam berbagai event, seharusnya teknologi dapat mendukung pembelajaran seni musik. Selain itu, teknologi merupakan sarana atau wadah pengungkapan ekspresi.

Ketika ditanyakan tentang sedikitnya siswa mempelajari musik di sekolah, dia pun mengungkapkan, hal tersebut karena terjadi kesalahan cara pandang pendidikan selama ini. "Kalau ingin jadi orang sukses, pelajaran matematika dan bahasa Inggris nilainya harus bagus. Untuk pendidikan humaniora seperti pendidikan musik dan seni lain dianggap tidak penting. Penanaman semacam itu berakibat kurangnya minat pada bidang lain.", paparnya.

Sementara masing-masing anak memiliki bakat dan kemampuan berbeda. Namun yang terjadi justru penyeragaman cara pandang. Hal ini terjadi hampir di semua aspek kehidupan. Sedang pendidikan humaniora yang mengasah kepekaan anak, sehingga menjadi pribadi mandiri, seakan terabaikan.

Saturday, 18 August 2012

Artikel Audiopro (Agustus 2012) "Kawai - The Ultimate Digital Piano"

KAWAI FACTORY TOUR
“THE ULTIMATE DIGITAL PIANO”
Artikel AUDIOPRO, edisi Agustus 2012
Oleh: Michael Gunadi Widjaja



Piano digital sangat berbeda dengan piano elektrik. Piano digital adalah sebuah imitasi dari piano akustik sejati dalam sebuah sistem digital. Ada beberapa merek dan pabrik piano digital. Salah satu yang sudah mendapatkan pengakuan kelas dunia adalah Kawai digital piano.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan melakukan Kawai Factory Tour atas undangan pihak manajemen PT KAWAI INDONESIA. Dalam Factory Tour ini saya bersama dengan Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu, seorang music educator dan pianis alumnus Jerman. Selama tur, kami didampingi jajaran manajemen Kawai Indonesia, yakni Bapak Suyono (Manager Quality Control) dan Bapak Oki Hermawan Anggawinata (Manager Marketing). Juga Bapak Gunawan dari jajaran manajemen Kawai elektrik dan direktur utama Kawai Indonesia Mr. Hiroshi Ushio dan executive director Mr. Ichiro Matsuda.

 

Pabrik Kawai digital piano adalah sebuah assembly industry yang terletak di Cikampek. Nama resmi dari pabrikan piano digital ini adalah Kawai Electronic Musical Instrument, dan berada dalam unit produksi Kawai Plant 3. Seluruh proses assembly dikerjakan dengan sarana produksi canggih dan pengawasan kualitas yang prima.

Kawai mengeluarkan berbagai tipe dan seri piano digital, dan terbagi dalam empat kategori:
  • Concert Performance series (CP)
  • Concert Artist series (CA)
  • Portable Digital  (ES & EP)
  • Custom series  (CL & CN)
Tiap seri memiliki keunggulan dan fitur untuk berbagai keperluan. Seri CP misalnya, adalah sebuah masterpiece dengan keakuratan bunyi sangat presisi mendekati bunyi Grand Acoustic Piano.

Yang menjadikan Kawai digital piano berbeda dan unggul dibanding piano digital lainnya adalah bahwa Kawai digital piano memiliki area sanpling yang luas, juga sampling rate yang tinggi. Dan modus sampling ini diambil dari Shigeru Kawai, salah satu grand piano terbaik di dunia. Selain itu, mekanisme touch dari Kawai digital piano juga sangat luar biasa. Hammer action menggunakan compound material, yakni wooden dan bahan composit. Sehingga touch dari Kawai digital piano bukan saja mendekati piano sejati, melainkan sudah sangat persis. Touch respond dan sensitivitasnya sangat akurat, hammer action-nya juga memungkinkan untuk mengeksplorasi tone color.

 
 

Dalam pabrik, Miss Jelia sempat mencoba Kawai digital piano seri CP. Dan ternyata seri CP ini sangat mampu mengakomodasi kebutuhan pianis handal seperti Jelia, terutama ketika dilakukan tes dengan fast repeated hammering technique. Mekanisme hammer Kawai sangat mampu mengakomodasi teknik ini, yang di piano digital merek lain amatlah tidak mungkin.

Piano Kawai termasuk salah satu produk piano terbaik di dunia. Bersama Fazioli, Boessendorfer, dan Steinway & Sons. Nama besar Kawai dan ketenarannya merupakan fusi dari kerja keras, visi yang tajam, keterampilan, keuletan, dan yang terpenting penjiwaan slogan bahwa Kawai akan menjadi “The Future of the Piano”

KAWAI DIGITAL PIANO
“Sounds like playing on a real acoustic piano with responsive sensitive keys”

Tur dialokasikan pada Kawai piano factory plant 1, yakni unit perakitan untuk piano akustik dan grand piano. Sesampainya di Kawai plant 1, rombongan disambut Mr. Hiroshi Ushio (Presdir PT Kawai Indonesia) dan Mr. Ichiro Matsuda (Direktur pelaksana). Sebelum melakukan kunjungan ke pabrik, dilakukan presentasi oleh Bapak Rudi seputar Kawai Indonesia dan product knowledge. Menjadi menarik manakala menelisik sejenak hal-hal penting dalam presentasi tsb, agar setidaknya dapat dijadikan inspiratif tentang filosofi dan etos kerja sebuah pabrik piano terbaik di dunia dalam kiprahnya di tanah air.

SEJARAH KAWAI
(dari ki-ka) Koichi Kawai - Shigeru Kawai - Hirotaka Kawai

Kawai Corp. Didirikan oleh Koichi Kawai. Saat ia memasuki usia remaja, Koichi bekerja di industri piano. Dia adalah anggota kunci tim penelitian dan pengembangan dimana untuk pertama kalinya piano diperkenalkan ke Jepang. Seorang penemu berbakat, Koichi Kawai adalah yang pertama kali merancang dan membangun sebuah aksi piano di Jepang. Ia memegang banyak paten untuk penemuannya dan desain. Perbedaan visi menjadikan seorang Koichi Kawai mendirikan sebuah perusahaan piano sendiri. Pada tahun 1927, Koichi Kawai mendirikan laboratorium penelitian instrumen musik Kawai, dan mempekerjakan tujuh orang kerabat lainnya. Sebagai perusahaan muda, satu-satunya yang mendukung mereka adalah semangat untuk musik dan keinginan untuk memproduksi piano unggul. Prinsip-prinsip dasar Koichi dipusatkan pada kualitasm apresiasi musik, dan pencarian keunggulan.


Impian Koichi Kawai diwujudkan oleh Shigeru Kawaithe successor, anak Koichi Kawai – dalam memperluas fasilitas produksi dan mendirikan sejumlah organisasi untuk mempromosikan nilai musik. Pada 9 Agustus 1927 di Hanamatsu, Jepang, didirikanlah pabrik Kawai yang pertama. Hirotaka Kawai, presiden yang ditunjuk pada tahun 1989, tetap berkomitmen untuk menjalankan tradisi yang ditanamkan oleh ayah dan kakeknya. Dalam menegaskan filsafat mereka, ia menyatakan “At Kawai, th quest for perfection is not just an ideal, but a duty”. Di bawah bimbingan Hirotaka, perusahaan memulai sebuah program yang menginvestasikan puluhan juta dollar untuk mengintegrasikan teknologi robotika ke dalam proses manufaktur. Dia juga memimpin pendirian fasilitas manufaktur Kawai di seluruh dunia. Dengan demikian, tradisi kepemimpinan keluarga di Kawai hidup dari generasi ke generasi.

Kawai Indonesia berdiri tahun 2001, memiliki tiga unit produksi. Kawai plant 1 di Tangerang dan Kawai plant 2 & 3 di Cikampek. Akan segera terealisasi Kawai plant 4. Jika Kawai plant 4 terealisasi, maka akan didapat produk piano yang memproduksi semua produk bahan baku piano yang murni buatan Indonesia. Kegiatan utama unit produksi Kawai adalah perakitan piano dengan jumlah produksi 1000 set per bulan untuk piano akustik dan 6000 set per bulan untuk piano digital. Khusus untuk piano akustik, 40% kegiatan produksinya dikerjakan secara manual, sebagai komitmen Kawai akan hand crafted and precision untuk menghasilkan piano terbaik di dunia.

 Master Piano Artisan (MPA)

Semua produksi Kawai ada dibawah pengawasan sangat ketat dari Master Piano Artisan (MPA). Tingkat tertinggi dari MPA ini baru dapat diperoleh setelah 20 tahun mengenyam pendidikan dan tes, termasuk di Eropa.

ABS-CARBON
“The New Composit for Piano Action Millenium”

Masterpiece piano akustik Kawai adalah Shigeru Kawai grand piano. Menggunakan bahan komposit millenium serat karbon yang disebut sebagai ABS-Carbon (ABS: Acrylonitrile Butadiene Styrene). ABS adalah salah satu bahan yang paling dikenal dari semua komposit modern dalam semua aspek kehidupan, seperti telepon, komputer, peralatan rumah, mobil, sepeda, mobil balap Formula One, instrumen gesek, dan pesawat komersial.

ABS-Carbon merupakan bahan yang sangat kokoh dan kaku, dipergunakan untuk membuat bagian-bagian piano action yang berkenaan dengan:
  • Kekuatan - Lima puluh kali lebih kuat dari bahan kayu, sehingga memiliki daya tahan yang kuat dari perubahan suhu/cuaca 
  • Konsistensi dimensi - Secara signifikan lebih konsisten dalam ukuran dan bentuk dari bahan kayu, sehingga memungkinkan produksi nada yang lebih jernih dan presisi
  • Ketahanan terhadap pembengkakan - Tiga puluh kali lebih tahan daripada bahan kayu, sehingga posisi sekrup pada piano action tetap ketat dan hammer tidak mengalami perubahan, memungkinkan untuk melakukan sentuhan (touch), serta produksi kualitas tone yang konsisten
  • Daya tahan (longevity) dalam rentan waktu yang panjang
Desain ringan membuat piano action millenium III ini sangat cepat dan memudahkan pemainnya dalam melakukan pengulangan (repeated hammer action), dan respons bunyi yang luar biasa. Infus serat karbon ke ABS meningkatkan kekuatan material hingga 90%. Dengan ABS-Carbon, piano action dibuat lebih cepat dan ringan. Sekitar 16% lebih cepat dari bahan konvensional pada umumnya, dan tidak terpengaruh oleh kelembaban udara, sehingga hammer mechanism tidak macet seperti jika memakai bahan dari kayu. Dan pemain mempunyai kemampuan kontrol jari yang tidak tertandingi untuk bermain pianissimo. Selain itu Kawai juga dilengkapi dengan agraffes utillity pada bridge agar posisi dawai tidak mudah bergeser.

Monday, 16 July 2012

Artikel AUDIOPRO Januari 2012 "Dasar Mixing untuk Kick & Snare Drum"

Artikel AUDIOPRO edisi Desember-Januari 2012
DASAR MIXING UNTUK KICK & SNARE DRUM
Oleh: Michael Gunadi Widjaja



Drum set (Drums) memegang peranan sangat penting dalam sensi ritme untuk musik modern. Karenanya, bunyi drums yang sesuai dengan visi musikal sebuah sajian musik menjadi hal penting yang tak dapat dihindari. Dan saat kita bicara tentang bunyi dalam ranah visi musikal, kita akan bicara tentang teknik dan proses mixing, yang merupakan sebuah mata rantai dalam proses penyajian sebuah musik.

Sebagian orang menganggap bahwa mixing adalah seni. Sebagian lagi menganggap bahwa mixing adalah paduan antara seni dan kajian ilmiah. Apapun persepsinya, kita dihadapkan pada sebuah keadaan, untuk membuat tulang punggung rhythm section kita berbunyi sesuai visi kita. Lalu, dari mana kita harus memulai me-mix drums kita.

Dari semua elemen musik, drums adalah hal yang paling complicated jika dibawa ke ranah mixing. Nada yang “tersamar”, locus area pad yang sangat luas, semuanya membawa kemungkinana mix yang hampir tanpa batas. Inilah seni tersendiri dalam me-mix drums.


KICK DRUM

Kick drum adalah bagian yang paling esensial dalam drums, bersama snare drum. Dua organum ini adalah basis dari keseluruhan bangunan ritme kita. Kegagalan me-mix kick drum adalah kegagalan keseluruhan struktur bangunan ritme. Secara konseptual, bunyi mix kick drum adalah yang memiliki nuansa: bunyinya harus padat dan “menghujam” (punchy). Low end-nya harus terdengar mantap. Ini penting untuk mendongkrak jangkauan frekuensi bass. Sebagai konsekuensinya, area mid harus dikorbankan dengan cut yang signifikan. Caranya?

MANIPULASI EQUALIZER
Penekanannya adalah pada manipulasi area frekuensi low end. Jika kita merasa unsur bass kurang menghujam dalam kick drums kita, maka kurva frekuensi mestinya dimanipulasi dengan boost sekitar 80 – 100 Hz.

Untuk memperoleh bunyi yang menghujam namun clean, beberapa sound engineering kenamaan melakukan cut pada mid area sekita 200 – 250 Hz. Di samping itu perlu dilakukan uji coba terhadap bunyi saat beater dimanipulasi dengan berbagai teknik oleh si drummer.

SNARE DRUM

Organum kedua dalam drums yang sangat esensial adalah snare drum. Snare drum sangat penting bagi nuansa bangunan ritme secara keseluruhan. Steady backbeat merupakan fungsi utama snare drum. Untuk mendapatkan bunyi snare yang setidaknya “baik” sebagai sebuah material bunyi musikal, kita dapat melakukannya juga dengan:

FILTERING & EQ
Dengan high pass filter kita bisa menapis semua frekuensi di bawah 100 Hz. Ini senantiasa dilakukan sound engineering papan atas sebagai pijakan utama untuk memunculkan karakter snare drum.

Untuk mendapatkan ketebalan bunyi dan karakter material body snare drum dapat diupayakan sedikit saja boost di sekitar area 150 Hz. Di samping filtering dan EQ, sering juga dimanfaatkan compression. Meskipun pennggunaan dan manipulasi teknik kompresi untuk snare drum masih menjadi bahan perdebatan sound engineering, terutama yang berkaitan dengan rasio kompresi.

Mixing drums bermula pada kick dan snare. Setidaknya dengan dua organum tsb, dasar seluruh bangunan ritme kita telah diberi fondasi yang memadai. Upaya selanjutnya adalah melakukan pemolesan organum lainnya. Dan tentu saja visi sound engineering mutlak diperlukan dalam upaya ini.


Artikel AUDIOPRO Maret 2012 "Efisiensi Pemutar MP3 Pada Intelligent Keyboard"

Artikel Majalah AUDIOPRO edisi Maret 2012

EFISIENSI PEMUTAR MP3
PADA INTELLIGENT KEYBOARD
Oleh: Michael Gunadi Widjaja

 


Intelligent keyboard sebagai peranti musikal yang praktis dan berkemampuan tinggi secara terus menerus mengalami perkembangan. Mulai dari desain bentuknya yang ergonomis, sensitivitas tuts, kemampuan multi-track, variant irama & sound, sampai pada kemampuan penyimpanan data. Yang sedang marak saat ini adalah intelligent keyboard yang dilengkapi dengan pemutar mp3.

Sebagian orang tentu akan bertanya: Jika dilengkapi denan pemutar mp3, adakah hubungan fungsional yang signifikan? Apakah hanya berupa tambahan agar intelligent keyboard memiliki tambahan fungsi sebagai tape playback? Adakah manfaat bagi teknik dan juga kemudahan serta kecanggihan sajian musik melalui intelligent keyboard, dengan adanya tambahan pemutar mp3? Pertanyaan tersebut menggelitik dan menunjukkan bahwa dalam batas tertentu kita memang perlu menelisik ulang akan perkembangan teknologi yang terjadi pada intelligent keyboard.

Sebuah intelligent keyboard secara fungsional terdiri dari: 
  • TONE GENERATOR: untuk menghasilkan gelombang bunyi 
  • PROCESSING UNIT: termasuk sequencer internal dan fungsi editing 
  • DATA STORAGE: khusus untuk data storage, intelligent keyboard mengalami tahapan perkembangan yang cukup signifikan. Mulai dari bentuk cartridge, floopy disk, Zip drive, sampai yang masa kini dalam bentuk USB Flash. Sejalan dengan berkembangnya USB Flash inilah pemutar mp3 menjadi fasilitas yang turut melengkapi kecanggihan fungsi intelligent keyboard.

Lalu, apa efisiensi yang bisa kita dapat dengan adanya pemutar mp3 pada intelligent keyboard kita? Jika kita adalah pemain solo keyboard, maka adanya pemutar mp3 memberi efisiensi berupa mutu musik pengiring yang semakin terdengar profesional. Selama ini solo keyboard menggunakan format midi sebagai minus one. Dalam format midi, puritas bunyi tiap peranti musik sangat bergantung pada tone generator, sumber midi asal, dan format midi-nya. Jika midi diproses menggunakan keyboard merek A misalnya, belum tentu bunyinya akan sesuai keinginan jika dimainkan di keyboard merek lain. Se-merk pun belum tentu tata bunyi aransemennya akan terdengar sama. Amat banyak faktor yang mempengaruhi. Dari pemilihan cacah sampling, channel, kemuadian olahan parameter tiap channel midi dsb.

Dengan tersedianya pemutar mp3, maka semua jenis musik karaoke dalam format mp3 bisa diputar di keyboard kita. Dengan jaminan keyboard apapun sejauh dapat memutar mp3 akan menghasilkan tata bunyi yang general dalam arti sama persis file aslinya.

Bagi musisi yang juga arranger, kehadiran pemutar mp3 yang terpadu dalam unit intelligent keyboard juga membawa benefit dan efisiensi dalam pekerjaannya. Kita bisa langsung merekam tiap track melalui software multi-track recording dengan cara real time. Tanpa harus menggunakan midi yang seringkali memusingkan sehubungan dengan setting channel, clock dan juga parameternya. Data yang berupa wav dikompres menjadi mp3, sehingga lebih fleksibel untuk diedit. Hasil akhirnya bisa diputar di keyboard kita sembari kita memberi penambahan seperlunya.

Hingga saat ini memang belum memungkinkan untuk melakukan editing waveform mp3 melalui fasilitas internal keyboard. Namun kehadiran pemutar mp3 sebagai langkah awal telah cukup membawa efisiensi. Dalam kecepatan olahan pekerjaan dan juga mutu penyajian. Dan sebagai konsekuensi dari maraknya pemutar mp3 dalam intelligent keyboard, sebuah produksi musik portabel tidak lagi hanya berupa satu peranti. Kehadiran laptop dan/atau PC semakin mutlak diperlukan. Dalam soal efisiensi, langkah pekerjaan kita memang dimudahkan, namun kemudahan itu juga membawa kompleksitas berupa unit yang menjadi tersistematik.

Thursday, 28 June 2012

Golden Fingers in Kawai News Letter

My reportage article for  KAWAI NEWS LETTER .
Its a Kawai Company Bulletin which distributed ALL OVER THE WORLD.
Its about The World Best Piano for The Great Indonesian Musical Project,
The Golden Fingers Piano Ensembles directed by Jelia Megawati Heru,M.Mus.Edu


“KAWAI” THE BEST PIANO IN THE WORLD
FOR GOLDEN FINGERS PIANO ENSEMBLES
by: Michael Gunadi Widjaja

Has comes into your mind when the word strings comes up?

Most people would immediately associate it with violin. However, strings in classical music can also be implemented for other instruments such as piano or a guitar that uses strings as it main part.

The piano is pretty much intimate instrument that work fantastically for solo, group ensemble or orchestra. But not many know that the piano alone or a bunch of guitars can be an ensemble of its own and entertain us with a rich range of melodies. A piano that is played by two people, three people or even four people could actually give you less monotone and a more interactive performance to watch. This is the essence that Jelia Megawati Heru has captured and implemented in her performance: “Golden Fingers Piano Ensembles” March 4th, 2012 at Taman Budaya Tegal, Central Java – as the soft opening for the most representative cultural arena theatre of the city with capacity of 1000 seats, professional lightings, and stage.

Jelia Megawati Heru is a music educator who graduated from Fachhochschule Osnabrueck Konservatorium Institut fuer Musikpadagogik and majored in music education for piano in Germany. She created event that will showcase the young teachers that she developed to participated in her music program. The Golden Fingers is not just an usual piano ensembles group, but a pilot project to implement the concept of  “Music from Passion”. Jelia believes that the piano ensemble is not only about playing piano together, but it is an actual effort to liven up the music.

About 15 repertoires from one piano - four hands, six hands, two pianos - eight hands to two pianos - twelve hands are chosen with various genres from Classical, Pop, Jazz, even traditional folksongs of Indonesia like Dang Dut. Featuring the imitation sound of the typewriter & interactive Leroy Anderson’s “The Typewriter” (for one piano – four hands) with note bells, theatrical Ralph Federer’s “Scarlet Cape”, William Gillock’s “Champagne Toccata”, and sensual composition of Indonesian composer Michael Gunadi Widjaja “Kemben” (for two pianos - eight hands) among others. With 6 talented pianists lining up for this event, these two-hours long concerts would be very dynamic and attractive to watch.

That night, KAWAI RX-5 is able to accommodate the needs of Golden Fingers Piano Ensemble to produce a good accurate musical tuning, create rich differs tone character, also great mechanism touch, that makes the music much more passionate. Even the city major of Tegal, Mr. H. Ikmal Jaya SE, Ak. also gave a special music performance in that evening. KAWAI RX-5 has proven itselves worthy to hold the title as one of the best piano in history of Tegal. It seems that piano nowdays has something more to offer than just a piano after all like what Hirotaka Kawai said "At Kawai, the quest for perfection is not just an ideal... but a duty."

KAWAI as "The Future of the Piano" has made ​​history that the piano music is an art that can’t be separated from the piano as a product of art with precision and accuracy as well as exceptional accuracy. No wonder if George Kolakis said KAWAI Piano is one of the best in the world!