"CHEAT JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Article Staccato May 2014
A GREAT JAZZ MUSICIAN
Sewaktu saya masih kuliah di
Aussie jurusan komposisi,pernah saya menjasi reporter radio.di kampus. Suatu
hari, ada gitaris Jazz top yang konser di Aussie. Beliau adalah Earl Klugh. Gitaris Jazz yang
berekspresi dengan gitar berdawai nylon. Dalam sebuah kesempatan, saya
mewawancarai itu Mr. Earl Klugh. Salah satu pertanyaan saya waktu itu, berbunyi
begini:
“Mr. Earl Klugh, kayak
apa sih seorang musisi Jazz dikatakan bagus dan hebat?”
“Apakah yang hebat
itu adalah mereka yang bisa berimprovisasi dengan teknik seperti akrobat
sirkus?”
Dengan panjang lebar dan datar
serta agak malas-malasan, Earl Klugh memberi keterangan yang kira-kira kalau dipadankan
dalam bahasa Indonesia akan berbunyi begini: Musisi Jazz jelas sangat berbeda dengan musisi Klasik. Kita bicara
dulu tentang musisi Klasik. Hanya dengan mendengar ataupun melihat satu lagu
yang dimainkan saja, kita bisa langsung tepat menebak bahwa oh, si dia ini
pianis klasik yang hebat. Hebat dalam teknik permainan maupun hebat
musikalitasnya dan juga hebat pengetahuan musiknya, karena dia paham apa yang
dia mainkan. Hanya dari satu lagu. Hal semacam itu tidak bisa kita pakai untuk
mengukur kehebatan musisi Jazz.
Ukuran hebatnya musisi Jazz bukan dari teknik yang mencengangkan. Melainkan dari KEMAMPUAN MENGOLAH IMPROVISASI YANG SELALU BARU. Musisi Jazz yang hebat harus mampu membuat improvisasi yang selalu baru pada kagu yang sama. Itulah sebabnya untuk mengetahui kehebatan musisi Jazz, tidak bisa hanya diukur dari ajang festival. Ranah yang paling pas mengukur kemampuan musisi. Jazz adalah DALAM SEBUAH CLUB JAZZ. Dan nggak bisa hanya dalam sekali penampilan. Setidaknya kita butuh dua atau tiga kali kesempatan melihat bagaimana kemampuannya mengolah improvisasi untuk lagu yang sama.
Ukuran hebatnya musisi Jazz bukan dari teknik yang mencengangkan. Melainkan dari KEMAMPUAN MENGOLAH IMPROVISASI YANG SELALU BARU. Musisi Jazz yang hebat harus mampu membuat improvisasi yang selalu baru pada kagu yang sama. Itulah sebabnya untuk mengetahui kehebatan musisi Jazz, tidak bisa hanya diukur dari ajang festival. Ranah yang paling pas mengukur kemampuan musisi. Jazz adalah DALAM SEBUAH CLUB JAZZ. Dan nggak bisa hanya dalam sekali penampilan. Setidaknya kita butuh dua atau tiga kali kesempatan melihat bagaimana kemampuannya mengolah improvisasi untuk lagu yang sama.
“IMPOVISASI” - SPIRIT & JIWA MUSIK JAZZ
Pendapat Earl Klugh tersebut
sebetulnya senada dengan pendapat para kritikus Musik Jazz pada umumnya. Jazz
bukanlah musik berbudaya literer meskipun ada catatan notasi untuk Musik Jazz.
Jazz juga bukan manifestasi presisi seperti dalam Musik Klasik. Jazz itu musik
komunal yang akan menjadi terlalu sederhana jika diukur hanya dari teknik
permainan alat musik semata. Jangan pernah dilupakan bahwa seper sekian persen akar
Musik Jazz adalah musik yang folklorik. Esensi dari Musik Folklore adalah
sifatnya yang komunal termasuk spirit
interpretasi dan apresiasinya. Dalam beberapa hal, Jazz tak ubahnya seperti Gendhing dalam Gamelan Jawa.
Komposisinya dikarang dan dikreasi dalam situasi komunal. Rame-rame. Disajikan
pun dalam kondisi yang diandaikan ada respon
interaktif dari audiensnya. Baru setelah Benny Goodman dan Duke Ellington
campur tanganlah Jazz mulai diorkestrasi.
Kemudian dicari keterkaitan
musikologisnya. Yang tentu saja berdasar sudut pandang dan.paradigma seni
musik Eropa yang notabene adalah Musik Klasik. Maka munculah istilah Black Harmony, Blue Note, Scale Mode,
dan sistem Tonal yang sebelumnya tidak dikenal oleh musisi seperti Louis Armstrong dan Art
Tatum.
Dari paparan yang mudah mudahan
bisa dimaklumi sidang pembaca, dapat ditarik benang layangan - eh, benang merahnya. Bahwa tolok ukur
dari nilai kelayakan dan.kehebatan musisi Jazz adalah dari kemampuannya berimprovisasi secara FRESH dan PASSIONATE. Ujung-ujungnya
kita kembali lagi pada jiwa dari Jazz,
yakni IMPROVISASI.
PROSES BELAJAR IMPROVISASI
Improvisasi dalam Musik Jazz itu
sulit. Malahan amat sulit. Dan faktanya teramat banyak musisi yang belajar
improvisasi selama puluhan tahun namun tak kunjung juga bisa berimprovisasi
dengan pas. Saya sempat memantau murid murid dari almarhum Bubi Chen di masa-masa akhir usianya. Bubi Chen sudah dengan
berbagai cara mengajar dan mendidik siswanya untuk bisa main Jazz terutama
improvisasi. Sudah diterangkan dengan luar biasa terang bendenrang tentang
membagun harmoni. Sudah diberi contoh dengan pas, bagus dan.kena sasaran.
Disediakan juga referensi berkopor-kopor rekaman Jazz. Tetap saja yang bisa
berimprovisasi hanya beberapa gelintir saja. Itupun masih harus dipertanyakan
lagi, apakah improvisasinya bisa dikatakan sebagai olah rasa estetis Musik Jazz.
Kebanyakan musisi secara sangat
ceroboh menganggap bahwa yang namanya improvisasi Jazz itu adalah mengisi
melodi dari akor "miring" maksudnya miring tuh disonan. Hmmmmm. Payah. Hasilnya ya sudah barang
tentu bikin sakit kepala dan muntah-muntah bagi yang mendengar. Demikian pelik
dan sulitnya Jazz Improvisasi itu sampai ujian Jazz yang diadakan ABRSM pun
tidak mewajibkan improvisasi. Melainkan secara fakultatif bisa diganti dengan sight reading.
JAZZ LITERER
Perkembangan zaman menjadikan
beberapa komposer Musik Jazz tersadar. Bahwa banyak yang ingin main Jazz tapi
belum "berani" berimprovisasi. Sebetulnya, belum berani berimprovisasi
bukanlah hal yang buruk. Tanpa kemampuan improvisasi pun, seseorang tetap dapat
bermusik dengan layak dan passionate. Namun demikian, kesenjangan di seputar
improvisasi spontan, menjadikan sebuah ranah baru dalam komposisi musik. Tentu
saja khususnya komposisi Musik Jazz. Diterbitkanlah apa yang saya namai sebagai
JAZZ LITERER. Jazz literer adalah
Jazz yang improvisasinya tidak spontan melainkan ditulis terlebih dahulu.
Bentuknya bisa berupa improvisasi yang seratus persen gagasan baru. Bisa juga menulis part improvisasi yang pernah dilakukan
Jazzer kenamaan. Tidak ada salahnya orang main Jazz Literer. Hanya saja
INILAH PANGKAL PERSOALAN CHEAT JAZZ. Kecurangan yang nakal dalam bermain Musik
Jazz.
KECURANGAN DALAM IMPROVISASI
Cheat Jazz yang curang dan
nakal seringkali dilakukan dengan cara begini. Improvisasinya itu bukan asli
dari ide si musisi melainkan dia nyontek
improvisasi yang sudah ditulis. Baik dari Jazz literer maupun dari buku panduan
improvisasi Jazz. Kalau hanya sekali lihat dan sekali dengar tentu kita akan
tercengang dan berliur mengatakan “Waaahhhh…
nih pianis hebat ya improvisasinya!” Padahal improvisasinya dari hasil nyontek dan tanpa malu ngaku ngaku
improvisasi milik orang lain. Hal cheating
semacam ini barulah tersadari apabila kita mendengar permainan si musisi curang
lebih dari sekali tentu saja dalam kesempatan yang berbeda. Kita segera tahu
bahwa, lho kok tiap kali nada dan.pola improvisasinya sama ya. Memang tidak ada
yang dirugikan dengan tingkah pola pelaku Cheat Jazz. “Dan kan cuma musik. Loe dibohongin juga gak bakalan mati.” Hanya
saja memang secara moral menjadi dipertanyakan lagi: “Bagaimana mau bermusik dengan passionate kalo dasarnya saja sudah
bohong?”
BENTUK MANIPULASI CHEAT JAZZ
Daniel Barenboim pernah main Jazz
Literer. Malah dalam sebuah album rekaman sebagai tribute untuk Duke Ellington. Tidak ada sama sekali improvisasi
spontan. Maklumlah karena Barenboim adalah pianis klasik yang hebat dan sama
sekali bukan pianis Jazz. Namun demikian, yang patut kita puji adalah sikapnya
yang jujur. Barenboim TIDAK PERNAH
MENYEBUT ALBUM NYA SEBAGAI JAZZ. Dia hanya mengatakan bahwa inilah musiknya
Duke Ellington dan bukan Musik Jazz, meskipun yang mendengar sangat merasa
nuansa Jazz yang sublim.
Sebetulnya bentuk Cheat Jazz
sangat banyak. Musisi Jan Ackermann
pernah kebakaran jenggot gara-gara dengan teknologi sampling digital karakter
perkusinya dicuri oleh seorang musisi Jazz. Ada lagi buku karangan Richigliano. Dalam buku tersebut
disertakan licks contoh improvisasi
untuk berbagai struktur harmoni. Tanpa tahu malu, sangat banyak musisi yang
mencontek licks dalam frase contoh tersebut dan dengan lagak dan gayanya
ditampilkan. Kemudian dia dengan jumawa mengaku sebagi Jazzer. Sekali lagi gak
ada yang rugi. Kan kita sebagai bangsa juga sudah terlalu sering dibohongin dan
lagian cuma musik, bohong pun nggak ada efeknya. Hahaha…
VIRUS CHEAT JAZZ
Iklim ber-Jazz di tanah air, sebetulnya
sudah dapat dikatakan terasa kesejukannya. Event Jazz secara rutin berkelas
internasional sudah terselenggara dengan baik. Masalahnya adalah, iklim sejuk
tersebut harus seiring jalan dengan daya apresiasi masyarakat. Apresiasi yang
baik dan pas terhadap Musik Jazz. Cheat Jazz, betapapun akan mempengaruhi
apresiasi masyarakat akan Musik Jazz. Sayangnya Cheat Jazz sering dan bahkan
teramat sering dilakukan sebagai jalan pintas demi seonggok popularitas dan
duit yang sebetulnya tidak seberapa dibanding tata nilai yang dikorbankan.
Saya pernah menjumpai kasus ini
dalam sebuah festival electone. Seorang anak di bawah 10 tahun usianya, memainkan
WATERMELON MAN dari Herbie Hancock. Di bagian ad libitum dia bersolo. Audiens
terkesima. Dianggapnya saat itu telah lahir anak ajaib yang kemampuan
improvisasinya setara dengan Herbie Hancock. Selidik punya selidik, gurunya
melakukan Cheat Jazz. Dengan cara, potongan frase latihan di buku Richigliano
digabung-gabung. Cilakanya, si anak tidak diberitahu duduk soalnya. Maka ketika
ditanya wartawan, si anak kecil tadi dengan bangganya menganggap dia bisa
berimprovisasi.
Cheat Jazz sudah jelas adalah manipulasi yang tidak punya rasa malu dan
etika. Persoalan selanjutnya adalah siapa yang mestinya secara moral
berkewajiban mengurangi kelakuan cheat Jazz ini. Yang terutama adalah para
akademia musik atau PLOPESSOL hehehe…
khususnya dengan degree Jazz performance. Merekalah ujung tombak untuk
memerangi cheat Jazz ini. Celakanya, ada kalanya dan bisa sering terjadi, para plopessol itu sendiri TANPA SADAR sudah
melakukan cheating dalam Jazz. Yakni saat tuntutan dirasa sudah mentok begitu tinggi, mereka akan mengulang
frase-frase improvisasi yang itu-itu doang. Yang pernah didapat dari dosennya
saat kuliah dulu. Dan sama sekali tidak mengusahakan freshy improvisation. Hanya
saja, ya itulah, ini cuma musik, Bung!!!!! Dicurangin juga loe gak bakal rugi.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.