Showing posts with label schumann. Show all posts
Showing posts with label schumann. Show all posts

Thursday, 4 July 2019

LOVE STORY: "ASMARA DALAM MUSIK KLASIK" | by: Michael Gunadi (Staccato, July 2019)

“LOVE STORY: 
ASMARA DALAM MUSIK KLASIK”
by: Michael Gunadi
(Staccato, July 2019)


Sudah terlalu banyak ungkapan tentang cinta. Dari mulai “LOVE IS A MANY SPLENDORED THINGS” sampai pada cinta sebagai “THE NEVER ENDING STORY”. Tak ada habis nya bicara cinta. Tak ada bosannya bicara cinta. Bahkan karena terlampau sering cinta diperbincangkan, maknanya menjadi hampir seperti sepotong coklat semata. Bisa dipertukarkan. Bisa hanya sebagai pemanis dan bahkan bisa diperjualbelikan dengan sedemikian murahnya. 

Di lain pihak, ada musik. Seni bunyi yang acapkali dianggap sebagai kulminasi tertinggi umat manusia dalam hasrat estetisnya, termasuk tentang cinta. Dan musik pun menorehkan catatan tentang cinta. Bukan bertutur tentang cinta. Melainkan cinta yang dialami para komposer akbar. Ada yang akan membuat anda haru. Ada yang membuat anda berdecak. Namun ada pula yang akan membuat anda syok geleng-geleng kelapa, eh, kepala.


1. JOHANN SEBASTIAN BACH & ANNA MAGDALENA
Anna Magdalena adalah istri kedua dari Bach. Tak jelas bagaimana awal jumpanya. Tapi sering disebut bahwa Bach terpesona oleh kemampuan vocal Anna dan kemudian membimbingnya. Cinta guru murid bersemi. Bach menikahi Anna hanya beberapa bukan setelah istri pertamanya meninggal. Professor Martin Jarvis, pernah mengemukakan sebuah postulat. Bahwa Anna Magdalena lah malahan yang membuat banyak komposisi, dan BUKAN BACH. Namun postulat nya seperti hilang ditelan jaman. Malahan yang lebih dikenal adalah persembahan Bach bagi Anna Magdalena dalam buku Notenbuchlein für Anna Magdalena. Atau terkenal dengan Notebook Anna Magdalena.

Thursday, 31 May 2018

IRONIKAL - by: Michael Gunadi (Staccato, June 2018)

“IRONIKAL”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, June 2018)


MUSIK ITU PENTING NGGAK SIH?
Apakah dunia membutuhkan musik? Apakah manusia membutuhkan musik? Apakah KITA membutuhkan musik? Sungguh suatu pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Mengapa? Karena kita akan bertemu, berpapasan, bersinggungan, dan bahkan bertautan dengan hal-hal YANG IRONIS. Sebuah IRONIKAL.

Sudah sejak lama orang mendengang-dengungkan dan berteriak-teriak, bahwa dunia butuh musik. Manusia butuh musik. Kita semua butuh musik. Faktanya, beberapa negara bahkan sama sekali tak ada musik. Oleh karena satu dan lain hal, MUSIK DILARANG. Semua jenis musik dan bahkan bebunyian yang berkonotasi musik. (Dikarenakan sensitivitas materi, penulis tidak menyebut nama negara-negara tersebut). Namun Penulis yakin, para pembaca mampu menerka dengan benar. 


DUNIA TANPA MUSIK
Apakah masyarakat negara-negara tersebut hidup berantakan? Nggak tuh. Di negara-negara yang tidak memiliki musik, kehidupan pun tetap berlangsung. Orang tetap melakukan aktivitas dan vitalitasnya. Memang dalam sudut pandang yang “lebih bebas” dikatakan bahwa masyarakat di negara-negara yang tidak memiliki musik – tidak lagi manusiawi. Hidup mekanik bak robot ataupun bahkan mayat hidup. Stress, depresi, dan dicekam ketakutan. Benarkah demikian? Kita tidak tahu. Tapi yang jelas kehidupan di negarta tersebut berlangsung untuk menghidupi masyarakatnya. Sebuah IRONI. Klaim bahwa musik adalah bagian integral dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia, menemui anomalinya.

Monday, 30 April 2018

SCHUMANN'S TRÄUMEREI: "AROMA MIMPI" - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2018)


SCHUMANN’S TRÄUMEREI:
“AROMA MIMPI”
by: Michael Gunadi
Staccato, May 2018


Alkisah ada seorang anak yang berbakat dan cinta musik. Sejak awal ia bercita cita jadi pemusik, namun seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, keluarga terutama ayahnya, mendesak dia supaya menjadi ahli hukum. Si anak pun menuruti ayahnya untuk sekolah hukum. Seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, cinta musik nya lebih besar daripada kuliah hukum.

Ia pun berhenti dan malah mengambil kursus musik memperdalam apa yang telah didapatinya. Singkat cerita anak itu akhirnya jadi pemain piano. Entah bagaimana hal ikhwalnya. Dia pacaran dan menikahi anak guru musiknya. Cerita belum habis, si pemain piano ini, setelah menikah mendadak stress, kena sifilis, agak eksentrik, cengeng, dan berusaha bunuh diri sampe tangannya cacat. Karena sudah tidak bisa lagi bermain piano, jadilah ia seorang KOMPOSER!

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN
Si anak tersebut adalah ROBERT SCHUMANN. Seorang komposer akbar Musik Klasik yang karyanya seolah “wajib” dimainkan oleh siapa saja yang belajar piano. Dan istrinya, anak dari si guru musik, adalah CLARA SCHUMANN. Perempuan bersahaja dan sederhana, namun sebetulnya adalah pianis hebat dan dalam hal komposisi, malahan lebih hebat dari suaminya.

Robert dan Clara Schumann. Pasangan pemusik yang melegenda. Bukan saja karena karyanya, melainkan karena hubungan asmara mereka yang aneh, unik, dan seolah terselubungi kabut sutera misteri. Clara tipe perempuan soleha yang menerima dengan tulus keadaan suaminya yang stress depresi dan menjadi eksentrik cengeng kekanak-kanakan.

Robert Schumann sendiri adalah sosok yang asyik dengan dirinya sendiri. Imajinasi dan khayalannya sangat ngungun menggapai asa. Ia adalah komposer yang boleh dibilang sangat produktif dalam berkaya. Banyak karyanya yang menjadi benar-benar klasik hingga hari ini. Salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi trade mark nya adalah TRÄUMEREI.