Dalam dunia perfilman, hanya sedikit genre musik yang memiliki kekuatan untuk memikat penonton dan sekaligus membuat mereka gemetar.Salah satunya adalah musik film horor.Terlebih dahulu ada baiknya kita menelisik dengan sedikit agak cermat, apa sih yang membuat rasa takut itu muncul saat kita menonton film horor? Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman ini, salah satu elemen yang sering diabaikan namun sangat diperlukan adalah musiknya.
Dalam dunia pembuatan film, tujuan utamanya adalah untuk melibatkan penonton pada tingkat emosional, dan untuk tujuan ini, tidak ada genre yang mencapai hal tersebut secara lebih intens daripada horor. Film horor dirancang untuk membangkitkan ketakutan dan ketegangan, yang bertujuan untuk meninggalkan dampak jangka panjang pada penonton, lama setelah kredit filmnya sudah diputar. Untuk mencapai hal ini, pembuat film harus mendalami psikologi ketakutan. Jadi, mari kita lihat apa itu psikologi rasa takut dan bagaimana musik horor memainkan peran penting di dalamnya.
Apa modal utama seseorang untuk menjadi seniman? DAYA KHAYAL. Seni apapun yang anda geluti dan tekuni, semuanya membutuhkan daya khayal atau imajinasi. Daya khayal ini merupakan satu energi positif yang mendorong kreatifitas anda. Meskipun anda berhadapan dengan sesuatu yang nyata, anda tetap membutuhkan khayal untuk menuangkannya dalam sebuah karya seni. Sebagai sebuah energi positif untuk berkreasi, khayal ini tentu baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan khayal, daya khayal dan berkhayal. Karena kesemuanya itu berbeda dengan halusinasi yang sampai pada batas tertentu bisa menjadi sangat berbahaya.
Khayal inilah yang menjadikan seni, apapun itu sebagai obyek telaah, bahan diskusi, sekaligus rona kehidupan yang tiada henti dan tiada pernah habis untuk dibicarakan. Dalam ranah Sastra misalnya. Samuel Beckett membuat karya WAITING FOR GODOT. Menunggu si Godot. Siapa Godot? Ternyata ia adalah tokoh khayal. Dan dalam naskah sampai akhir si Godot ini tak dimunculkan sama sekali. Hebatnya, daya khayal samuel Beckett juga mampu membuat pembacanya untuk juga berkhayal. Tentu tentang tokoh Godot ini. Pembaca dibuat berkhayal dengan liar tentang seperti apa tokoh Godot ini.
Dalam karya seni lukis juga khayal adalah daya hidup lukisan itu sendiri. Bahkan ketika seorang pelukis potret berhadapan dengan seorang model, ia tetap harus berkhayal. Ia harus mampu berimajinasi tentang seberapa dan bagaimana pencahayaan. Mana yang perlu diarsir dengan tebal dan mana yang hanya perlu sapuan saturasi sederhana. Hal semacam ini bukan semata masalah teknik melukis. Melainkan bagaimana mensublimasi teknik untuk memberi daya hidup pada lukisan itu sendiri. Dan tentu, meski obyeknya hidup dan terpampang di hadapannya, seorang pelukis potret perlu mengembangkan daya khayal misalnya untuk sedikit mengubah morfologi bibir. Memberi sentuhan pada pipi dan lain dan sebagainya.
Dalam KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA atau KBBI, kata aneh, dimaknai sebagai: tidak seperti yang biasa kita lihat (dengar dsb); ajaib; ganjil. Dan aneh terjadi dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Dalam bidang apapun. Aneh dapat menjadi keanehan. Dan keanehan ini kemudian memiliki sifat yang bermacam-macam. Ada keanehan yang sifatnya berupa sensasi. Menjadikan fenomena sensasional. Ada keanehan yang sifatnya destruktif. Memiliki daya rusak untuk merusak siapapun yang terlibat. Dan tentu, ada keanehan yang bersifat unik. Memiliki nilai untuk dipajang, dikoleksi, dijadikan tontonan dan lain lain dan lain lain serta lain lainnya.
Musik, sebagai bagian tak terpisahkan dalam pribadi (sebagian terbesar) manusia, tentu tak luput dari aneh. Beberapa karya musik memang aneh. Nampak aneh. Terdengar aneh. Terasa aneh. Mengandung hal ikhwal aneh. Dan... yang menulis juga aneh. Hmmmm. Orang biasanya, karena latah, karena agar dianggap paham musik, agar dianggap seniman, menyamaratakan hal aneh dalam musik sebagai MUSIK KONTEMPORER. Ya sebetulnya terserah dan bebas bebas saja. Orang bebas dan berhak menggolongkan musik dalam golongan apapun. Bahkan jika musik itu digolongkan sebagai makanan sejenis lumpia pun, tidak masalah. Karena... Toh musik. Salah juga nggak bikin mati.
Tentu saja tips yang tersaji, tidak detail. Ibarat hanya secangkir. Bukan segelas. Bukan semangkuk ataupun sebelanga. Namun, bagai kopi, harapannya agar tips secangkir ini setidaknya bisa menyisakan aroma dan rasa untuk dicecap dalam membuat orkestrasi. Tips ini kiranya menyehatkan bagi siapa saja yang bekerja ataupun bergemar membuat orkestrasi untuk musik. Dan, mohon jangan dibayangkan bahwa orkestrasi itu selalu harus berurusan dengan orkestra besar. Virtual studio juga menganut prinsip yang sama. Demikian pula dengan sekedar memberi nuansa bagi sepotong melodi.
APA ITU ORKESTRA?
Orkestra, sebetulnya adalah sebuah ensembles akbar. Secara musikal, orkestra bisa melakukan apapun. Dan jelas, orkestra mampu menampung segala jenis imaji, fantasi, dan luapan emosi. Tantangan terbesar membuat orkestrasi, terutama bagi Anda yang memgorkestrasi secara virtual, adalah bagaimana menjadikan orkestra tersebut berbunyi sebagai lazimnya sebuah orkestra besar yang representatif.
APA BEDA MENGARANSEMEN & MENGORKESTRASI?
Kita akan masuk dengan menelaah satu pertanyaan yang acapkali dilontarkan, yakni apa beda mengaransir atau mengaransemen dengan mengorkestrasi. Mengaransir atau pekerjaan mengaransemen (arrangement field) selalu bertolak dari karya asli. Kemudian diadaptasi dan dikembangkan. Hasilnya bisa berupa dipergunakannya instrumen yang berbeda dengan musik aslinya, atau juga pengolahan vokal, membuat susunan dan progresi akor baru, menambahkan beberapa bagian, melakukan modulasi sampai dengan memparafrasekan. Parafrase itu ya memainkan dengan gaya yang berbeda.
Ada ungkapan yang sangat terkenal tentang musik. Bunyinya begini: Saat kata tak mampu mengungkap makna, saatnyalah musik berbicara. Jika kita cermati, ungkapan tersebut menyiratkan kemampuan yang luar biasa dari musik. Musik memiliki kemampuan luar biasa yakni dapat berbicara tentang makna, saat kata-kata, yang adalah bahasa verbal, sudah sampai pada batas kemampuannya.
Di satu sisi, musik memang sangat luar biasa. Musik dapat membahasakan dirinya sendiri. Sayangnya, meski berkemampuan luar biasa dalam mengungkap makna, musik adalah bahasa simbol. Dengan demikian, bahasa yang diverbalkan musik, mutlak membutuhkan tafsir. Nah, di titik inilah semilyar bahkan setrilyun persoalan muncul. Karena menafsir simbolisme bahasa musik, bisa memiliki ber-biliun pernyataan dan atas nama seni, semuanya selalu dan selalu bahkan selalu benar.
Itulah sebabnya, ranah Performance musik senantiasa membutuhkan komunikasi. Bahasa musik yang berupa simbol, perlu dikomunikasikan. Agar penyaji dan penikmat berada dalam satu kesamaan daya cecap terhadap nuansa rasa. Tanpa komunikasi, bahasa musik bisa ditafsir dengan menggelikan, menjijikkan dan bahkan memuakkan.
Paris, 29 Mei 1913. Tak ada yang menyangka sebelumnya bahwa hari itu akan tercatat nan abadi dalam sejarah perkembangan musik. Pertunjukan perdana “THE RITE OF SPRING”atau Ritus Musim Semi karya Igor Stravinsky. Pertunjukan berupa Ballet dan karya orkestra. Pengunjung terbilang meluap. Maklumlah, sebelumnya mereka dibuat penasaran oleh provokasi program tentang debutan baru yang menggabungkan Ballet tradisional Rusia dan seni Ballet modern, serta komposisi musik yang juga modern.
Pertunjukan pun dimulai. Orkes mengepakkan keperkasaannya. Hadirin memekik… Serasa akan pingsan… sebagian lagi berteriak. MUSIK APA INI? Aneh… Bisa bikin musik nggak sih tuh orang? Ramai… riuh… Sebagian penonton ada yang tetap ingin menikmati pertunjukan. Mereka bersitegang dengan penonton yang marah… Riot… Chaos… Kursi berterbangan… Namun tak ada yang terluka.
Johann
Sebastian Bach, adalah salah
satu komposer yang karya dan sosoknya tetap popular hingga hari ini. Tentunya, selain
Beethoven dan Mozart. Popularitas Bach seolah abadi. Hal ini dikarenakan beberapa
hal. Sebagian adalah fakta sejarah dan sebagian lagi adalah mitos. Sebelum kita
menguak lebih dalam tentang Bach, ada baiknya kita mengerlingkan mata, untuk
sejenak menatap fakta tentang mengapa Bach itu penting dan layak diperbincangkan.
FUGA:
KARYA MONUMENTAL BACH
Semasa hidupnya, Bach adalah komposer yang
mengarang banyak sekali lagu dan musik. Karya monumentalnya terletak pada
kepiawaiannya mengolah nada dalam bentuk FUGA.
Di zaman Baroque, periode semasa Bach hidup dan berkarya, FUGA merupakan
kulminasi tertinggi bagi seni olah bunyi.
Dalam Fuga atau Fugue, seorang
komposer dituntut sangat ketat pada aturan dan norma namun juga harus memiliki
kreativitas luar biasa agar Fuga yang dikarangnya tidak menjadi membosankan dan
kedodoran. Bach sangat piawai dalam hal ini. Bach juga adalah seorang jenius
dalam teknis komposisi yang disebut counterpointatau kontrapunkt. Dimana sebuah
jalur bunyi akan dibarengi jalur bunyi lain dalam arah berlawanan (counter/kontra).
Tepuk tangan adalah peristiwa yang menjadi
bagian dari gaya hidup seseorang. Tepuk tangan dalam esensinya, bukan saja
monopoli para artis. Pengusaha, politisi, dan bahkan ibu rumah tangga pun
sebetulnya tidak bisa terlepas dari hiruk pikuknya kegiatan ini. Tepuk tangan
adalah satu bentuk kegiatan, yang nampaknya memiliki banyak sisi untuk
dimaknai.
Bagi para seniman panggung, tepuk tangan
adalah tanda kesuksesan pertunjukannya. Tepuk tangan adalah bagian dari gaya
hidupnya. Gaya hidup yang direpresentasikan dalam sebuah imagi citra sebuah
kesuksesan pertunjukan. Dan tepuk tangan adalah salah satu parameternya.
Bagi
penggemar olah raga, penggemar pertunjukan dan mereka yang sering menonton
konser musik, tepuk tangan juga adalah bagian dari gaya hidupnya. Gaya hidup
yang salah satu cerminannya adalah ungkapan rasa puas atas sesuatu yang telah
dinikmatinya secara visual dan auditif. Para seminator, dan bahkan seorang
Kepala Negara pun bisa saja menjadi akrab dengan tepuk tangan. Bagi mereka, tepuk
tangan adalah bentuk respon apresiatif publik bagi pemaparan visinya.
A good repertoire for guitar and piano is rare to find.
This could be an alternative for a great repertoire, for an advanced guitarist and pianist.
About the Fantastic Suite "WETLAND" for Guitar and Piano
This unique ensemble of the piano and guitar aspires to discover new possibilities for its medium.
The theme is about fantasy and
dream, that reflects the nature of wetland from the dawn until the evening with the stars.
Sebuah “teater” multimedia yang menakjubkan.Berikut kupasan
dan ulasan Slamet Abdul Syukur yang saya terjemahkan dari sebuah penerbitan
Perancis
Indonesia
negeri orang-orang gila yang bisa hidup dalam ke mustahilan. Lebih dari
Perancis yang tidak percaya ada yang tidak mungkin.
Beberapa waktu lalu, yang belum terlalu lama . . .
Seorang Slamet Gundono, yang tubuhnya pendek tapi beratnya
104 kg, membawa ukulele kecil berwarna hijau dan menyanyi seperti burung
bulbul. Atau ngomong sendirian dan kadang-kadang sambil diiringi instrumen yang
dia bawa itu. Dia seorang dalang dan menceritakan kembali dongeng Hans
Christian Andersen, dengan caranya sendiri.
Dia berdiri di depan dekor berwarna merah dengan gaya Cina
yang dibuatnya sendiri. Di sisi lain; di panggung yang sama duduk delapan
pemain musik Dutch Chamber Music Ensemble yang dipimpin Ruud van Eeten. Di
situ nanti akan muncul juga Sitok Srengenge, pelaku lain dalam dongeng. Sitok
Srengenge sendiri adalah seorang penyair.
Secara Mendadak, musik elit dan “hiburan rakyat” sudah tidak
bisa dibedakan lagi, tembok tebal yang memisahkannya selama ini, hilang. Ruang
pertunjukan dipadati kawula muda, kursi-kursi terpaksa disingkirkan dan bahkan
di luar masih di pasang layar tancap raksasa agar dapat ditonton oleh mereka
yang tidak mendapat tempat di dalam. Festival Burung Bulbul (yang) berkeliling dari Jakarta ke Bandung, Solo, Yogya dan
Surabaya.
Burung
Bulbul dan Kaisar Tiongkok,
dongeng yang ditulis pengarang Denmark Hans Christian Andersen, telah menjadi
karya musik beserta dalang. Komposernya adalah Theo Loevendie,dari Belanda.
Ceritanya terjadi di kekaisaran Tiongkok zaman dulu. Cerita tentang seekor
burung bulbul, burung betulan, dan burung-robot tiruannya.
Slamet Gundono yang raksasa itu bisa
berubah menjadi burung bulbul yang mungil. Ajaib !
Ada kalanya dia menampakkan diri di depan dekor merah,
sebagai actor yang luar biasa.Pada saat-saat lainnya dia menghilang di balik
dekor untuk menggerakkan wayang-wayang yang dibuat khusus untuk acara ini.
Burung bulbul satunya lagi, sebuah robot kecil, menjadi
sumber kegembiraan bagi para spesialis untuk mengadakan seminar-seminar tentang
kecermatan dan kehebatan otak manusia . Bagi Sitok Srengenge pelaku burung
tiruan ini, semuanya sudah dirancang sebelumnya, semuanya sudah dapat diduga,
maka tinggal membaca naskah saja, semuanya beres.
Ternyata………
Wah ! Tidak begitu !
Mestinya dia hafal naskahnya seperti yang sudah diteladani
Malcolm McDowell, seorang actor sejati yang pernah dipercayai memegang peran
utama dalam film Kubrik CLOCKWORK ORANGE atau dalam film Gore Vidal CALIGULA. Burung bulbul tiruan yang
dihadiahkan kaisar Jepang pada kaisar Tiongkok itu, sekalipun ada
kekurangannya, robot tersebut tetap indah penuh dengan batu-batu permata.
Perbedaan antara seorang penyair yang membaca naskah seperti
anak sekolah, burung bulbul yang aneh dan luar biasa serta ansambel musik yang
tidak sekadar betul intonasinya, tidak menjadi masalah bagi penonton. Mereka
semua gembira. Orang-orang Indonesia
mudah terpukau oleh keindahan dan tidak terlalu tertarik untuk bersikap kritis.
Sebelum The Nightingale (Burung Bulbul) karya Theo Loevendie, disuguhkan
dulu musik komponis Belanda lainnya, Roderik de Man, The
Surprising Adventures of the Baron Munchausen, berdasarkan peristiwa nyata yang tidak masuk akal. Sebuah
catatan perjalanan Friedich di Rusia. Dia hidup antara 1720-1797. Suatu
pengalaman yang demikian mencengangkan , sampai akhirnya hanya dianggap sebagai
sekadar bualan yang luar biasa. Ini menyedihkan dan dia mati dengan sakit hati.
Dari buku yang ditulis oleh Rudolf Eric Raspe, diterjemahkan ke dalam bahasa
Belanda oleh Godfried, diolah kembali oleh komponis serta dibaca oleh Sitok
Srengenge.
Begitu rumitnya ! Kita dimanjakan oleh teknologi. Hanya saja
pertanyaannya apakah ini bukan kemajuan yang berjalan mundur? Kemampuan kita
berkhayal, secara halus dibunuh oleh kemudahan. Tentunya ada cara lain
memanfaatkan video dengan sikap yang jauh lebih kreatif.
Dari segi musik, kedua karya The
Nightingale
dan The Baron sama kuatnya dengan L’Histoire du Soldat – Strawinsky yang keterbatasan
instrumentasinya dijadikan acuan untuk festival ini. Bahkan bisa menimbulkan
kesan sepertinya ketiga karya itu dibuat pada tahun yang sama. Padahal
kerjasama Strawinsky-Ramus, terjadi hampir seratus tahun yang lalu. Itu
artinya, kedua komponis tersebut berbeda dari umumnya para komponis muda yang
mudah hanyut oleh hal-hal yang baru. Loevendie dan Man sudah menemukan jati
dirinya dan tahu betul bahwa mereka tidak perlu menjadi Ligeti, Xenakis atau
lainnya.
Mengenal Aspek Kompositoris dalam Transkripsi Musik BACH ( Bagian 2)
1,2 Polifoni yang Tersirat
Menurut
Stanley Yates, istilah unaccompaniment atau tidak diiringi,yang
menyertai beberapa karya Bach untuk string,adalah kurang tepat.Sebaliknya, karya-karyatersebut adalah sebuah self-accompaniment, dimana iringannyatertanam dalam satu baris "melodi" bersama dengan
bagian "solo" secara pas. Bach menyiratkan hal ini dalam tekstur polifonik melalui tiga cara:
arpeggiation, lompatan melodi, akord multi-stopped. Kesan polifoni bebas sering disediakan melalui
arpeggiation (gambar 1):
Perhatikan dalam gambar 1.Bahwa meskipun teertulis sebagai alur tunggal
melodi,namun dalam pelaksanaannya ( staff yg di bawah ) adalah berupa jalinan
alur melodi dan iringannya.
Dalamkebanyakan kasus, bagaimanapun,polifoni yangtersiratsebagaimana dalam gambar 1,akan dirasa lebih halusdaripadaarpeggiationyangsistematis,sebagaimana yang terdapat dalam music dua
jalur atau lebih.
Tekstur alur tunggal juga mampu menyiratkan sebuah
lompatan melodi sebagaimana terdapat dalam gambar 2.
Sebetulnya,hal semacam itu adalah bidang pekerjaan dantugas dariarranger atau pentranskripsi,untuk menentukanlompatanyangdirasa
memenuhi kaidah retoris(melodically ekspresif).Hasil
akhirnya dapat berupa alur kompositoris yang :
melompat dan sekaligusmenyiratkanpolifoni(atau semacam dialog)
melompatharfiahyang
dalam hal ini diwakili oleh suararendah.
Dalam contohgambar
2,, staftengahmungkinmerupakansolusiterbaik dalam notasi-bagian Untuk polifonitersirat danretorikagaris"solo" atau cantus firmus diserahkan
kepadainterpretasi danjaridaripelaku(atau editor).Itu
yang sering dilakukan composer di seluruh dunia terhadap transkripsi karya Bach
berupa unaccompaniment string(s) music.