Showing posts with label teknik. Show all posts
Showing posts with label teknik. Show all posts

Sunday, 3 December 2023

WES - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2023

“WES”
Staccato, December 2023
By: Michael Gunadi


Judul ini sama sekali bukan plesetan istilah WIS dalam bahasa Jawa yang artinya sudah. WES dalam judul ini adalah WES MONTGOMERY. Legenda Jazz Guitar yang juga influencer Musik Jazz yang tentu saja tanpa melalui Instagram. Seperti biasa, kaum sok tahu, sok ritis, belagu bergaya musisi top dengan sikap tidak peduli alla Cosmopolitan dan Metropolitan, akan bertanya: Apa untungnya tahu hal macam begini? Untuk apa juga kita tahu hal begini. Jawabannya seperti biasa. Tidak ada untungnya sama sekali. Apalagi dari sisi materi. Sama sekali tidak ada untungnya. Lho?! Ya. 


Dan memang apa juga untungnya belajar Piano setengah mati. Meskipun misalnya anda juara dunia 29 kali, apakah ada untungnya dari sisi materi? Belum tentu dan bahkan TIDAK. Jawaban pertanyaan untuk apa adalah, tahu hal begini harapannya akan ada sedikit relung yang bisa menginspirasi kita semua. Agar hidup ini tidak makin sulit dan makin menderita dalam cacaruca carut marut dunia yang makin disruptif dan deseptif.

Monday, 1 May 2023

BOSAN - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2023

“BOSAN”
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2023

 

“Lagunya itu itu doank”..... uuuuuufffff...... bosaaaaannn.... cape dech :(

 

Kalimat di atas memang sebuah kalimat dalam dialek Betawi. Jika hendak dipadankan dalam bahasa Indonesia “baku”, kalimat tersebut kira-kira bermakna: lagunya hanya itu-itu saja. Kata “itu-itu” saja menunjukkan sebuah hamparan pilihan yang terbatas. Sedemikian terbatasnya hingga nampaknya malah hampir tak ada lagi pilihan. Sehingga, wajar jika nuansa yang terasa adalah nuansa kebosanan dan kejenuhan.

 

KONDISI TERBATAS

Kata “itu-itu” yang sudah menunjukkan hamparan pilihan yang sangat terbatas, masih juga ditambah kata “doank”. Nampaknya ini adalah sebuah ungkapan yang ingin menekankan secara tandas suatu keadaan yang benar-benar tanpa pilihan. Dalam kalimat tersebut, keadaan tanpa pilihan diletakkan dalam konteks lagu. Lagu yang adalah salah satu manifestasi musik.

 

Lagu yang adalah pengejawantahan nilai estetis dalam rasa terhadap bunyi. Dan lagu yang adalah metamorfosa seni bunyi. Sebuah sublimasi karsa dalam karya, yakni kehidupan itu sendiri. Jadapakah kalimat “lagunya itu-itu doank” merujuk pada sebuah kehidupan yang tanpa pilihan sama sekali??? Boleh jadi dan bisa jadi, sinyalemen ini benar adanya. 

Sunday, 4 December 2022

KIAT PRAKTIS BAGI PENATA BUNYI PEMULA - by: Michael Gunadi

KIAT PRAKTIS 
BAGI PENATA BUNYI PEMULA
By: Michael Gunadi


Istilah Penata Bunyi, memang bukan padanan bagi istilah Sound Engineering. Seorang Sound Engineering adalah seseorang yang memiliki track record perolehan pengetahuan tata bunyi melalui jalur akademik. Baik sekolah, kursus maupun workshop atau seminar yang sifatnya berkala dan terprogram. Banyak Sound Engineering yang malahan sudah mendapat sertifikasi. Baik secara nasional di negaranya maupun sertifikasi Internasional. Seorang Penata Bunyi, sebetulnya bisa siapa saja. Tentu sejauh ia memiliki pengetahuan dasar tata bunyi, meskipun serba sedikit dan memperoleh kesempatan untuk mempraktekkannya.

 

Semenjak era Pandemi Covid 19, kebutuhan ketrampilan untuk menata bunyi menjadi meningkat. Para karyawan yang terpaksa work from home, sebetulnya perlu juga “menjadi penata bunyi” agar mutu audio online nya menjadi layak dengar dan tidak mengganggu lawan bicaranya. Demikian juga para guru. Guru musik. Dan tentu saja para pemusik yang panggungnya tergerus sirna dan harus memasarkan kreatifitas musiknya secara online. Saat Pandemi Covid 19 sudah mulai terkendali pun, kebutuhan ketrampilan menjadi penata bunyi nampaknya tetap marak. Karena komersialisasi video dan audio menjadi sangat dibutuhkan untuk mendongkrak dan mempertahankan eksistensi siapapun yang ingin tetap hadir dalam dunia ragawi tatap muka.

Monday, 1 November 2021

Menalar Penjarian Tangganada - by: Michael Gunadi | Staccato, November 2021

MENALAR PENJARIAN TANGGANADA
by: Michael Gunadi
Staccato, November 2021


Di dunia ini, dalam kehidupan kita sebagai manusia, banyak hal yang asal usulnya tidak kita ketahui. Misalnya saja peralatan memasak batu yang ditemukan di Wajak Tulungagung yang diklaim sebagai piranti cikal bakal manusia purba. Lalu relief di Candi Borobudur yang terbilang banyak juga mengeksplorasi adegan bercinta. Bagaimana konsep pemikiran dan asal usulnya. Kemudian juga peninggalan Kerajaan Kalingga yang diklaim sudah memiliki sistem irigasi persawahan. Semua itu tidak kita ketahui pasti cikal bakalnya. Demikian juga dalam musik. Banyak yang kita tak tahu pasti, bahkan sama sekali tak tahu cikal bakalnya. Salah satunya adalah: PENJARIAN DALAM MEMAINKAN TANGGANADA.

 

Tangganada atau SCALE didefinisikan sebagai urutan nada nada dengan pola tertentu dan diakhiri oktaf nada yang pertama. Memainkan dan melatih Tangganada, disinyalir dapat meningkatkan penguasaan geografi instrumen anda.  Di Gitar Klasik, mestinya setiap siswa dan siapapun yang belajar Gitar Klasik, “wajib” memainkan Tangganada versi Maha Gitaris Andre Segovia.

Friday, 1 January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI 
(Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja

Staccato, January 2021 



RESUME BAGIAN PERTAMA

Bagi yang tidak sempat mengikuti bagian ke-1, berikut adalah resumenya: 

 

Semesta pembicaraan kita adalah mengorkestrasi

  • Perbedaan antara mengaransir dan mengaransemen
  • Menentukan keperluan orkestrasinya
  • Kemudian ukuran besar orkestrasi, berkaitan dengan JENIS instrumennya
  • Bagaimana membuat ide musikal
  • Bagaimana membuat konsep musikal
  • Menentukan jalur bunyinya
  • Menentukan berapa instrumen dalam tiap jalur bunyi
  • Pengelompokkan instrumen berdasar warna bunyinya
  • Secara sederhana, ini adalah pekerjaan BALANCE AND BLENDING

Sunday, 26 April 2020

FINGERSTYLE, by: Michael Gunadi | Staccato, May 2020

FINGERSTYLE
by: Michael Gunadi
(Staccato, May 2020) 


GITAR KLASIK VS GITAR NON KLASIK
Sejak dulu, bahkan saat gitar akustik diperkenalkan di bumi persada nusantara tercinta, jaman WR Supratman masih main Jazz, orang membagi sajian menjadi hanya dua macam, yaitu KLASIK DAN NON KLASIKPembagian tersebut terus bertahan, bahkan ketika di tanah air sudah muncul Band dengan gitar listrik, pembagian seperti itu masih saja dilakukan. 

Festival gitar dan kompetisi gitar juga menggunakan pembagian semacam itu. Oh si anu itu Juara bagian Klasik. Ohhh si itu tuh yang kribo, juara bagian Non Klasik. Pada waktu itu, yang digolongkan ke dalam sajian gitar Non Klasik itu mulai dari Pop, Jazz, bahkan Flamenco. Dan sampai tahun 2000 orang menerima dan tidak ada yang ribut dengan pembagian semacam itu. Barulah pada 2000 kemari, orang mulai tidak lagi menggunakan pembagian Klasik dan Non Klasik untuk sajian gitar akustik. 

ONE GUITAR SHOW
Lho?! Kenapa?! Karena sejak era tahun 2000 kemari berkembang sebuah teknik sajian baru. Yakni apa yang dikenal sebagai PERCUSSION GITAR. Yakni cara main gitar, terutama gitar berdawai metal, non nylon, dengan cara memukul mukul, menempeleng body gitar untuk mendapatkan efek, nuansa, dan bahkan ilusi bunyi perkusi. 

Tuesday, 23 July 2019

REFERENSI EQ & COMPRESSION | Audiopro, July 2019

“REFERENSI EQ & COMPRESSION”
Audio Pro, Juli 2019
by: Michael Gunadi


Terlebih dahulu akan diberikan batasan tentang istilah EQ dan COMPRESSION. Batasan yang bukan sebagai makna istilah. Melainkan batasan agar diperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang akan dreferensikan dan bagaimana penerapannya.

EQ
Dalam ranah audio professional, istilah EQ mengacu pada satu proses, yakni proses manipulasi Bukan sekedar perubahan, melainkan manipulasi. Manipulasi dari perimbangan atau balans komponen frekuensi dalam sebuah sinyal audio. Mengapa perlu ada manipulasi balans frekuensi? Begini ceritanya.

Telinga manusia, bisa mengenali sinyal audio dalam rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 20 kHz. Mohon diperhatikan bahwa istilah yang dipakai adalah mengenali (detect) dan bukan hanya mendengar (Hear/capturing sound). Rentang frekuensi yang mampu dikenali telinga manusia, jika dijabarkan berdasar spectrum gelombang nya, akan didapat pembagian semacam ini. 

Dalam spectrum gelombang semacam itulah kemudian telinga manusia mampu mengenali TIMBRE atau warna bunyi. Adanya timbre inilah, yang menjadikan telinga mengenali bunyi gitar listrik. Piano. Kendhang Jawa dan suara manusia Dalam kenyataannya, banyak bunyi dan suara yang mengalir dalam frekuensi yang sama. 

Monday, 1 January 2018

VOCALICIOUS - Menelisik Seni Olah Vokal, by: Michael Gunadi (Staccato, January 2018)

“VOCALICIOUS”
MENELISIK SENI OLAH VOKAL
by: Michael Gunadi
Staccato, January 2018 


ISTILAH SOUND & VOICE
Sudah menjadi maklum dan jamak adanya, bahwa manusia dinyatakan BERSUARA dan BUKAN BERBUNYI. Dalam bahasa Inggris, istilah semacam itu dinyatakan dengan istilah SOUND dan VOICE. Tak pernah ada ungkapan HUMAN SOUND (kecuali dalam hal-hal ekstrem), melainkan HUMAN VOICE. Penggunan istilah semacam ini tampak sepele dan sah saja jika pembaca menganggap hal semacam itu sebagai mengada-ada. Namun disitulah kita akan memulai penelaahan kita.

SUARA MANUSIA SEBAGAI ALAT MUSIK
Suara manusia, bertalian dengan kodrat nya tentu berbeda dengan suara burung dan suara babi, monyet serta hewan lainnya. Suara manusia sangat unik, khas, dan memiliki kemampuan yang sebetulnya sangat mencengangkan. Suara manusia adalah ALAT MUSIK.

Sebagai alat musik atau organum musik, suara manusia dilazimkan dengan istilah VOKAL. Vokal sangat unik. Vokal adalah alat musik YANG TERMURAH sekaligus juga YANG TERMAHAL. Vokal menjadi alat musik yang termurah karena sudah terbayar sejak manusia lahir. Namun vokal juga adalah alat musik yang termahal karena perawatannya berkaitan dengan kondisi kesehatan tubuh manusia itu sendiri.

Wednesday, 1 November 2017

4 MITOS KELIRU TENTANG BACH - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2017)

“4 MITOS KELIRU TENTANG BACH”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2017


Johann Sebastian Bach, adalah salah satu komposer yang karya dan sosoknya tetap popular hingga hari ini. Tentunya, selain Beethoven dan Mozart. Popularitas Bach seolah abadi. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Sebagian adalah fakta sejarah dan sebagian lagi adalah mitos. Sebelum kita menguak lebih dalam tentang Bach, ada baiknya kita mengerlingkan mata, untuk sejenak menatap fakta tentang mengapa Bach itu penting dan layak diperbincangkan.

FUGA: KARYA MONUMENTAL BACH
Semasa hidupnya, Bach adalah komposer yang mengarang banyak sekali lagu dan musik. Karya monumentalnya terletak pada kepiawaiannya mengolah nada dalam bentuk FUGA. Di zaman Baroque, periode semasa Bach hidup dan berkarya, FUGA merupakan kulminasi tertinggi bagi seni olah bunyi.


Dalam Fuga atau Fugue, seorang komposer dituntut sangat ketat pada aturan dan norma namun juga harus memiliki kreativitas luar biasa agar Fuga yang dikarangnya tidak menjadi membosankan dan kedodoran. Bach sangat piawai dalam hal ini. Bach juga adalah seorang jenius dalam teknis komposisi yang disebut counterpoint atau kontrapunkt. Dimana sebuah jalur bunyi akan dibarengi jalur bunyi lain dalam arah berlawanan (counter/kontra).

Friday, 24 March 2017

ATURAN UMUM DALAM MIKING - by: Michael Gunadi Widjaja (Audiopro, February 2017)

ATURAN UMUM DALAM MIKING
by: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, February 2017


DEFINISI ATURAN UMUM
Aturan Umum yang dimaksud dalam artikel ini adalah padanan dalam bahasa Indonesia untuk istilah GENERAL RULE. Aturan-aturan ini sekilas nampak sederhana dan terkesan bersifat umum semata. Namun dari berbagai testimoni dan penjelasan para sound engineering terkemuka, dapat ditengarai bahwa meski nampak sederhana dan umum, sangat diperlukan dalam pengaturan sistem tata bunyi. Terutama ketika kita berurusan dengan piranti musik yang bersifat akustik.

Sebetulnya tidak ada tetapan baku untuk aturan umum dalam miking. Tiap sound engineering, apalagi yang sudah memiliki pengalaman luas, akan memiliki standarisasi dan standardisasi bagi general rule nya. Yang tersaji dalam artikel ini adalah general rule yang saya tengarai sangat lazim dianut oleh beberapa sound engineering dalam praktek nya.


SISTEM TATA BUNYI (SOUND SYSTEM)
Proses MIKING, dapat dikatakan adalah mata rantai kedua dalam keseluruhan proses reproduksi bunyi. Proses ini terangkum dalam sistem yang dikenal sebagai Sistem Tata Bunyi atau SOUND SYSTEM. TIDAK ADA ATURAN BAKU dalam proses miking. Juga TIDAK PERNAH ADA proses miking yang ideal, apalagi sempurna. Semuanya sangat bergantung pada SELERA. Dan selera ini berada dalam lingkup macam instrumen, jenis musik, karakter pemusiknya.

Friday, 24 February 2017

KALA BUNYI MERAMBAT - by: Michael Gunadi (Audiopro, January 2017)

“KALA BUNYI MERAMBAT”
By: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, January 2017


SIFAT BUNYI
Terlebih dahulu perlu sedikit dipahami bahwa BUNYI, dalam ranah bacaan audio, memiliki sifat dapat MERAMBAT (PROPAGATE) dan bukan mengalir. Pengertian ini, bukan perkara semantik belaka. Namun juga angat berpengaruh pada tinjauan bunyi secara fisik. Jadi jelas, bahwa bunyi adalah perwujudan GELOMBANG dan melakukan gerakan dengan cara MERAMBAT yang tentu menjadi berbeda dengan sifat air yang MENGALIR.

Lingkup paparan ini adalah tentang apa yang terjadi saat bunyi merambat. Hal ini menjadi layak ditengok, sehubungan dengan interaksi hasil reproduksi bunyi terhadap ruang dimana bunyi itu dihadirkan. Zaman sekarang ini sudah ada DIGITAL AUDIO WORKSTATION (DAW).


Dalam tiap DAW, bahkan yang paling sederhana sekalipun, terdapat apa yang dinamakan  DIGITAL SIGNAL PROCESSOR (DSP). DSP ini, dari namanya, jelas sebuah piranti pemroses signal bunyi secara digital. Apa yang diproses? Interaksi signal bunyi, yang adalah gelombang terhadap ruang. DSP yang canggih malahan dapat membuat simulasi sebuah ruang, sampai pada keadaan yang hanya dapat dibayangkan atau Imaginary Scenary Space.

Saturday, 10 December 2016

COLLABODIGI: KOLABORASI MUSIK DIGITAL - by: Michael Gunadi (Staccato, December 2016)

“COLLABODIGI: 
KOLABORASI MUSIK DIGITAL”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2016


SOLO DAN ENSEMBEL DALAM MUSIK
Sajian musik itu sangat beraneka ragam. Ada musik yang disajikan secara tunggal (solo). Ada yang main berdua, bertiga, berempat, dan terbentuklah ensembel. Ada juga yang main dengan jumlah pemain yang banyak, yang kemudian dikenal sebagai orkestra. Ada juga yang iseng dan karena energi kreatifnya luar biasa banyak, membuat sajian teatrikal interaktif. Bukan hanya pemain di panggung yang main musik, penontonnya juga diminta untuk main musik. Tentu dengan diberi pengarahan sederhana sebelumnya.

Selain ditilik dari jumlahnya, sajian musik juga memiliki keragaman ditilik dari alat atau piranti musiknya. Ada yang satu alat saja. Dua, tiga, empat alat, dan seterusnya sampai membentuk kesatuan organum yang lazim dikenal sebagai orkestra, simfoni, philharmoni, atau apapun itu namanya.

ENSEMBEL VS KOLABORASI MUSIK
Dengan demikian, kita pahami bahwa sebetulnya, sepanjang jalan peradabannya, manusia mengenal sajian musik sebagai sebuah wujud KERJASAMA. Bukan dalam artian kerja barengan, melainkan dengan tujuan yang sama. IDENTIFYING SAME MUSICAL GOAL ACHIEVEMENT. Begitu kata Professor saya semasa saya sekolah di negara kangguru. Kerjasama sedemikian itu, kemudian diistilahkan sebagai COLLABORATION ATAU DIINDONESIAKAN MENJADI KOLABORASI.

Friday, 6 May 2016

P3K GITARIS KLASIK - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, May 2016)

"P3K GITARIS KLASIK"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, May 2016

Saya kira, pastilah anak SD pun tahu dan paham bahwa P3K adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan - a first aid for accident injury. Lho?! Lalu??!! Apa hubungannya dengan gitaris klasik??!! Waduuh... rasanya kok ngeri-ngeri gimana gitu yauw... Atau jangan-jangan... main gitar klasik bisa cidera ya ... kok sampai perlu ada P3K nya segala? Hmm... please calm and cool, Mas Bro dan Mbak Sis sekalian.


CIDERA DALAM BERMAIN INSTRUMEN
Cidera dalam bermain instrumen musik, apapun bentuknya memang sangat mungkin terjadi. Main Piano, jika salah postur dan gestur akan mengakibatkan cidera otot dan syaraf jari bahkan tangan dan lengan. Para maestro biola, ketika menghadapi latihan yang spartan, seringkali mengalami luka lecet pada bantalan jarinya. Demikian pula dengan gitaris klasik. Lecet kecil pada bantalan jari, sudah umum terjadi terutama pada pemula. Luka lecet ini dengan berjalannya waktu sembari terus menerus latihan, akan menjadi Calluses atau kapalan. Postur duduk pemain gitar klasik, untuk beberapa dekade dapat mengakibatkan masalah baru seperti peradangan sendi pada pinggang. Hal yang dialami oleh maha gitaris klasik seperti John Christopher William dan Julian Bream.

FOOT STOOL DAN NECK UP
Cidera pada gitaris klasik memang adalah hal yang mengerikan dan menakutkan. Namun dengan cara pembelajaran teknik yang baik dan benar serta didukung oleh kemajuan teknologi, hal semacam itu sangat dapat dihindari. Posisi duduk misalnya. Gitaris klasik konvensional kerap kali menggunakan foot stool. Posisi duduk dengan satu kaki bertengger di atas foot stool lah yang menjadi biang keladi lahirnya peradangan seni pinggang. Dengan kemajuan teknologi, zaman sekarang dibuatlah NECK UP sebagai pengganti foot stool. Neck Up sangat bersifat ergonomis dan memberi keleluasaan relaksasi semua otot dan persendian, saat seorang gitaris klasik duduk berlatih selama berjam-jam.