Saturday 10 August 2013

"Saat Tuhan Bersemayam" - by Michael Gunadi Widjaja

"SAAT TUHAN BERSEMAYAM"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja

Gereja Katedral, Jakarta

Sebagian orang berujar bahwa kehidupan manusia adalah pengembaraan di dunia. Dalam pengembaraannya, manusia bersosialisasi dengan sesamanya. Membentuk sebuah laku yang kemudian dalam sublimasinya menjadi kebudayaan. Di sisi yang lain, pengembaraan seringkali menghadapi aral, halangan, rintangan, juga ketidakpastian. Dan terlebih lagi manusia harus berhadapan dengan absurditas. Hal-hal yang tak berjawab, yang seringkali muaranya adalah hanya sebuah keniscayaan. Keadaan demikian membuat manusia mengolah kembali lakunya. Saat mana sosialisasi tak cukup tangkas mengawal pengembaraan. Saat kebudayaan berkurang temaramnya sebagai sang pengejawantah asa dan karsa. Manusia kemudian mengolah laku mendekatkan diri dan kesejatiannya pada Khaliknya - Tuhan, Sang Maha.

Saat manusia mengolah laku bagi sublimasi keberadaan dan kesejatian pada Tuhan, semua nuansa sosial dan budaya diolah bagi sebuah devosi – penyembahan kepada Tuhan Sang Maha. Maka agama bukan saja ritual melainkan sebuah wahana suci. Karsa mengejawantah dalam karya. Seni yang luhur. Devosi estetis dan artistik bagi Tuhan. Jiwa yang ngungun mengharap agar ada SAAT TUHAN BERSEMAYAM.

Saat Tuhan bersemayam adalah satu momentum keIlahian yang layak untuk dirayakan. Dalam ranah musik, terdapat upaya “perayaan” bagi saat Tuhan bersemayam, yakni dengan perwujudan karya berupa alat musik yang kesejatiannya adalah sebuah perayaan bagi saat Tuhan bersemayam. Alat musik yang dimaksud adalah PIPE ORGAN ATAU ORGAN PIPA lazim juga disebut ORGEL.

 Salemer Muenster Orgel, Germany

Organ pipa memang identik dengan Gereja Katolik. Tulisan ini adalah tinjauan sosial budaya, yang bertautan dengan percikan permenungan seputar karya dalam ranah musik sebagai devosi bagi Yang Ilahi. Dan dikarenakan musik adalah “bahasa” universal, senantiasa ada pernik permenungan dan semburat pesan yang tak ada buruknya jika tanpa memandang entitas religi,kita sejenak meluangkan waktu mengais makna dan pesan. Organ pipa adalah alat musik tradisionil. Telah berabad-abad lamanya organ pipa berbunyi menyuarakan aneka pesan. Sampai hari ini pun keberadaannya tetap dipertahankan. Bahkan bunyi organ pipa tetap dapat dinikmati melalui alat musik keyboard yang dipakai dalam hajatan-hajatan masa kini. Sumber bunyi organ pipa dihasilkan dengan cara: Udara yang bergerak (angin) - dihembuskan ke dalam pipa metal - dikontrol dengan keyboard.

Terdapat dua jenis keyboard: Manual yang dimainkan dengan tangan dan Pedal yang dimainkan dengan kaki. Sebuah pipa dalam organ pipa, hanya menghasilkan bunyi untuk satu tala nada saja. Itulah sebabnya terdapat banyak pipa metal dan membentuk susunan yang disebut Rank. Yang unik adalah bahwa rank ini bentuk dan coraknya sangat dekoratif.


Deretan rank terdiri dari pipa-pipa yang menurut bentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi:

  • Pipa LABIAL (Labial: Latin=bibir) adalah pipa dengan bentuk seperti bibir recorder atau suling yang biasa dipakai anak sekolah. Pipa ini menghasilkan bunyi suling-suling yang lembut. 
  • Pipa LINGUAL (Lingua: Latin=Lidah) adalah pipa yang memiliki lidah. Dengan sendirinya dapat menghasilkan bunyi yang kuat, seperti: trumpet, fagot, dan kumpulan trumpet (Brass)


Hembusan angin yang dialirkan ke dalam pipa, dari waktu ke waktu senantiasa diperbaharui. Awalnya dengan menggunakan sistem hidrolik yang dihasilkan dengan cara mengayuh pedal, seperti mengayuh pedal sepeda. Kemudian dikembangkan Tubular Pneumatic Action - yakni rancangan pipa diubah untuk lebih reaktif terhadap hembusan angin. Organ pipa modern menggunakan Electro Pneumatic System, dimana hembusan angin dihasilkan secara konstan oleh motor listrik. Organ pipa juga dilengkapi dengan piranti yang disebut Stopper, fungsinya adalah mengatur warna bunyi (timbre), kekerasan bunyi (loudness) dan kombinasi jenis pipa yang berbunyi.

STOPPER

Di Indonesia, organ pipa dapat di jumpai di Gereja Katedral Jakarta, Katedral Bandung, Gereja Santo Yusup Gedangan Semarang, dan Katedral Larantuka. Di Katedral Surabaya terdapat juga organ pipa, namun sudah tidak berfungsi dengan baik. Memainkan organ pipa juga membutuhkan teknik tersendiri. Pemain organ klasik masih harus melakukan beberapa adaptasi.

Harga organ pipa sangatlah mahal. Disamping itu sangat diperlukan ruang berukuran besar untuk menginstalasi rank pipa-pipanya. Namun kendala itu diatasi dengan mengimitasi karakter organ pipa melalui organ listrik yang relatif ringkas dan harga terjangkau. Juga dengan memasukkan bunyi dan karakter bunyi organ pipa pada keyboard yang biasa dipakai mengiringi musik hiburan.

Ada beberapa pemaknaan dan permenungan setelah kita sejenak menilik dan berkenalan dengan organ pipa. Yang agaknya menarik adalah bahwa manusia telah melakukan sebuah hal besar agar Tuhan senantiasa dapat bersemayam. Karya tersebut adalah sebuah alat musik. Yang mekanisme kerjanya menggunakan hembusan angin, sebuah unsur alam karunia Ilahi. Juga bentuk fisik alat musik yang menyatu-padu dengan tempat peribadatan sebagai ungkapan totalitas agar Tuhan senantiasa bersemayam. Bunyi yang dihasilkan oleh organ pipa pada hakekatnya adalah imitasi atau tiruan dari esensi bunyi alam: suling sebagai imitasi kicau burung, fagot sebagai imitasi “suara” agung dari Keilahian. Semuanya sublim dalam wujud devosi untuk mengangkat syukur saat Tuhan bersemayam.


Tak ada ruginya jika kita mempermenungkan:
  • “Akankah karya semacam itu masih ingin kita lakukan di jaman modern ini?” 
  • “Masih adakah keinginan kita untuk melakukan totalitas karya bagi Tuhan, di tengah-tengah himpitan roda ekonomi yang kejam melindas. Di tengah kerancuan dan kebingungan nuansa bernegara yang terkoyak oleh ketidakpastian hukum?"
  • “Masih adakah ruang dalam relung sanubari kita untuk melakukan devosi, penyembahan pada Tuhan? Saat pikiran dan keahlian profesi kita tersibukkan oleh upaya mempertahankan profesionalitas karir atas nama sebuah masa depan. 
  • “Masihkah kita mau menyatu dengan alam. Sublim dalam karunia Ilahi. Pada pesan nyanyian burung dan bahkan halilintar dan erupsi gunung berapi. Untuk sejenak membuka mata hati. Siapa tahu Tuhan saat itu bersemayam dan ingin bertegur sapa dengan kita?”
 

3 comments:

  1. Katedral Larantuka ada organ pipa? Wah, sayang sekali saya ga liat waktu itu. Pipa2nya terlihat dari arah mana ya?

    ReplyDelete
  2. Makasih infonya. Dan sekedar info, ada lagi organ pipa di Indonesia, di Aula Simfonia Jakarta......

    ReplyDelete
  3. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda!!
    Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66 (NEW)
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam ????
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!?

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.