"SAAT TUHAN BERSEMAYAM"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Gereja Katedral, Jakarta
Sebagian
orang berujar bahwa kehidupan manusia adalah pengembaraan di dunia. Dalam
pengembaraannya, manusia bersosialisasi dengan sesamanya. Membentuk sebuah laku
yang kemudian dalam sublimasinya menjadi kebudayaan. Di sisi yang lain, pengembaraan
seringkali menghadapi aral, halangan, rintangan, juga ketidakpastian. Dan
terlebih lagi manusia harus berhadapan dengan absurditas. Hal-hal yang tak
berjawab, yang seringkali muaranya adalah hanya sebuah keniscayaan. Keadaan
demikian membuat manusia mengolah kembali lakunya. Saat mana sosialisasi tak
cukup tangkas mengawal pengembaraan. Saat kebudayaan berkurang temaramnya
sebagai sang pengejawantah asa dan karsa. Manusia kemudian mengolah laku
mendekatkan diri dan kesejatiannya pada Khaliknya - Tuhan, Sang Maha.
Saat manusia
mengolah laku bagi sublimasi keberadaan dan kesejatian pada Tuhan, semua nuansa
sosial dan budaya diolah bagi sebuah devosi – penyembahan kepada Tuhan Sang
Maha. Maka agama bukan saja ritual melainkan sebuah wahana suci. Karsa
mengejawantah dalam karya. Seni yang luhur. Devosi estetis dan artistik bagi
Tuhan. Jiwa yang ngungun mengharap agar ada SAAT TUHAN BERSEMAYAM.
Saat Tuhan
bersemayam adalah satu momentum keIlahian yang layak untuk dirayakan. Dalam
ranah musik, terdapat upaya “perayaan” bagi saat Tuhan bersemayam, yakni dengan
perwujudan karya berupa alat musik yang kesejatiannya adalah sebuah perayaan
bagi saat Tuhan bersemayam. Alat musik yang dimaksud adalah PIPE ORGAN ATAU ORGAN PIPA lazim juga disebut
ORGEL.
Salemer Muenster Orgel, Germany
Organ pipa
memang identik dengan Gereja Katolik. Tulisan ini adalah tinjauan sosial
budaya, yang bertautan dengan percikan permenungan seputar karya dalam ranah
musik sebagai devosi bagi Yang Ilahi. Dan dikarenakan musik adalah “bahasa”
universal, senantiasa ada pernik permenungan dan semburat pesan yang tak ada
buruknya jika tanpa memandang entitas religi,kita sejenak meluangkan waktu
mengais makna dan pesan. Organ pipa adalah alat musik tradisionil. Telah
berabad-abad lamanya organ pipa berbunyi menyuarakan aneka pesan. Sampai hari
ini pun keberadaannya tetap dipertahankan. Bahkan bunyi organ pipa tetap dapat
dinikmati melalui alat musik keyboard yang dipakai dalam hajatan-hajatan masa
kini. Sumber bunyi organ pipa dihasilkan dengan cara: Udara yang bergerak (angin) - dihembuskan ke dalam pipa metal - dikontrol
dengan keyboard.
Terdapat dua jenis keyboard: Manual yang dimainkan dengan tangan dan Pedal yang dimainkan dengan kaki.
Sebuah pipa dalam organ pipa, hanya menghasilkan bunyi untuk satu tala nada
saja. Itulah sebabnya terdapat banyak pipa metal dan membentuk susunan yang
disebut Rank. Yang unik adalah
bahwa rank ini bentuk dan coraknya sangat dekoratif.
Deretan rank terdiri dari pipa-pipa yang menurut
bentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi:
- Pipa LABIAL (Labial: Latin=bibir) adalah pipa dengan bentuk seperti bibir recorder atau suling yang biasa dipakai anak sekolah. Pipa ini menghasilkan bunyi suling-suling yang lembut.
- Pipa LINGUAL (Lingua: Latin=Lidah) adalah pipa yang memiliki lidah. Dengan sendirinya dapat menghasilkan bunyi yang kuat, seperti: trumpet, fagot, dan kumpulan trumpet (Brass)
Hembusan
angin yang dialirkan ke dalam pipa, dari waktu ke waktu senantiasa
diperbaharui. Awalnya dengan menggunakan sistem hidrolik yang dihasilkan dengan cara mengayuh pedal, seperti
mengayuh pedal sepeda. Kemudian dikembangkan Tubular Pneumatic Action - yakni rancangan pipa diubah untuk
lebih reaktif terhadap hembusan angin. Organ pipa modern menggunakan Electro Pneumatic System, dimana
hembusan angin dihasilkan secara konstan oleh motor listrik. Organ pipa juga
dilengkapi dengan piranti yang disebut Stopper,
fungsinya adalah mengatur warna bunyi (timbre), kekerasan bunyi (loudness) dan
kombinasi jenis pipa yang berbunyi.
STOPPER
Di
Indonesia, organ pipa dapat di jumpai di Gereja Katedral Jakarta, Katedral Bandung, Gereja Santo Yusup Gedangan Semarang, dan Katedral Larantuka.
Di Katedral Surabaya terdapat juga organ pipa, namun sudah tidak berfungsi
dengan baik. Memainkan organ pipa juga membutuhkan teknik tersendiri. Pemain
organ klasik masih harus melakukan beberapa adaptasi.
Harga organ
pipa sangatlah mahal. Disamping itu sangat diperlukan ruang berukuran besar
untuk menginstalasi rank pipa-pipanya. Namun kendala itu diatasi dengan
mengimitasi karakter organ pipa melalui organ listrik yang relatif ringkas dan
harga terjangkau. Juga dengan memasukkan bunyi dan karakter bunyi organ pipa
pada keyboard yang biasa dipakai mengiringi musik hiburan.
Ada beberapa
pemaknaan dan permenungan setelah kita sejenak menilik dan berkenalan dengan
organ pipa. Yang agaknya menarik adalah bahwa manusia telah melakukan sebuah
hal besar agar Tuhan senantiasa dapat bersemayam. Karya tersebut adalah sebuah
alat musik. Yang mekanisme kerjanya menggunakan hembusan angin, sebuah unsur
alam karunia Ilahi. Juga bentuk fisik alat musik yang menyatu-padu dengan
tempat peribadatan sebagai ungkapan totalitas agar Tuhan senantiasa bersemayam.
Bunyi yang dihasilkan oleh organ pipa pada hakekatnya adalah imitasi atau
tiruan dari esensi bunyi alam: suling sebagai imitasi kicau burung, fagot sebagai
imitasi “suara” agung dari Keilahian. Semuanya sublim dalam wujud devosi untuk
mengangkat syukur saat Tuhan bersemayam.
Tak ada ruginya
jika kita mempermenungkan:
- “Akankah karya semacam itu masih ingin kita lakukan di jaman modern ini?”
- “Masih adakah keinginan kita untuk melakukan totalitas karya bagi Tuhan, di tengah-tengah himpitan roda ekonomi yang kejam melindas. Di tengah kerancuan dan kebingungan nuansa bernegara yang terkoyak oleh ketidakpastian hukum?"
- “Masih adakah ruang dalam relung sanubari kita untuk melakukan devosi, penyembahan pada Tuhan? Saat pikiran dan keahlian profesi kita tersibukkan oleh upaya mempertahankan profesionalitas karir atas nama sebuah masa depan.
- “Masihkah kita mau menyatu dengan alam. Sublim dalam karunia Ilahi. Pada pesan nyanyian burung dan bahkan halilintar dan erupsi gunung berapi. Untuk sejenak membuka mata hati. Siapa tahu Tuhan saat itu bersemayam dan ingin bertegur sapa dengan kita?”
Katedral Larantuka ada organ pipa? Wah, sayang sekali saya ga liat waktu itu. Pipa2nya terlihat dari arah mana ya?
ReplyDeleteMakasih infonya. Dan sekedar info, ada lagi organ pipa di Indonesia, di Aula Simfonia Jakarta......
ReplyDeleteQQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
ReplyDelete-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda!!
Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66 (NEW)
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam ????
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!?