Showing posts with label composition. Show all posts
Showing posts with label composition. Show all posts

Saturday, 30 December 2023

TEKSTUR | by: Michael Gunadi | Staccato, January 2024

“TEKSTUR”
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2024


Kita akan mengawali artikel ini dengan meninjau sejenak ranah SENI LUKIS. Karena di ranah seni lukis lah istilah tekstur mendapat batasan yang paling representatif. Jika kita ditanya, apa yang membuat sebuah lukisan dikatakan dan dinyatakan sebagai lukisan seni yang bermutu. Tentu jawabnya dapat bermacam-macam dan memang banyak sekali parameter dan variabel untuk menentukan satu mutu lukisan. Namun dari semua variabel tersebut, salah satunya adalah TEKSTUR atau Texture. Herbert Reed, seorang pengamat dan kritikus seni yang hebat, dalam bukunya THE MEANING OF ART, menuliskan bahwa teksturlah salah satu elemen terpenting dalam menentukan mutu lukisan.

 

Secara teknisnya, Tekstur diberi batasan sebagai the feel, appearance, or consistency of a surface or substance. Sederhananya, Tekstur adalah kehalusan permukaan lukisan, baik yang mungkin teraba (karena tidak semua lukisan boleh diraba) maupun yang penampakannya tertangkap mata. Dalam perkembangannya, Tekstur bisa menjadi sarana untuk menimbulkan kesan dimensi sebuah lukisan. 

Monday, 1 May 2023

BOSAN - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2023

“BOSAN”
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2023

 

“Lagunya itu itu doank”..... uuuuuufffff...... bosaaaaannn.... cape dech :(

 

Kalimat di atas memang sebuah kalimat dalam dialek Betawi. Jika hendak dipadankan dalam bahasa Indonesia “baku”, kalimat tersebut kira-kira bermakna: lagunya hanya itu-itu saja. Kata “itu-itu” saja menunjukkan sebuah hamparan pilihan yang terbatas. Sedemikian terbatasnya hingga nampaknya malah hampir tak ada lagi pilihan. Sehingga, wajar jika nuansa yang terasa adalah nuansa kebosanan dan kejenuhan.

 

KONDISI TERBATAS

Kata “itu-itu” yang sudah menunjukkan hamparan pilihan yang sangat terbatas, masih juga ditambah kata “doank”. Nampaknya ini adalah sebuah ungkapan yang ingin menekankan secara tandas suatu keadaan yang benar-benar tanpa pilihan. Dalam kalimat tersebut, keadaan tanpa pilihan diletakkan dalam konteks lagu. Lagu yang adalah salah satu manifestasi musik.

 

Lagu yang adalah pengejawantahan nilai estetis dalam rasa terhadap bunyi. Dan lagu yang adalah metamorfosa seni bunyi. Sebuah sublimasi karsa dalam karya, yakni kehidupan itu sendiri. Jadapakah kalimat “lagunya itu-itu doank” merujuk pada sebuah kehidupan yang tanpa pilihan sama sekali??? Boleh jadi dan bisa jadi, sinyalemen ini benar adanya. 

Monday, 30 November 2020

SECANGKIR ORKESTRA (Part 1) - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2020

SECANGKIR ORKESTRA 
(Bagian ke-1)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2020


Tentu saja tips yang tersaji, tidak detail. Ibarat hanya secangkir. Bukan segelas. Bukan semangkuk ataupun sebelanga. Namun, bagai kopi, harapannya agar tips secangkir ini setidaknya bisa menyisakan aroma dan rasa untuk dicecap dalam membuat orkestrasi. Tips ini kiranya menyehatkan bagi siapa saja yang bekerja ataupun bergemar membuat orkestrasi untuk musik. Dan, mohon jangan dibayangkan bahwa orkestrasi itu selalu harus berurusan dengan orkestra besar. Virtual studio juga menganut prinsip yang sama. Demikian pula dengan sekedar memberi nuansa bagi sepotong melodi. 

 

APA ITU ORKESTRA?

Orkestra, sebetulnya adalah sebuah ensembles akbar. Secara musikal, orkestra bisa melakukan apapun. Dan jelas, orkestra mampu menampung segala jenis imaji, fantasi, dan luapan emosi. Tantangan terbesar membuat orkestrasi, terutama bagi Anda yang memgorkestrasi secara virtual, adalah bagaimana menjadikan orkestra tersebut berbunyi sebagai lazimnya sebuah orkestra besar yang representatif. 

 

APA BEDA MENGARANSEMEN & MENGORKESTRASI?

Kita akan masuk dengan menelaah satu pertanyaan yang acapkali dilontarkan, yakni apa beda mengaransir atau mengaransemen dengan mengorkestrasi. Mengaransir atau pekerjaan mengaransemen (arrangement field) selalu bertolak dari karya asli. Kemudian diadaptasi dan dikembangkan. Hasilnya bisa berupa dipergunakannya instrumen yang berbeda dengan musik aslinya, atau juga pengolahan vokal, membuat susunan dan progresi akor baru, menambahkan beberapa bagian, melakukan modulasi sampai dengan memparafrasekan. Parafrase itu ya memainkan dengan gaya yang berbeda. 

Wednesday, 1 August 2018

VARIASI - by: Michael Gunadi (Staccato, August 2018)

“VARIASI”
by: Michael Gunadi
Staccato, August 2018


RUTINITAS YANG MONOTON
Musik adalah CERMIN KEHIDUPAN. Bahkan musik adalah rona dari kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kehidupan, musik tak pernah statis. Karena dinamika itu adalah esensi dari kehidupan. Hidup memang bisa saja monoton, menjenuhkan dan membosankan. Begitu juga dengan musik. Musik bisa saja tersaji secara begitu begitu saja. Materinya itu-itu saja. Teknik komposinya selalu cara yang itu-itu doang. 

Lagi-lagi, sebagaimana kehidupan, musik bisa mengandaikan variasi. Orang berangkat ke kantor tiap pagi berkendara mobil pribadi. Adakalanya ia merasa jenuh dan bosan. Ia berganti wahana menjadi motor, taxi, ojek, atau bisa juga Transjakarta. Tapi tujuannya tetap sama yakni PERGI KE KANTOR. Material utamanya juga sama yakni BERPINDAH DARI SATU TITIK KE TITIK LAIN DENGAN BERKENDARA. Begitu juga musik. Dan hakekat variasi yang muncul baik secara konseptual maupun secara spontan instingtif, selalu mengabdi pada tema sentralnya.


Sunday, 3 December 2017

Pertanyaan Populer Seputar Musik Film - by: Michael Gunadi (Staccato, December 2017)

PERTANYAAN POPULER SEPUTAR MUSIK FILM
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2017


Tulisan kali ini akan membahas pertanyaan- pertanyaan yang paling sering diajukan dan dikemukakan di seputar MUSIK FILM.  Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap kali muncul saat saya memberikan workshop dan seminar tentang musik untuk teater, dan juga saat memimpin diskusi KINE CLUB di beberapa kota di Jawa. Ajang tersebut saya penuhi dalam kapasitas sebagai komposer yang sempat aktif membuat musik film khususnya dokumenter berupa pesanan dari beberapa produser di Jerman dan Australia, meski sudah agak lama. 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya anggap perlu ditulis dan dimunculkan kembali, mengingat Musik Film adalah salah satu terobosan di tengah lesunya industri musik di hampir semua bagian dunia. Juga agar pembaca semakin mengapresiasi nilai seni musik dalam film dan tentunya, meski hanya sekilas, menorehkan apa dan bagaimana prospek ke depan nya.

BAGAIMANA MASA DEPAN MUSIK FILM DI TANAH AIR?
Pertanyaan tersebut sangat khas orang Asia. Jika ada ranah asing, terutama dalam kesenian, hal yang pertama ditanyakan adalah PROSPEKNYA. Dengan kata lain, kalau tak bisa untuk cari nafkah sudah nggak usah banyak cerita deh. Film di tanah air dapat dikatakan sempat menjadi industri yang marak. Era 70-an dan 80-an adalah era emas. Banyak sutradara teater jempolan berkiprah disana. Teguh Karya, Sjumanjaya, Wim Umboh, Imam Tantowi, Arifin C Noer.  Sempat diproduksi film kolosal mahal. NOPEMBER 1828 oleh Teguh Karya. Serial TUTUR TINULAR oleh Imam Tantowi. Kemudian film kita mati suri.

Wednesday, 1 November 2017

4 MITOS KELIRU TENTANG BACH - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2017)

“4 MITOS KELIRU TENTANG BACH”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2017


Johann Sebastian Bach, adalah salah satu komposer yang karya dan sosoknya tetap popular hingga hari ini. Tentunya, selain Beethoven dan Mozart. Popularitas Bach seolah abadi. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Sebagian adalah fakta sejarah dan sebagian lagi adalah mitos. Sebelum kita menguak lebih dalam tentang Bach, ada baiknya kita mengerlingkan mata, untuk sejenak menatap fakta tentang mengapa Bach itu penting dan layak diperbincangkan.

FUGA: KARYA MONUMENTAL BACH
Semasa hidupnya, Bach adalah komposer yang mengarang banyak sekali lagu dan musik. Karya monumentalnya terletak pada kepiawaiannya mengolah nada dalam bentuk FUGA. Di zaman Baroque, periode semasa Bach hidup dan berkarya, FUGA merupakan kulminasi tertinggi bagi seni olah bunyi.


Dalam Fuga atau Fugue, seorang komposer dituntut sangat ketat pada aturan dan norma namun juga harus memiliki kreativitas luar biasa agar Fuga yang dikarangnya tidak menjadi membosankan dan kedodoran. Bach sangat piawai dalam hal ini. Bach juga adalah seorang jenius dalam teknis komposisi yang disebut counterpoint atau kontrapunkt. Dimana sebuah jalur bunyi akan dibarengi jalur bunyi lain dalam arah berlawanan (counter/kontra).

Monday, 3 July 2017

ORKESTRASI - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, July 2017)

“ORKESTRASI”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, July 2017)


TERMINOLOGI ORKESTRASI & ORKES
Membaca kata ORKESTRASI, saya yakin bahwa benak para pembaca akan segera mengarah pada istilah ORKESTRA. Dan bagi yang belum akrab dengan Musik “Klasik”, yang terbayang adalah kata ORKES. Dan memang betul, orkestrasi adalah bagian tak terpisahkan dari orkestra dan orkes. Terminologi semacam ini menjadi penting untuk mengawali semestra pembicaraan kita. Mengingat ketiga kata tersebut dapat saling bertaut, berpadan, dan berinteraksi satu sama lain.

ORKESTRASI, lazimnya dimaknai sebagai seni menggubah musik untuk orkestra. Sedangkan ORKESTRA adalah sebuah ensembel akbar. Sering terjadi kerancuan di beberapa kalangan. Umumnya sebuah orkestra, lazim “harus” ada biolin, biola, cello, timpani, dan selazimnya. Anggapan demikian jelas tidak salah. Namun jika persepsi semacam itu yang disodorkan, hal tersebut hanyalah SALAH SATU jenis saja dari Orkestra. Yakni ORKESTRA KLASIK.


JENIS ORKESTRA
Masih ada jenis Orkestra lain. Misalnya JAZZ ORCHESTRA yang sama sekali tidak ada biolin dan biola. Juga ada POP ORCHESTRA yang ada tambahan perlengkapan BAND. Belum lagi ada orkestra yang jenisnya bertalian dengan ragam instrumen. Sebut saja WIND ORCHESTRA atau orkes angin alias orkes alat tiup (karena kegiatan meniup jelas mengeluarkan angin). Ada juga PERCUSSION ORCHESTRA, yang hanya terdiri dari instrument musik yang dipukul (bukan dipukuli ya).

Pengertian ORKES, sering malah dipertautkan dengan materi bunyi yang tradisional. Kita mengenal istilah ORKES GAMELAN, ORKES GONDANG BATAK, ORKES GAMBUS, ORKES MELAYU, dan ORKES SULING MINAHASA.

Wednesday, 1 March 2017

SECANGKIR KOPI & IDE KOMPOSISI - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2017)

“SECANGKIR KOPI & IDE KOMPOSISI”
PERJALANAN MENCARI ILHAM 
DALAM BERMAIN MUSIK DAN MENGKOMPOSISI
By: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2017


IDE DALAM BERMAIN MUSIK
Bermain musik itu membutuhkan ide. Dalam taraf tertentu, Anda tidak bisa lagi hanya memainkan berdasarkan partitur yang Anda baca. “Pokoknya main slamet nggak salah dari ujung ke ujung. Kelar deh!” Itu kalau Anda sedang bermain-main dengan musik. Jika Anda MEMAINKAN musik, Anda butuh ide. Musik apapun. Bahkan Musik Klasik, yang aturannya harus presisi, baku, kaku, dan sakelijk (kata orang Belanda) - masih membuka ruang untuk ide performansi.

Anda tetap butuh ide untuk pendekatan musikal atau musical approach. Anda butuh ide untuk membuat nuansa, agar musik yang Anda mainkan tidak beku dan terasa membosankan. Anda butuh ide agar yang mendengar dan mendengarkan musik Anda, mendapat sesuatu untuk setidaknya dibawa pulang.

Jika Anda main Musik Klasik di panggung, jelas lebih banyak lagi ide yang harus Anda cari, gali, permenungkan, dan renungkan. Sampai pakaian dalam pun sebetulnya butuh ide. Bagaimana pakaian dalam yang membuat Anda nyaman, percaya diri, dan mengangkat pamor penampilan Anda dalam memainkan Musik Klasik. Pertanyaannya: DARIMANA DATANGNYA IDE untuk hal sedemikian?


Saturday, 7 January 2017

MEMPERSANDINGKAN MUSIK BARAT DAN GAMELAN - by: Michael Gunadi (Staccato, January 2017)

“MEMPERSANDINGKAN MUSIK BARAT DAN GAMELAN”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, January 2017)


Makalah ini pernah saya bawakan dalam pertemuan LIGA KOMPOSER ASIA PASIFIK di Selandia Baru pada 2002. Namun untuk artikel kali ini, tentu telah saya lakukan beberapa pengeditan dan penyesuaian selaras dan seirama dengan perkembangan zaman.

DEFINISI MUSIK BARAT
Ada satu hal penting yang saya rasa perlu di garisbawahi batasannya. Yang dimaksud dengan MUSIK BARAT adalah musik yang berkembang sesuai dengan periodisasi musik yang lazim ditengarai, jika orang membicarakan Musik Barat dalam akar budaya barat. Tujuan artikel ini bukan secara klise dan membosankan menelaah perbedaan dan peralian Gamelan dan Musik Barat. Melainkan sebagai seuntai telaah, agar jika ada yang ingin mempersandingkan Gamelan dan Musik Barat, dapat terjalin jalinan asmara yang memang benar-benar mesra.


SEKILAS MENGENAI GAMELAN
Budaya Musik Barat, dapatlah dikatakan sangat bangga dengan bentuk sajian ORKESTRA dan SENI OPERA. Sedangkan Gamelan, sebetulnya juga adalah kumpulan organum orkestra. Gamelan lazim terdiri dari perangkat Idiophone, kendang, seruling, dan acapkali pula dalam sebuah orkes gamelan lengkap, disertai alat musik berdawai seperti rebab dan sither.

Pemainnya bisa berupa ensembel, lazimnya 3 - 20 orang. Sebetulnya, Gamelan tidak hanya terdapat di Jawa saja. Kamboja memiliki orkes Gamelan. Thailand memiliki Gamelan. Vietnam, Burma juga memiliki orkes Gamelan. Di tanah air pun Gamelan dengan ragam berbeda dapat diumpai di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan juga Bali. Yang saya ketengahkan dalam artikel ini adalah Gamelan Jawa Tengah yang lazim dikenal sebagai Gamelan Jawa atau populer dengan sebutan GAMELAN saja.


Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.

Sunday, 6 March 2016

ROMANCE DE AMOUR: "KETIKA CINTA MENJADI POPULAR" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, March 2016)

"KETIKA CINTA MENJADI POPULAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016


Jika seseorang mempelajari gitar klasik, hampir dapat dipastikan bahwa ia akan mengenal lagu ROMANCE DE AMOR. Sedemikian terkenalnya lagu ini, khususnya di kalangan para penggemar gitar klasik, hingga ada semacam “impian” bagi para siswa gitar klasik untuk dapat membawakan lagu ini. Sebetulnya, apa pernak-pernik yang menjadikan Romance de Amor sedemikian popular.

NAMA LAIN ROMANCE DE AMOR
Judul asli Romance De Amor, dalam napak tilas perjalanan sejarahnya, sangat beragam. Yang paling formal adalah "Romance Anónimo" (Anonymous Romance) atau sebuah kisah cinta dari “si A“. Juga dikenal sebagai "Estudio en Mi de Rubira" (Study in E by Rubira). Sebuah Etude, atau lagu pelajaran yang dibuat oleh Rubira. "Spanish Romance", "Romance de España," karena bagi beberapa orang lagu ini “kental” sekali nuansa Spanyol nya. "Romance of the Guitar," sehubungan lagu ini sudah menjadi semacam trademark bagi gitar klasik. "Romanza" dan "Romance d'Amour dalam Bahasa Perancis.


ASAL MUASAL ROMANCE DE AMOR
Asal muasal Romance De Amor menyisakan sebuah pertanyaan. Namun yang pasti, Romance De Amor adalah sebuah lagu solo dari abad ke-19 bagi gitar klasik. Romansa ini sering dipertautkan dengan beberapa nama. Antonio Rubira, Vicente Gomez, Miguel llobet, dan bahkan sang Maestro gitar Francisco Tarrega. Romance De Amor umumnya tersaji sebagai “ANONYMOUS” atau dikarang oleh seseorang.

Saturday, 4 April 2015

"MODUS" (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, April 2015)

"MODUS" (Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, April 2015



Pada bagian yang pertama telah diuraikan sejarah dan pengertian Modus atau Modes per definisi. Juga telah diketengahkan beberapa contoh aplikasi modus tangganada dalam beberapa komposisi musik. Dalam bagian ke-2 ini, akan diuraikan bagaimana semua kerumitan dan keruwetan tersebut dipakai dalam komposisi dan improvisasi Musik Jazz.

KONSEP MODUS DALAM JAZZ
Sebelum kita berbicara lebih lanjut, ada beberapa hal yang mestinya sangat perlu dipahami terlebih dahulu, seputar penggunaan modus dalam Musik Jazz. Bahwa Modus dalam Jazz adalah sebuah KONSEP. Konsep yang adalah cara berpikir para pemusik Jazz dalam berkarya, baik dalam mengkomposisi musik maupun berimprovisasi. Jadi sebetulnya, Modus adalah elemen Jazz dan bukan esensi dari Jazz itu sendiri. Para musikolog mengkonsepsikan Modus dalam Jazz lebih sebagai sebuah analisa. Agar pemusik yang oleh takdirnya tidak terlahir dalam alam Jazz asli, tetap dapat berekspresi dalam nuansa Jazz yang sejati.

Tuesday, 28 January 2014

GUITAR TRILOGY (by: Michael Gunadi Widjaja)

GUITAR TRILOGY
Composed by: Michael Gunadi Widjaja
Maybe you're all willing to hear my new composition for one nylon string guitar
Its a trilogy in three movements:

I Stuck
II Freak

III Hello Samba


When feel tired you will be stuck, or even freak...
but some hope can make you shake bumpy bumpy :) 


Thursday, 29 August 2013

"SEKILAS MUSIK KONTEMPORER DI INDONESIA" - by: Michael Gunadi Widjaja

"SEKILAS MUSIK KONTEMPORER 
DI INDONESIA"
by: Michael Gunadi Widjaja


Jika seseorang ditanya tentang jenis musik yang diketahuinya, hampir dapat dipastikan dia akan menyebut jenis-jenis musik seperti: Pop, Jazz, Klasik, Dang dut, dan Keroncong. Pendek kata, jenis musik yang memang akrab menjadi perbincangan masyarakat umum. Jarang orang menyebut jenis Musik Kontemporer. Dan memang begitulah keberadaan Musik Kontemporer: memiliki kesejatian namun seolah “mengambil jarak” dari hiruk pikuk kesemestaan musik, khususnya Musik Industri.

Musik Kontemporer sebetulnya adalah musik yang con tempo(rary). Keberadaannya berpaut erat dengan mengalirnya waktu atau tempo. Itulah mengapa Musik Kontemporer sering juga disebut Musik Garda Depan (avantgarde), karena musik tersebut senantiasa mengedepani sebuah era. Musik kontemporer lazim juga menyandang sebutan new musik atau Musik Baru (namun bukan genre musik new age). Dikarenakan sebagai konsekuensi keberadaannya yang senantiasa mengedepani sebuah era, Musik Kontemporer “dituntut” untuk menghadirkan sesuatu yang baru.

Beberapa orang sering menganggap bahwa Musik Kontemporer adalah produk dari modernisasi atau salah satu pengejawantahan era modern. Sebetulnya, nilai kekontemporeran dalam musik sudah dikenal sejak jaman Johann Sebastian Bach. Pada jamannya, musik Bach sudah dianggap sebagai Musik Kontemporer. Komposisi musik Bach yang bagai air mengalir tanpa jeda, ditambah gaya kontrapung (alur bass dan melodi saling kontra membentuk aliran harmoni, merupakan sebuah komposisi yang jauh melampaui kelaziman saat itu. Untuk Musik Kontemporer sebagai sebuah genre musik yang mandiri, keberadaannya mulai marak setelah berakhirnya Perang Dunia II. 


Friday, 9 August 2013

"Mengenal Hak Cipta Musik" - by Michael Gunadi Widjaja

"MENGENAL HAK CIPTA MUSIK"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja


Di Indonesia, ada sebuah organisasi yang menamakan dirinya KCI (Karya Cipta Indonesia). KCI adalah sebuah organisasi nirlaba. Berpusat di Golden Plaza Fatmawati Jakarta (www.kci.or.id). Organisasi ini bergerak dalam bidang hak cipta musik. Hak cipta musik merupakan salah satu hak intelektual. Dan agaknya tidak berlebihan, jika kita meluangkan waktu sejenak untuk sekedar berkenalan dengan hak cipta musik.

Hak cipta musik dapat dikatakan adalah hak khusus yang diberikan kepada pengarang lagu dan/atau musik dan penerusnya (ahli warisnya) untuk mengumumkan lagu dan/atau musik, dan memperbanyak lagu dan/atau musik karangannya. Adapun yang dimaksud mengumumkan lagu adalah sebuah hak khusus dalam hubungannya dengan tampilan musik. Baik untuk musik hidup maupun siaran televisi atau radio. Hal ini dalam hukum tentang hak cipta, dikenal sebagai Performing Rights. Sedangkan memperbanyak lagu dan/atau musik berkaitan dengan duplikasi atau penggandaan materi musiknya.


Hak cipta musik adalah sebuah hak intelektual. Hak intelektual yang berkaitan dengan properti. Dalam konteks ini, properti yang dimaksud adalah lagu dan/atau musik. Ada perbedaan mendasar pada paradigma hak intelektual dalam properti dengan hukum properti umum. Perbedaannya dapat diilustrasikan misalnya kita membeli CD yang berisi nyanyian. Kita memiliki hak atas CD nya, tetapi BUKAN ATAS NYANYIANNYA. Jadi kita berhak memutar atau menggunakan CD yang telah kita beli hanya dan untuk kepentingan pribadi yang sifatnya non-komersial.

Saturday, 8 June 2013

Fantastic Suite "Wetland" for Guitar and Piano

FANTASTIC SUITE "WETLAND"
for Guitar and Piano
Composed by: Jun-ichi Nihashi


A good repertoire for guitar and piano is rare to find. 
This could be an alternative for a great repertoire, for an advanced guitarist and pianist. 


About the Fantastic Suite "WETLAND" for Guitar and Piano
This unique ensemble of the piano and guitar aspires to discover new possibilities for its medium. The theme is about fantasy and dream, that reflects the nature of wetland from the dawn until the evening with the stars. 

Wednesday, 20 February 2013

Canon in D dari Johann Pachelbel dalam sekelumit catatan



Canon in D dari Johann Pachelbel dalam sekelumit catatan



Secara sederhana,dapatlah dikatakan bahwa Canon adalah sebuah teknik dqlqm komposisi.Secara esensial,Canon adalah salah satu manifestasi teknik kontrapunktal.Dalam Canon dikerjakan imitasi dari frase melodi yang dilakukan setelah periode yang sudah ditentukan komposernya.

Canon in D dari Johann Pachelbel adalah salah satu bentuk Canon yang paling populer sekaligus masterpiece dari Pachelbel.Canon in D menjadi menarik untuk dicermati,dikarenakan hal hal berikut :

Bahwa Canon in D adalah sebuah karya yang Jerman banget sekaligus Baroque banget.Artinya karakter dalam karya ini sudah terpatri dengan sangat tegas.

Hal kedua adalah bahwa Canon in D digubah Pachelbel sebagai sebuah hadiah pernikahan.Peristiwa paling sakral dalam carut marut hidup manusia.Canon ini dihadiahkan bagi pernikahan Johann Christph Bach yang adalah kakak dari Bach sekaligus murid resmi Pachelbel.



Hal ketiga adalah bahwa Canon ini dalam lanskap kompositorisnya sangat unik.Aslinya diperuntukkan bagi 3 biolin dengan satu pengalun basso continuo.Jadi Canon ini tidak seperti Canon tradisionil yang semata merupakan imitasi melodi.Dalam Canon in D imitasi melodi tersebut dikawinkan dengan basso continuo.Sehingga lahirlah sebuah struktur harmoni yang berdasar pada alur bass continuo nya.

Tingkatan harmoni yang terbentuk dari perkawinan imitasi melodi dan basso continuo adalah sebagai berikut :

1
D major
I
2
A major
V
3
B minor
vi
4
F minor
iii
5
G major
IV
6
D major
tonic
I
7
G major
subdominant
IV
8
A major
dominant
V






Pola Basso Continuonya sendiri,hanya terdiri dari frase sepanjang 2 bars yang berulang terus menerus.Secara formal,bentuk alur bas yang demikian lazim disebut juga sebagai PASSACAGLIA

.Dengan demikian,Canon Pachelbel adalah sebuah Canon dan sekaligus juga sebuah Passacaglia.Dan ada satu lagi aplikasi yakni bahwa Canon ini dapat dibunyikan bersama dengan format gubahan berupa GIGUE.

Berikut adalah pola Basso Continuo :



Imitasi melodinya dapat ditelaah alurnya sebagai berikut :