"FENOMENA POPEYE"
by: Michael Gunadi Widjaja
Hampir dapat
dipastikan banyak, bahkan teramat banyak orang telah mengenal POPEYE - tokoh
animasi yang memang telah mendunia. Berpuluh tahun lamanya tokoh Popeye
menghibur dan menyampaikan pesan moral. Penggemarnya beragam dari anak-anak, remaja,
dewasa hingga lansia. Di Indonesia, Popeye sudah hadir dalam bentuk film kartun
semenjak TVRI masih menjadi satu-satunya stasiun televisi. Saat itu Popeye
masih ditayangkan dalam rupa film hitam putih. Sampai hari ini Popeye tetap
digemari dan Popeye hadir juga dalam aneka rupa: stiker, pola bordir, gambar
cap pada gelas, kaos, tromol makan, kaos kaki, dan aneka pernak-pernik lainnya.
Bahkan di Texas, terdapat monumen
Popeye.
Tokoh Popeye
pertama kali muncul dalam bentuk komik pada sebuah harian di Amerika pada 17 Januari 1929 adalah pemunculan
perdana Popeye. Jauh sebelum Perang Dunia II berlangsung. Popeye merupakan
hasil kreasi dari Elzie Cisler Segar. Semenjak pemunculannya yang
pertama tokoh Popeye segera mengawali debutnya, orang tertarik dengan karakter
Popeye - sosok
pelaut dengan bentuk mulut yang khas, bentuk tangan dengan “muscle”
menonjol yang tidak proporsional yang dilengkapi tattoo jangkar, serta pipa cangklong yang
dikepulkan dan dapat mengeluarkan bunyi seperti peluit kapal. Ditambah pula
dengan gaya bicara Popeye yang aneh namun khas, yang hanya seperti orang bergumam.
Karakter Popeye memang didesain dengan konsep dan ide untuk sebuah ikon animasi
yang cepat menarik perhatian publik.
Kekuatan
karakter Popeye inilah yang nampaknya membuat tokoh Popeye berhasil melewati
rentang waktu yang panjang dalam debutnya. Telah beberapa dekade Popye
terpopulerkan. Sangat banyak sudah serial animasi tokoh Popeye. Yang unik
adalah, bahwa setiap film animasi Popeye selalu hanya melibatkan tiga tokoh
utama saja: Popeye, Olive yang adalah kekasih Popeye, dalam
beberapa sequel juga menjadi istri Popeye, dan Bluto, musuh bebuyutan
Popeye. SENANTIASA MEMILIKI PLOTLINE
ATAU ALUR PEMBABAKAN YANG SELALU SAMA. Penonton selalu saja disuguhi dengan
alur pembabakan demikian: POPEYE
BERAKTIFITAS - DIGANGGU BLUTO - POPEYE MAKAN BAYAM (Spinach) - MASALAH SELESAI.
Tidak seperti film animasi karya Walt
Disney, Hanna Barbara, dan animasi Jepang yang memiliki plotline beragam. Popeye selama beberapa
dekade, dalam ribuan filmnya, tetap saja memiliki plotline yang sama. Anehnya, dan
memang aneh, orang tidak pernah bosan dengan Popeye The Sailorman. Orang tak
pernah jenuh menonton serial Popeye The Sailorman. Dan meski hanya mengusung
satu jenis alur babakan kisah, Popeye tetap memiliki popularitas yang tinggi.
Menanggapi
keanehan yang membayangi kepopuleran Popeye The Sailorman, orang tentu memiliki
banyak opini dan sikap akan telaahnya masing-masing. Namun yang pasti, plotline tunggal yang bisa bertahan
kepopulerannya telah menjadi sebuah fenomena. Fenomena Popeye. Dan disadari atau tidak, banyak sisi
kehidupan kita yang alurnya mirip atau bahkan adalah sebuah Fenomena Popeye.
Dalam
kehidupan rumah tangga misalnya. Seorang istri beraktifitas. Bentuk aktifitasnya
adalah ber-facebook ria dan ber-chat ria. Aktifitas ini “diganggu” dengan
keinginan sang suami untuk lebih diperhatikan. Persis seperti Popeye yang asyik
masyuk dengan Olive yang kemudian diganggu Bluto yang ingin mengedepankan
keinginannya juga. Masalah suami istri semacam ini hanya bisa selesai jika
salah satunya “memakan bayam atau
spinach.” Dalam konflik rumah tangga bayam ini bisa berupa stimulan saling
pengertian. Pokoknya sesuatu yang natural, alami sebagaimana bayam. Konflik
demikian akan selalu berulang dalam kehidupan rumah tangga. Tentu saja jenis
aktifitasnya jelas berbeda dari waktu ke waktu, tetapi alurnya senantiasa sama,
dan terselesaikan pun dengan cara yang senantiasa sama “Fenomena Popeye.”
Fenomena
Popeye pun merambah kehidupan sexual. Aktifitas sexual sendiri disadari atau
tidak, mengikuti juga fenomena Popeye. Sebagaimana Kisah Popeye, aktifitas
sexual juga hanya memiliki single plotline,
alur tunggal: Rangsang - Penetrasi - Klimaks. Meski alurnya hanya itu dan itu
saja, orang tidak pernah bosan melakukan aktifitas suxual, persis dengan rasa
tak pernah bosan menikmati kisah animasi Popeye. Kehidupan sexual memang bisa
menjadi hambar dan jika ini terjadi, ada baiknya kita menengok kembali kisah
animasi Popeye. Meski hanya beralur tunggal, namun setting kisah Popeye
senantiasa bervariasi. Agaknya hal ini pas juga jika kehidupan sexual kita
mulai hambar. Mengambil saripati Fenomena Popeye, alur tunggal namun dengan
semarak nuansa situasi yang berbeda.
Jika kita
amati dan mau mengambil jarak untuk sekedar mempermenungkan, Fenomena Popeye
terdapat juga dalam kehidupan bermasyarakat. Simak saja di seputar kebijakan
pemerintah. Pemerintah beraktifitas, misalnya dalam bentuk dikeluarkannya
sebuah kebijakan publik. Kegiatan pemerintah “diganggu” oleh kepentingan
publik, terlepas dari baik-buruk maupun tepat tidaknya sikap publik. Konflik
ini akan selesai jika pemerintah berhasil “makan bayam (spinach).” Pengejawantahan
bayam dapat bermacam-macam. Intinya menyangkut hal yang alami, termasuk lobi
dengan wakil rakyat, yang adalah sebuah kegiatan alami karena merupakan
komunikasi antar personal. Sifat alaminya sama seperti bayam. Rangkai kejadian
ini akan selalu berulang dan alurnya senantiasa sama. Orang pun sebetulnya
paham bahwa selalu saja berhadapan dengan alur yang sama jika menyikapi
kebijakan pemerintah, namun sebagaimana Fenomena Popeye orang tak pernah bosan
untuk menyikapi kebijakan pemerintah, terlepas dari atas nama siapa sikap itu
dikedepankan.
Fenomena
Popeye setidaknya memberi beberapa pesan, bahwa sesuatu yang tunggal dan selalu
sama belum tentu membosankan. Juga sebuah konflik seringkali terselesaikan saat
kita memanfaatkan yang ada secara alami. Dalam fenomena Popeye adalah bayam. Dan
konflik dengan alur tunggal tidak pernah sirna. Selalu berulang terus dan terus
menerus, sebagaimana kisah animasi Popeye, dimana tokoh antagonis Bluto tidak
pernah mati. Masalahnya adalah bagaimana kita pandai-pandai mengatur nuansa
dalam kehidupan, agar hidup kita benar-benar memiliki warna. “IT’S
POPEYE THE SAILORMAN!”
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.