Tuesday 9 July 2013

"JAZZ LICKS" Artikel Staccato Juli 2013

“JAZZ LICKS”

Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel STACCATO, Juli 2013


DEFINISI JAZZ LICKS
Jazz kita kali ini akan menengok, dan syukur kalau mungkin, menatap tentang JAZZ LICKS. Jazz Licks bukan berarti dua kata yang disambung. Jadi sama sekali bukan lick yang diartikan sebagai “menjilat”. Jazz licks adalah sebuah istilah. Istilah Licks itu sendiri adalah terminologi yang terdapat dalam ranah Musik Popular atau Pop. Licks dimaknai sebagai:

A lick is "a stock pattern or phrase" consisting of a short series of notes
that is used in solos and melodic lines and accompaniment.
Licks in Rock ‘n Roll are often used through a formula,
and variations technique in which variants of simple,
stock ideas are blended and developed during the solo.
 - DR. Hugo Riemann -


Dari definisi yang dipopulerkan DR. Hugo Riemann dalam Jazz Harmonielehre tersebut, kita bisa mengacu pada beberapa hal. Agar pemahaman kita akan Jazz sebagai sebuah konsep musik dan konsep estetik menjadi semakin mantap. Sehingga kita bisa lebih leluasa mengaktualisasi diri, dengan berekspresi dalam ranah Jazz. Bukan sekedar “Jazz-Jazz-an“ semata.

Bahwa LICKS adalah sekumpulan pola. Bisa berupa sekumpulan frase musik,  dapat juga berupa kumpulan pola dan, atau frase yang “diambil” dari permainan solo improvisasi para pemain Jazz kenamaan. Sehingga kita mengenal Licks Gitar dari George Benson, Licks piano dari Oscar Peterson, Licks Brass dari Chuck Mangione, dsb.

Kumpulan pola dan, atau frase tsb berisi rangkaian nada yang pendek; pendek namun sangat kuat menimbulkan kesan, dan menjadi ciri musikal dari pemiliknya. Nada-nada pendek tersebut bisa berupa penggalan solo improvisasi, bisa berupa potongan dalam jalur melodi, dan tentu saja potongan irama dan juga harmoni.

Dalam musik Rock ‘n Roll, Licks ini seringkali hanya berupa pengembangan pola irama dasar. Yang kemudian dieksploitasi dalam teknik saat dimainkan. Bagaimana dengan Licks dalam Jazz? Karena Jazz dalam batas tertentu adalah genre Musik Popular, sebetulnya licks dalam Jazz mirip dengan licks dalam Rock ‘n Roll. Yakni berupa irama, harmoni atau melodi yang dikembangkan secara teknik instrumental, dan teknik komposisi. Hanya saja dalam Jazz, jangan pernah dilupakan, bahwa pengembangan tersebut berada dalam semesta IMPROVISASI yang spontan dan hanya menyisakan waktu se-persekian detik bagi pemusiknya untuk berpikir.


KONSEP LICKS JAZZ
Kini marilah kita tinjau Jazz Licks ini secara konsepnya. Tadi kita sudah meninjau secara terminologi, sekarang giliran si Licks ditinjau secara konsep. JAZZ LICKS SANGAT BERBEDA DENGAN JAZZ RIFF. Secara konsep, RIFF dapat berupa pola progresi akord yang berulang. Jazz Licks TIDAK PERNAH berupa pola progresi yang berulang. Persamaan antara RIFF dan LICKS adalah bahwa keduanya bisa dipakai sebagai dasar bagi keseluruhan komposisi. Dalam Musik Klasik, istilah RIFF itu dipadankan atau dipersamakan dengan OSTINATO PATTERN. Yakni pola berulang yang konservatif dan tetap. Dalam Jazz modern, Licks ini tidak lagi berupa melodi dengan tangga nada tonal. Jazz modern marak dengan licks yang berupa “modal”. Artinya, poros tangganadanya bukan cuma satu nada, melainkan setiap nada bisa menjadi poros tangganada yang baru. Untuk lebih jelasnya, bisa disimak sejenak penjelasan konsep berikut ini:

Dalam Jazz Tradisional, Licks dibangun dengan sebuah tangganada yang tonalitasnya jelas. Seperti contoh ini adalah tangganada C Mayor yang tentu tonalitas atau poros nadanya adalah C.

C  D  E  F  G  A  B  C’

Jazz Modern bermain dengan MODAL. Nada-nada dalam tangganada C Mayor misalnya, dibuat modusnya, sehingga dikenal beberapa modus, seperti:
Modus 1 (Ionian): C  D  E  F  G  A  B  C
Modus 2 (Dorian): D  E  F  G  A  B  C  D
Modus 3 (Phrygian), dst.

Tentu dengan adanya modus tersebut, poros nadanya akan berbeda. Tidak lagi C, melainkan menyesuaikan dengan modusnya. Hal ini membawa konsekuensi pula bagi cara menyusun akor nya.

Sebelumnya telah ditinjau Licks dari terminologi dan konsepnya. Sekarang kita akan masuk lebih dalam untuk menyimak Jazz Licks dalam ranah penerapan atau aplikasinya. Jazz Licks bisa di-hooked atau dirangkai. Dalam Jazz, tentu Jazz Licks tidak ditempel begitu saja. Melainkan dipakai sebagai landasan untuk dikembangkan. Dikembangkan ke mana? Kearah improvisasi yang pas. Pas apanya? Pas dalam ranah koridor harmoni dan tentu pas sebagai sebuah momen musikal. Mempelajari Jazz Licks, dalam batas tertentu adalah melatih satu jenis teknik komposisi. Yakni teknik IMITASI. Telinga diasah untuk peka terhadap pola tertentu untuk mengimitasi atau menirukan, dan selanjutnya adalah mengembangkannya.


MEMPELAJARI JAZZ LICKS
Ada satu sisi yang menarik dari penerapan Jazz Licks ini. Pertanyaannya adalah: “APA GUNANYA BELAJAR JAZZ LICKS dan kalau sudah belajar pun bisa apa?” Kita bertolak dari terminologi Jazz Licks pada awal tulisan. Jazz Licks adalah kumpulan pola. Belajar Jazz licks sangat berguna untuk menambah referensi musikal kita tentang alur nada-nada yang memang merupakan Musik Jazz. Kalau referensi kita mumpuni, maka secara tanpa sadar, seluruh system syaraf kita terkondisi untuk setiap saat mengalirkan nada-nada yang memang Jazz. Hasilnya akan sangat berbeda dari orang yang hanya sekedar main Jazz. Orang yang memiliki referensi licks dan pengetahuan bermain Jazz yang minim akan mempunyai permainan musik yang terbata-bata dan seperti kehilangan arah saat berimprovisasi.

Sewaktu saya masih belajar Jazz, ada satu buku yang ditulis oleh RICHIGLIANO tentang pelajaran improvisasi. Di situ dipaparkan dan ditulis akor ini melodinya begini, akor itu melodinya begitu  - dalam semua tangganada. Kemudian banyak teman saya yang mengambil jalan pintas belaka. Daripada susah-susah mengasah feeling untuk improvisasi, mendingan copy-paste dari bukunya saja. Tinggal disesuaikan akor lagu yang sedang dimainkan itu apa. Solo improvisasinya nyontek menjiplak mentah-mentah dari buku dan digabung-gabungkan.

Untuk keperluan belajar, jalan pintas semacam itu sah-sah saja dilakukan. Sejauh dalam rangka belajar. Namun celakanya, jalan pintas tersebut dikhawatirkan akan membekas dan malah membudaya. Seputar hal ini, pernah ada rekan saya dari Australia yang mengatakan: “Whats wrong with being copying and  playing the licks? What’s about a LITERARY JAZZ?” Keadaannya memang dilematis dan rumit. Ada yang berpendapat, apapun sumber improvisasinya, termasuk menjiplak, yang penting adalah “rasa” Jazz nya tetap terjaga. Ada lagi yang berpendapat bahwa improvisasi harus spontan dan original yang merupakan  hasil sebuah olah rasa. Dikotomi semacam ini akan terus mewarnai perkembangan Jazz dan justru semesta diskusi semacam inilah yang menjadikan Jazz tetap hidup.

Peranan Jazz Licks dalam ranah Jazz legendaris pun seringkali nampak kontroversial. Saya akan mengambil contoh tentang DUKE ELLINGTON. Karya Duke Ellington yang saya maksudkan adalah “NIGHT TRAIN”.  Musik Night Train ini sebetulnya adalah rangkaian licks. Pertama kali rangkaian Licks itu, dipakai Duke Ellington dalam karyanya “HAPPY GO LUCKY LOCAL“. Kemudian rangkaian licks nya dipakai pada Night Train. Dan anehnya, licks yang dipakai Duke Ellington dalam dua musiknya, sebetulnya adalah “daur ulang” dari licks karya Johnny Hodges. Saat Jazz dimainkan, Jazz Licks bisa membaur dengan Jazz Riff. Jika sudah demikian keadaannya, maka semakin kontroversial dan semakin membingungkan keadaannya.

“IN THE MOOD” dari Glenn Miller misalnya, adalah contoh Jazz Licks yang membaur dalam Jazz Riff. Dan ternyata,licks dan riff dalam In The Mood adalah daur ulang dari Tar Paper Storm. Dan dalam Musik Blues, tak terkecuali dari BB King, kejadiannya malah lebih aneh lagi. Licks dan Riff Blues SELALU SAMA. Terutama pada bagian CODA. Yang membuatnya menjadi menarik adalah bahwa DAUR ULANG nya selalu berbeda meski materialnya sama.

Saat saya belajar Jazz pada almarhum Jack Lesmana, saya sempat bertanya, bagaimana cara mendapatkan Jazz Licks kalau tidak boleh menjiplak buku? Om Jack hanya menjawab satu kata: MENDENGARKAN.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.