"MODUS" (Bagian I)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, Maret 2015
TANGGANADA (SCALE)
Hampir dapat dipastikan, terutama di tanah air kita, bahwa setiap orang
yang belajar musik pasti pernah berkenalan dengan apa yang dikenal sebagai TANGGANADA.
Dalam istilah yang lebih umum, tangganada sering dan malah sebaiknya
disebut sebagai SCALE atau TONE LADDER. Scale sering diberi
batasan sebagai urutan nada-nada dengan pola jarak tertentu dan diakhiri
dengan oktaf nada yang pertama. Umumnya orang mengenali scale malah
sebagai Do re Mi Fa So La Si Do.
Keberadaan scale ini dalam ranah
pendidikan musik, sebetulnya banyak menimbulkan polemik. Di satu sisi beberapa
praktisi musik menganggap bahwa scale sangat signifikan bagi keluwesan jari dan
sangat berguna bagi orang yang belajar musik untuk mengenal sisi geografis
instrumennya. Di lain sisi, ada para pakar yang berpendapat bahwa scale hanyalah
buang waktu dan bahwa pemahaman geografi instrumen musik tidak cukup hanya
dengan scale saja. Terlepas dari polemik tersebut, kenyataannya scale masih
tetap hadir dan dimainkan begitu banyak orang sampai hari ini. Bahkan
lembaga-lembaga ujian musik internasional pun memasukkan scale sebagai mata
ujian wajib.
JENIS TANGGANADA
Orang lazimnya mengenal dua jenis scale: MAYOR dan MINOR. Jika kita sedang
belajar dan memainkan Musik Klasik dan/atau Musik Pop, tangganada atau scale
mayor dan minor saja, sudah cukup membekali kita untuk bisa fasih memainkan
begitu banyak lagu dan/atau musik. Namun jika kita mulai berurusan dengan Musik
Klasik abad ke-20 dan/atau JAZZ, pemahaman scale mayor dan minor saja sangat
tidak cukup. Kita dituntut untuk memiliki pemahaman dan bahkan penguasaan yang
mumpuni dalam soal scale ini dengan sebuah konsep yang dikenal sebagai MODUS.
DEFINISI MODUS
Modus adalah istilah dalam bahasa Latin. Sebuah bahasa baku yang tidak
mengenal perkembangan. Dalam bahasa Inggris, modus dipadankan dengan modes. Dari
segi etimologis nya, modus berarti: ukuran, standar, metode, dan pola. Dalam
kehidupan sehari-hari, dalam berita televisi misalnya, kita sering mendengar
kalimat: “Modus operandi para perampok tersebut adalah…“ Kalimat
tersebut harus dimaknai, bahwa dalam menjalankan perampokan, para perampok
memiliki POLA (MODUS) caranya beroperasi. Jadi, hal pertama, utama dan
terpenting jika ingin memahami modus dalam tangganada adalah:
CAMKAN DAN UKIR SERTA TANAMKAN DALAM MEMORI
KITA,
BAHWA
MEMAHAMI MODUS ADALAH MEMAHAMI POLA.
ASAL MULA MODUS
Pada abad ke-19 dapatlah dikatakan sebagai masa kejayaan atau zaman
kejayaan dari konsep modus. Pada akhir abad ke-19, modus tidak hanya dipakai
dalam konsep Musik Barat. Melainkan konsepnya dipergunakan juga pada komposisi
Musik Non-Barat. Guido dari Arezo, mempergunakan modus sebagai konsep
ukuran untuk menerangkan interval. Franco dari Cologne, mempertautkan
istilah modus dengan konsep ritme. Istilah modus dipakai untuk menerangkan
relasi durasi nada antara yang longa (panjang/berbunyi lama) dan brevis. Dengan
perkembangan zaman, konsep tentang modus oleh para musikolog disajikan
berdasarkan skema pemikiran dari:
- Gregorian Chant (diambil dari nama Paus Gregorius)/Gerejani
- Polyphony zaman Renaissance
- Teori Musik Tonal
Namun apapun konsepnya, dalam esensinya, modus adalah sistem tangganada
atau scale. Mungkin agak menarik jika kita merunut sejenak bagaimana asal muasal
modus ini.
PERKEMBANGAN MODUS
Pythagoras, sarjana
Yunani Kuno yang sangat tersohor, menyusun bunyi musikal berdasarkan skala
perbandingan frekuensi menjadi deretan nada: A B C
D E F G.
Tujuh nada inilah yang dijadikan wilayah nada dalam sistem Musik Yunani Kuno.
Tujuh nada tersebut di zaman kita sekarang ini adalah deretan tuts putih pada
papan nada piano. Bertolak dari tujuh nada tersebut, secara berangsur-angsur
bangsa Yunani mengembangkan apa yang dikenal sebagai tujuh Modus.
Tiap-tiap modus mengandung nada-nada yang sama, namun Tonic (T) atau
porosnya berbeda-beda. Dengan
demikian, karena poros atau tonika nya berbeda-beda, tiap modus memiliki rasa
dan nuansa yang berbeda-beda pula.
Tahap perkembangan Modus bangsa Yunani terjadi dalam beberapa tahapan:
- Fase I : Tujuh mode dalam 4 kunci nada – oleh Santo Ambrosius (Milan, Italia)
- Fase II : Tujuh mode dalam 8 kunci nada – oleh Paus Gregorius Agung
- Fase III : Tujuh mode dalam 12 kunci nada – oleh Henricus Glareanus, Rahib (Swiss)
Celakanya, Rahib Glareanus
mencampur-baurkan nama tradisi untuk setiap modus dengan notasi Musik Yunani Kuno,
sehingga sebetulnya hanya nama dan sistemnya saja yang terus hidup dan memberi
sumbangan sangat penting bagi perkembangan Musik Barat.
Perkembangan selanjutnya adalah ditemukannya sistem tala yang dikenal
sebagai WELL-TEMPERED dan dipelopori
oleh Johann Sebastian Bach. Juga penambahan tuts hitam pada papan nada
serta mulai munculnya kebutuhan akan susunan harmoni musikal, menjadikan
keberadaan modus Musik Yunani tercerai-berai dan porak-poranda.
Modus
|
Nama
|
I
|
Ionian
|
II
|
Dorian
|
III
|
Phrygian
|
IV
|
Lydian
|
V
|
Mixolydian
|
VI
|
Aeolian
|
VII
|
Lorian
|
Note:
Modus I (Ionian) dikenal sebagai tangganada mayor
Modus VI (Aeolian) dikenal sebagai tangganada minor.
Para komposer seperti Zoltan
Kodaly, Gustav Mahler, Manuel de Falla mempergunakan sistem tangganada atau
scale semacam itu sebagai latar belakang dari tangganada diatonis seperti yang
lazim kita kenal. Jadi pokok lagunya memakai tangganada do re mi…(7
nada/diatonis) seperti yang lazim kita kenal. Namun latar belakangnya
mempergunakan Modus. Claude Debussy dan Bela Bartok memakai modus sebagai pengganti tonalitas
atau poros nada yang diatonis.
Modus
|
Nama
|
Musik
|
Composer
|
I
|
Ionian
|
Mandolin
Concerto in C
|
Antonio
Vivaldi
|
II
|
Dorian
|
Smoke on
The Water
|
Deep
Purple
|
III
|
Phrygian
|
Hungarian
Rhapsody
|
Franz
Liszt
|
IV
|
Lydian
|
Theme
Song The Simpson
|
|
V
|
Mixolydian
|
Norwegian
Wood
|
The
Beatles
|
VI
|
Aeolian
|
All
Along The Watch Tower
|
Bob
Dylan
|
VII
|
Lorian
|
Prelude
in b minor op 32 No 10
|
Sergei
Rachmaninoff
|
Silahkan Anda simak dengan seksama materi musik tersebut, misalnya
melalui kanal video youtube. Apa yang
Anda rasakan? Tentu bisa bermacam-macam rasa yang Anda rasakan dan mungkin saja
anda mengalami pengalaman auditif yang berbeda. Namun satu hal yang pasti, dari
tujuh contoh tersebut (kecuali untuk Modus I dan VI), NADA YANG MENJADI
POROS TANGGANADANYA BISA BERMACAM MACAM DAN TIDAK SELALU JATUH PADA NADA ke-1
dan ke-6 sebagaimana lazimnya dalam tonalitas mayor dan minor yang kita kenal.
Dalam edisi mendatang, akan diketengahkan bagaimana semua keruwetan dan kompleksitas
ini dipakai dalam Musik Jazz.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.