Showing posts with label Piano. Show all posts
Showing posts with label Piano. Show all posts

Monday, 1 September 2025

GURU MUSIK - by: Michael Gunadi | Staccato, September 2025

“GURU MUSIK”
By: Michael Gunadi
Staccato, September 2025


Karena media ini adalah media dalam ranah musik, maka tentu yang dimaksud GURU dalam tulisan ini adalah GURU MUSIK. Anda tidak perlu khawatir dan tak perlu juga merasa jengah, karena tulisan ini sama sekali tidak membicarakan tentang hal-hal basi yang membosankan dan memuakkan seperti misalnya: apa fungsi dan peran guru musik atau apa jasa-jasa guru musik. Tidak, bukan hal-hal semacam itu. Tulisan ini dihadirkan di hadapan Anda untuk berbicara tentang hal-hal yang mungkin terluput dari perhatian Anda dan bisa jadi malahan tak pernah Anda pikirkan dan bayangkan sebelumnya. Ok? Baik, ayo kita mulai.
 
Hal pertama yang bisa jadi tak pernah diusik oleh rasa ingin tahu anda adalah pertanyaan seperti ini. Guru Musik itu orang yang mengajar musik atau orang yang memberi pendidikan musik? Jawaban dari pertanyaan seperti itu sangat berdampak luas bagi pemahaman orang akan guru musik. Dalam batas tertentu, guru musik bisa sangat bersahaja untuk dipahami definisinya. Namun juga sangat bisa menjadi ruwet, ribet, dan sangat kompleks untuk dimaknai. Apalgi jika dipertautkan dengan dinamika kehidupan sosial seperti di era sekarang ini.
 
Sebetulnya, ada 3 tingkatan guru musik. Yang pertama adalah yang disebut sebagai Music Instructor atau Instruktur musik. Pada tingkat atau level ini, guru musik hanya menjalankan fungsi menjadikan seseorang bisa bermaian atau memainkan alat musik sampai taraf layak menurut standar umum yang berlaku. Seorang Instruktur musik, hanya mengajar berdasarkan hal empirik yang dia trima dari instrukturnya saat dia belajar. Dia tidak peduli bagaimana keunikan siswanya. Dia juga masa bodoh dengan kesulitan siswa dalam berlatih. Tugasnya adalah menularkan ilmu dan ketrampilan seperti yang dia peroleh. 

Thursday, 31 July 2025

Chopin Melanglang Buana - by: Michael Gunadi | Staccato, August 2025

CHOPIN MELANGLANG BUANA
By: Michael Gunadi
Staccato, August 2025


Ketika anda mendengar nama Chopin, salah satu hal yang terlintas di benak anda adalah POLANDIA. Tanah yang sangat dicintai dan dibanggakan Chopin. Lalu Anda akan bertanya, ngapain Chopin ke Inggris yang pada jaman itu tergolong jauh? Kisah kujungan Chopin ke Inggris merasa perlu diketengahkan karena sangat mirip dengan fenomena yang terjadi pada para guru musik terutama piano di tanah air. Mencermati kisah Chopin mungkin anda bisa menarik sedikit benang dari semburat realita salah seorang legenda Musik Klasik. Bahan dari kumpulan lecturer saya dan saya usahakan dengan bahasa yang formil, namun mudah dicerna.

 

Pada tanggal 16 Februari 1848, Chopin menggelar konser di Paris, tepatnya di Salle Pleyel bersama temannya,seorang pemain cello, Franchomme, dan pemain biola, Alard. Konser tersebut sukses besar dan ada rencana untuk konser berikutnya pada bulan Maret. Kemudian pada tanggal 23 Februari, revolusi meletus di jalan-jalan Paris. Monarki Juli yang dipimpin Raja Louis Philippe digulingkan, dan keluarga Kerajaan Perancis melarikan diri ke Inggris. Dunia Chopin hancur. Sebagian besar murid bangsawannya meninggalkan kota, acara musik terhenti, dan ia mendapati dirinya tanpa mata pencaharian. Tidak ada lagi yang bisa diselamatkan, dan dengan kesehatan yang terus menurun karena tuberkulosis stadium lanjut, situasi Chopin menjadi sangat menyedihkan.

Sunday, 1 December 2024

PARA AMATIR HEBAT - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2024

PARA AMATIR HEBAT
By: Michael Gunadi
Staccato, December 2024

 

Jika anda mendengar musik karya Chopin, pasti hati nurani anda akan berkata bahwa ini adalah sebuah karya musik yang dikerjakan oleh seorang Professional. Professional dalam artian pekerjaan utamanya adalah sebagai pemusik. Dan memang. Chopin adalah seorang pemusik yang professional. Chopin sangat professional dan pakar dalam performansi piano. Chopin juga sangat pakar dan berkemampuan sangat professional dalam menggubah karya musik untuk piano. Semua karya musik Chopin menunjukkan hal tersebut. Bahkan Valse in A minor Op. posthumous yang sering diledek sebagai musik anak-anak grade 1, sebetulnya adalah sebuah komposisi karya musik piano yang sama sekali tidak sederhana.


Selain Chopin, Beethoven juga adalah pemusik dan komposer professional. Profesi utamanya adalah pemusik. Meski hidupnya miskin melarat, kemampuan dalam bermain piano dan menggubah musik sangatlah professional. Banyak kali Beethoven ditolak perempuan saat meminang, hanya karena Beethoven sangat miskin dan berpenghasilan tidak tetap. Beethoven pun sering berselisih paham dengan pihak penerbit karya-karyanya. Dalam rentang hidupnya, Beethoven hanya beberapa kali saja menggelar konser dengan menerima honorarium. Selebihnya, ya biasa. Dikemplang, wassalam dan panitianya alasan ini itu anu. Meski demikian, Beethoven tertera dalam sejarah sebagai The Professional Music Grand Master.

Saturday, 1 July 2023

DUNIA BILAH PIANO CHOPIN - by: Michael Gunadi | Staccato, July 2023

“DUNIA BILAH PIANO CHOPIN”
By: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, July 2023


Dunia Bilah Piano. Sebuah dunia, satu ranah yang merupakan kulminasi kreatifitas seni bunyi melalui bilah alat musik piano. Mengapa piano? Ya karena piano adalah rajanya semua alat musik. Kemampuannya mengagumkan. Sedemikian mengagumkannya kemampuan piano, hingga layak mendapat tempat sebagai satu dunia tersendiri.

 

Bicara tentang dunia piano, orang akan segera terhubung dan terasosiasi dengan Frédéric Chopin. Dan memang, dunia Chopin adalah dunia bilah piano. Dunia auditif. Bagi kita manusia yang hidup pada zaman yang katanya modern ini, dunia pendengaran nyaris terlupakan. Orang zaman sekarang terlalu terbuai dengan budaya kasat mata atau visual, khususnya melalui sosial media seperti Instagram. Dunia pendengaran sejatinya adalah dunia tanpa batas. Seperti halnya kekhusyukan kita saat dalam doa. Pejamkan mata dan sejatinya melepas semua keterbatasan dunia kasat mata.

Saturday, 27 May 2023

SAAT - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2023

“SAAT”
By: Michael Gunadi
Staccato, June 2023


Seorang guru gitar sedang gundah gulana, bingung lintang pukang. Dia bingung memainkan karya BACH PRELUDE dari Lute Suite BWV 998. Yang membuatnya bingung adalah bahwa di score nya sama sekali tak ada petunjuk seberapa cepat Prelude tersebut dimainkan. Karena dia produk jaman sekarang, mulailah ia mencari jawaban kegundahannya pada GOOGLE. Eeeee gak ketemu. Dia kemudian mencari contoh para Maestro. Dibukalah YOUTUBE. Di YouTube dia lihat permainan John Christopher William, Julian Bream, Andres Segovia, Juara-juara Kompetisi Gitar Dunia, semua memainkan Prelude Bach BWV 998 dengan sangat lambat.



Thursday, 1 December 2022

Erik Satie's Gymnopedie: "Karya Normal dari Si Upnormal" - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2022

“KARYA NORMAL DARI SI UPNORMAL”
SATIE’S GYMNOPEDIE
By: Michael Gunadi
Staccato, December 2022


Mungkin, bisa jadi, Gymnopedie karya Erik Satie merupakan salah satu karya musik yang terpopuler. Begitu banyak pemusik memainkan karya ini. Begitu banyak instrumen musik, baik petik maupun perkusif yang terlibat berceloteh dan melagukan karya ini. 

 

Gymnopedie sebetulnya adalah tiga komposisi untuk piano yang dibuat Erik Satie pada 1888. Kata Gymnopedie berasal dari bahasa Yunani kuno yang merujuk pada satu festival dimana para lelaki lajang yang muda dan segar menari dengan telanjang bulat. Satie membuat karya ini setelah membaca sebuah novel karya Gustave Flaubert. Meski diilhami dari sebuah novel, hal ini menunjukkan adanya ketertarikan yang “upnormal” dari seorang Erik Satie.

Friday, 31 December 2021

Wanted: New Normal Music | by: Michael Gunadi | Staccato, January 2022

WANTED: NEW NORMAL MUSIC
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2022


Pada tanggal 18 Agustus 2021, liputan6.com merilis sebuah berita yang sangat mengejutkan, yakni bahwa Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan: virus Corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu cepat. Mungkin butuh waktu 5-10 tahun lagi kita tetap hidup dengan virus Corona."Pandemi ini tidak akan hilang dengan cepat. Mungkin akan menjadi epidemi. Dan, kita harus hidup dengan mereka 5 tahun atau 10 tahun lagi," kata Budi dalam konferensi pers di YouTube Kemenkeu.

 

Sudah tentu, pernyataan Menkes tersebut merupakan sebuah Warning sekaligus juga arahan pada semua elemen masyarakat. Bahwa kita tidak bisa lagi hidup “bebas” seperti sebelum ada Pandemi Covid-19. dan setidaknya “belenggu” ini akan memasung kita untuk kurun waktu 5 sampai 10 Tahun. Warning Menkes tersebut tentu tidak pas jika kita tanggapi dengan kekhawatiran dan/atau ketakutan yang berlebihan. Akan lebih arif dan bijaksana jika Warning Menkes tersebut, kita respon dengan kewaspadaan sekaligus mencari terobosan dan rumusan. Akan bagaimanakah kehidupan kita di segala bidang, setidaknya untuk 5 sampai 10 tahun mendatang?

Wednesday, 1 September 2021

BWV 846 - by: Michael Gunadi | Staccato, September 2021

BWV 846
By: Michael Gunadi
Staccato, September 2021


Prelude ini teramat sangat terkenal. Semua pianis top pasti memainkannya. Prelude ini juga dimainkan pada berbagai instrumen. Termasuk juga untuk gitar klasik. Ada beberapa versi cetakan partitura nya. Namun tentu yang edisi urtext facsimile lebih pas untuk dijadikan landasan analisa. 

 

Dalam edisi facsimile, dicetak reproduksi tulisan tangan asli dari komposernya. Sebetulnya sangat menarik jika kita menjadi detektif, untuk menyelidiki sedikit lebih dalam tentang prelude yang amat terkenal ini. Kita bisa berpangkal tolak dari perspektif sejarah tahun 1720, tahun Prelude ini dikarang oleh JS.Bach. 

 

Untuk keperluan telaah sejarah, kita tak perlu pusing-pusing untuk berandai-andai. Bagaimana sih dulu di zamannya Bach memainkan Prelude ini? Sama sekali tidak perlu. Lanskap dan arsitektur komposisi Prelude ini dapat dikatakan sangat sempurna. Jadi Anda bisa memainkannya dalam instrumen apapun. Anda juga bisa mentranspose dalam tonalitas kunci nada apapun. Bahkan Anda bisa bereksperimen untuk memainkan Prelude ini dari belakang. Semua hasilnya tetap bagus, bermutu dan mempesona.

Friday, 30 April 2021

Salah Main - by: Michael Gunadi | Staccato, May 2021

“SALAH MAIN”
By: Michael Gunadi
Staccato, May 2021


SALAH MAIN sebetulnya istilah yang penulis familiarkan sebagai padanan istilah PERFORMANCE MISTAKE. Tentu artikel ini TIDAK mengulas salah main dari sisi pendidikan musik, namun lebih kepada paparan yang umum saja serta ringan seringan kepulan asap kopi di sore hari yang tidak jelas. Salah main ini sebetulnya, disadari atau tidak, sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi apresiasi musik. Khususnydi bumi persada tercinta ini. B

 

anyak orang yang sok paham musik, mengamati kemudian dengan seenaknya saja nyerocos komentar: Ahhhh jelek. Salah-salah mainnya. Ada yang lebih tega lagi, nonton pertunjukan musik sambil ngitungin berapa kali kesalahan yang dibuat oleh penampilnya. Sebetulnya, sikap dan tindakan ini sah dan baik baik saja. Anda perform di hadapan khalayak, ya Anda harus siap ditelanjangi dan dibugilin dengan segala macam caci maki umpatan serapah. termasuk yang paling mengada-ada dan dibuat-buat.

Wednesday, 31 March 2021

Armando's Rhumba in Heaven - by: Michael Gunadi | Staccato, April 2021

“ARMANDO'S RHUMBA IN HEAVEN”
by: Michael Gunadi
Staccato, April 2021


KEPERGIAN TOKOH JAZZ DUNIA

Tanggal 9 Pebruari 2021 dunia musik berduka. Blantika musik berbelasungkawa. Ranah musik Jazz menangis. Deretan tokoh tokoh dunia menjadi tercekat dan pilu. Armando Anthony Corea atau dikenal sebagai Chick Corea, meninggal akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Bagi orang yang skeptis, mungkin akan berkata begini: “Yaaaaa sudahlah. Dah mati. Kita doain aja deh. Ok. Itu bagus. 

Bagi orang yang agak konsen dengan prospek musik mungkin akan mengatakan: Ya, mari kita lanjutkan karya dan perjuangannya. Apalagi COVID-19 belum kelar. Musik nggak boleh mati”. Hmmm sangat bagus juga. Bagi orang yang sangat kritis, plus sedikit usik, mungkin pertanyaannya akan menjadi seperti: “Emangnya siapa tuh Chick Corea? Hebat banget ya? Jasa apa dia sama musik?” Tidak salah. Baik dan sah saja.

Sunday, 28 February 2021

Perempuan Perkasa di Balik Beethoven - by: Michael Gunadi | Staccato, March 2021

PEREMPUAN PERKASA 
DI BALIK BEETHOVEN
by: Michael Gunadi
Staccato, March 2021


Nama Nannette Streicher seakan terpinggirkan oleh kancah sejarah dunia. Namun, ia sebetulnya adalah salah satu pembuat dan pemilik pabrik keyboard terbaik di masanya.

Kisahnya diawali dengan sebuah dokumen dari sketsa original Piano Sonata karya Beethoven. Sketsa tersebut dimiliki oleh Museum dan Pustaka The Morgan. Pada bagian tepi, seorang penerbit dari Inggris, Vincent Novello menuliskan bahwa dokumen tersebut sampai kepadanya dari seorang sahabat dekat Beethoven yakni Nyonya Streicher.

Pada Desember 2020 kita semua, pencinta Musik Klasik memperingati 250 tahun kelahiran Beethoven. Namun sosok perempuan hebat seperti Nannette Streicher tetap tak dianggap dan terpinggirkan dalam ljalur lini masa napak tilas sejarah hidup Beethoven. Padahal dapat dikatakan, Nannette Streicher adalah seorang perempuan tangguh. Pengrajin keyboard/piano kelas wahid di zamannya. 

Wednesday, 30 September 2020

PENGIRING - by: Michael Gunadi | Staccato, October 2020

“PENGIRING”
By: Michael Gunadi
Staccato, October 2020


PROFESI ACCOMPANIST

Pengiring atau Accompanist, lazimnya memainkan piano, organ atau gitar. Adalah sebuah profesi dalam ranah musik. Para pengiring adalah pemusik professional yang pekerjaan nafkah hidupnya adalah mendukung, berkolaborasi, dan bahkan kadang harus turun tangan untuk melatih. Biasanya ini terjadi pada sesi vokal dan paduan suara atau Choir. 

 

Seni yang dilayani para pengiring, terkadang juga melibatkan seni tari, seni teater juga cabang seni lainnya yang membutuhkan iringan musik. Dikarenakan bidang pekerjaan musiknya itulah, para pengiring kemudian mendapat predikat atau sebutan. Waaah.. dia itu pengiring choir. Kalau yang itu tuh, dia pengiring solo vocal. Oh… yang dekil itu dia pengiring musik teater. Dalam sesi rehearsal, tidak jarang pengiring ini harus membimbing, bahkan mengajari artisnya. Karena biasanya, si pengiring memiliki pengalaman dan jam terbang serta musikalitas yang lebih luas dan intens dibanding artisnya. 

 

KUALITAS YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PENGIRING

Sebetulnya, menjadi pengiring, dalam batas tertentu, adalah terbukanya kesempatan jenjang karir yang sangat luas. Dari mulai Choir lokal, penyanyi yang baru coba jadi artis sambil gemeteran, sampai Ballet, Dance Theater dan vocal recital yang berkelas serta representatif. Pekerjaan sebagai pengiring, memiliki tuntutan yang sangat tinggi dan juga kepribadian yang sangat luwes dan supel. 

Thursday, 25 June 2020

Merajut Makna untuk Debussy's Clair de Lune - by: Michael Gunadi | Staccato, July 2020

MERAJUT MAKNA UNTUK CLAIR DE LUNE KARYA DEBUSSY
by: Michael Gunadi
Staccato, July 2020


Debussy, tentu dikenal dan terkenal sebagai Komposer Perancis papan atas. Pencinta musik piano, tidak asing dengan Clair de Lune. Karya ini sudah sering, bahkan dapat dikatakan terlalu sering dimainkan, sehingga dengan sendirinya memperoleh popularitas yang luar biasa. Clair de Lune sebetulnya adalah sebuah karya komposisi rumit dan canggih. 
Karya ini mendapat pengaruh dari Puisi, Musik Baroque di era 1600 – 1750, dan ini yang sering mengundang kontroversi tafsir, yakni Impressionisme. Debussy sendiri dengan tegas dan serius, acapkali menolak predikat Impressionisme untuk genre karyanya. Meski demikian, kelatah publik tetap saja mengasosiasikan musik yang dikonotasikan dengan penggambaran visual sebagai Impressionisme.
Debussy dan Chouchou
Terjemahan judul karya ini adalah SINAR BULAN. Judul ini ditambahkan segera sebelum dipublikasikan pada 1905 sebagai gerakan ke-3 dari 4 buah gerakan karya yang diberi judul SUITE BERGAMASQUE. Tahun nya sama dengan kelahiran putri Debussy, Emma Claude, yang punya nama panggilan Chouchou.

Thursday, 28 May 2020

PATRON - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2020

PATRON
by: Michael Gunadi
(Staccato, June 2020)


ZAMAN KEEMASAN MUSIK KLASIK
Pernah ada suatu masa, dimana Musik Klasik memperoleh kegemilangan dan kecemerlanganMusik Klasik menjadi sajian yang khusus. Dianggap memiliki kadar seni yang adi dan luhung. Pencapaiannya pun membutuhkan ketekunan, latihan, dan totalitas selama berpuluh-puluh tahun. Tak terkecuali munculnya banyak anak super bakat alias prodigy. Yang memporak-porandakan upaya pencapaian virtuositas Musik Klasik secara bertele-tele dan melelahkan. 

The Prodigy, effort, dan kompleksitas materi, itulah yang menjadikan pagelaran Musik Klasik bertiket mahal. Di gelar di ruang yang hampir selalu dilengkapi dengan dekoratif yang juga membuat orang takjub. Yang hadir pun, sebagian terbesarnya adalah mereka yang memiliki cita rasa, posisi sosial, dan tentu saja pundi-pundi, serta dompet yang tebal. 

Saturday, 1 February 2020

MASTERCLASS - by: Michael Gunadi | Staccato, February 2020

“MASTERCLASS”
by: Michael Gunadi
(Staccato, February 2020)

Oliver Kern in one of his Masterclass

FENOMENA MASTERCLASS
Di tanah air kita tercinta, istilah MASTERCLASS, khususnya untuk musik, sudah menjadi istilah yang sangat lazim. Dekade belakangan ini, banyak dan bahkan marak diadakan masterclass musik. Yang terbanyak, tentu saja piano. Wajar, karena piano adalah The King of All Instrument, punya gengsi tinggi karena pirantinya mahal, jadi penggemarnya dan siswanya tentu saja banyak. Ada pula, dan cukup sering, yakni masterclass untuk biolin, gitar klasik dan menyusul alat musik lainnya. 

MERAUP UNTUNG DARI MASTERCLASS
Kemarakan dan meriahnya masterclass tentu adalah sebuah peristiwa yang baik adanya bagi perkembangan musik itu sendiri. Seperti lazimnya hiruk pikuk kehidupan, jika ada sebuah peristiwa yang laris manis, disitu akan mulai beraksi para petualang pencari keuntungan uang. 

Monday, 5 November 2018

TO BE A MUSICIAN - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2018)

“TO BE A MUSICIAN” 
By: Michael Gunadi 
(Staccato, November 2018)


BERKACA DI AKHIR TAHUN
Di penghujung tahun 2018 ini, perkenankan saya menyampaikan sekelumit permenungan. Permenungan tentang keberadaan kita, dalam kaitannya dengan musik sepanjang tahun 2018. Tentu, maksudnya adalah sebagai bahan refleksi. Agar kita dapat senantiasa menggandeng asa yang takkan pupus, jika kita masih bisa merenung dan mempermenungkan diri sebagai bekal menapaki yang di kemudian.


Renungan dan permenungan ini akan dimulai dengan sebuah adagium. Adagium yang mengatakan bahwa setiap orang, siapapun dia, berhak dan pantas untuk memiliki cita-cita. Ada ungkapan begini: Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Tak ada salahnya bercita-cita. Cita-cita memupuk harapan yang adalah separuh kenyataan. Dan masih banyak ungkapan lainnya. Tentu, ungkapan tersebut elok, indah, enak dibaca, dan bagi sebagian orang dapat menjadi motivasi. Persoalannya menjadi begini: Orang memang berhak memiliki cita-cita. Dan orang berhak pula bercita-cita se-ekstrem dan se-mustahil apapun. Benarkah? 

Wednesday, 1 August 2018

VARIASI - by: Michael Gunadi (Staccato, August 2018)

“VARIASI”
by: Michael Gunadi
Staccato, August 2018


RUTINITAS YANG MONOTON
Musik adalah CERMIN KEHIDUPAN. Bahkan musik adalah rona dari kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kehidupan, musik tak pernah statis. Karena dinamika itu adalah esensi dari kehidupan. Hidup memang bisa saja monoton, menjenuhkan dan membosankan. Begitu juga dengan musik. Musik bisa saja tersaji secara begitu begitu saja. Materinya itu-itu saja. Teknik komposinya selalu cara yang itu-itu doang. 

Lagi-lagi, sebagaimana kehidupan, musik bisa mengandaikan variasi. Orang berangkat ke kantor tiap pagi berkendara mobil pribadi. Adakalanya ia merasa jenuh dan bosan. Ia berganti wahana menjadi motor, taxi, ojek, atau bisa juga Transjakarta. Tapi tujuannya tetap sama yakni PERGI KE KANTOR. Material utamanya juga sama yakni BERPINDAH DARI SATU TITIK KE TITIK LAIN DENGAN BERKENDARA. Begitu juga musik. Dan hakekat variasi yang muncul baik secara konseptual maupun secara spontan instingtif, selalu mengabdi pada tema sentralnya.


Monday, 30 April 2018

SCHUMANN'S TRÄUMEREI: "AROMA MIMPI" - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2018)


SCHUMANN’S TRÄUMEREI:
“AROMA MIMPI”
by: Michael Gunadi
Staccato, May 2018


Alkisah ada seorang anak yang berbakat dan cinta musik. Sejak awal ia bercita cita jadi pemusik, namun seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, keluarga terutama ayahnya, mendesak dia supaya menjadi ahli hukum. Si anak pun menuruti ayahnya untuk sekolah hukum. Seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, cinta musik nya lebih besar daripada kuliah hukum.

Ia pun berhenti dan malah mengambil kursus musik memperdalam apa yang telah didapatinya. Singkat cerita anak itu akhirnya jadi pemain piano. Entah bagaimana hal ikhwalnya. Dia pacaran dan menikahi anak guru musiknya. Cerita belum habis, si pemain piano ini, setelah menikah mendadak stress, kena sifilis, agak eksentrik, cengeng, dan berusaha bunuh diri sampe tangannya cacat. Karena sudah tidak bisa lagi bermain piano, jadilah ia seorang KOMPOSER!

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN
Si anak tersebut adalah ROBERT SCHUMANN. Seorang komposer akbar Musik Klasik yang karyanya seolah “wajib” dimainkan oleh siapa saja yang belajar piano. Dan istrinya, anak dari si guru musik, adalah CLARA SCHUMANN. Perempuan bersahaja dan sederhana, namun sebetulnya adalah pianis hebat dan dalam hal komposisi, malahan lebih hebat dari suaminya.

Robert dan Clara Schumann. Pasangan pemusik yang melegenda. Bukan saja karena karyanya, melainkan karena hubungan asmara mereka yang aneh, unik, dan seolah terselubungi kabut sutera misteri. Clara tipe perempuan soleha yang menerima dengan tulus keadaan suaminya yang stress depresi dan menjadi eksentrik cengeng kekanak-kanakan.

Robert Schumann sendiri adalah sosok yang asyik dengan dirinya sendiri. Imajinasi dan khayalannya sangat ngungun menggapai asa. Ia adalah komposer yang boleh dibilang sangat produktif dalam berkaya. Banyak karyanya yang menjadi benar-benar klasik hingga hari ini. Salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi trade mark nya adalah TRÄUMEREI.

Friday, 31 March 2017

SELEMBAR SERTIFIKAT, SEJUTA MAKNA - by: Michael Gunadi (Staccato, April 2017)

SELEMBAR SERTIFIKAT, 
SEJUTA MAKNA
By: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, April 2017


DEFINISI SERTIFIKAT
Beberapa orang menyebutnya sebagai SERTIPIKAT. Beberapa yang lain menyebutnya sebagai SERTIFIKAT (dengan F). Untuk saya, SERTIFIKAT dengan F lebih masuk akal. Karena ada kegiatan yang dikenal sebagai SERTIFIKASI dan bukan SERTIPIKASI. Sertifikasi secara sangat sederhana dapat dimaknai sebagai KEGIATAN DENGAN PRODUK SERTIFIKAT DAN BERLANGSUNG DALAM PROSES TATAP MUKA DALAM RENTANG WAKTU TERTENTU. Dari batasan tersebut, nampak nyata bahwa tentu SERTIPIKAT RUMAH tidak termasuk dalam ranah semesta pembicaraan kita. Semesta pembicaraan kita adalah lembar sertifikat, dalam ranah musik yang ternyata memiliki sejuta makna dan bahkan turut serta menentukan karir si pemusik.

MUSIK SEBAGAI SEBUAH DISIPLIN ILMU
Kita semua telah sama-sama tahu, paham, dan mahfum, bahwa musik dalam kesejatiannya adalah SENI BUNYI. Sejalan dengan peradaban manusia, musik berkembang menjadi hal yang sangat kompleks. Musik tidak lagi berupa pertunjukan kesenian, melainkan menjelma menjadi ILMU. Musik menjadi MEMILIKI OBYEK DAN TUJUAN. Musik menjadi memiliki METODE pembelajaran dan pengajaran serta telaah. Musik juga memiliki SISTEMATIKA dalam konsep dan berkait dengan konteksnya. Dan tentu musik menjadi hal yang sangat LOGIS.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, sebetulnya musik tidak lagi dapat dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya instingtif semata. Musik dituntut memiliki TANGGUNG JAWAB. Dan para pelaku musik pun dituntut untuk melakukan tanggung jawab tersebut pada publik. Saat kita bicara tanggung jawab inilah diperlukan sebuah  bukti fisik. Bukti fisik yang sahih secara keilmuan dan memiliki akseptabilitas dan kredibilitas dalam sosio masyarakat umum. Saat nya lah kita berbicara tentang SERTIFIKASI dalam ranah musik.

Tuesday, 20 August 2013

PIANO: "TAK SEKEDAR HITAM PUTIH" - by: Michael Gunadi Widjaja

PIANO: "TAK SEKEDAR HITAM PUTIH"
by: Michael Gunadi Widjaja


Dalam menjalani kehidupan, kita seringkali berhadapan dengan aneka hal yang merupakan dikotomi. Bahkan beberapa hal sudah seolah memiliki kodrat untuk ber“majemuk.” Sebut saja misalnya: ada panas tentu ada dingin, ada kering tentu ada basah, dan sejenisnya. Hampir semua fenomena penting dalam kehidupan tak lepas dari adanya dikotomi. Bahkan untuk sementara orang, dikotomi merupakan suatu standarisasi bagi penilaian akan eksistensi sesamanya. Orang kemudian mengenal sisi kehidupan YANG HITAM DAN YANG PUTIH.

Hitam putih sebagai sebiah dikotomi kehidupan tentu memiliki banyak relung permenungan. Dan keberadaannya merambah juga dalam bidang eksistensi jati diri manusia yang paling sublimatif, yakni: SENI. Orang tentu akan segera terasosiasikan dengan sebuah instrumen musik saat mulai merenung dan dihadapkan pada hitam dan putih: PIANO. Banyak hal yang bisa kita permenungkan dari keberadaan sebuah piano. Tidak saja dari elementasi musikal, namun banyak semburat makna yang akhirnya memancarkan pencerahan bahwa sejatinya kehidupan itu tidaklah sekedar hitam dan putih belaka.