Showing posts with label interpretation. Show all posts
Showing posts with label interpretation. Show all posts

Wednesday, 31 March 2021

Armando's Rhumba in Heaven - by: Michael Gunadi | Staccato, April 2021

“ARMANDO'S RHUMBA IN HEAVEN”
by: Michael Gunadi
Staccato, April 2021


KEPERGIAN TOKOH JAZZ DUNIA

Tanggal 9 Pebruari 2021 dunia musik berduka. Blantika musik berbelasungkawa. Ranah musik Jazz menangis. Deretan tokoh tokoh dunia menjadi tercekat dan pilu. Armando Anthony Corea atau dikenal sebagai Chick Corea, meninggal akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Bagi orang yang skeptis, mungkin akan berkata begini: “Yaaaaa sudahlah. Dah mati. Kita doain aja deh. Ok. Itu bagus. 

Bagi orang yang agak konsen dengan prospek musik mungkin akan mengatakan: Ya, mari kita lanjutkan karya dan perjuangannya. Apalagi COVID-19 belum kelar. Musik nggak boleh mati”. Hmmm sangat bagus juga. Bagi orang yang sangat kritis, plus sedikit usik, mungkin pertanyaannya akan menjadi seperti: “Emangnya siapa tuh Chick Corea? Hebat banget ya? Jasa apa dia sama musik?” Tidak salah. Baik dan sah saja.

Friday, 1 January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI 
(Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja

Staccato, January 2021 



RESUME BAGIAN PERTAMA

Bagi yang tidak sempat mengikuti bagian ke-1, berikut adalah resumenya: 

 

Semesta pembicaraan kita adalah mengorkestrasi

  • Perbedaan antara mengaransir dan mengaransemen
  • Menentukan keperluan orkestrasinya
  • Kemudian ukuran besar orkestrasi, berkaitan dengan JENIS instrumennya
  • Bagaimana membuat ide musikal
  • Bagaimana membuat konsep musikal
  • Menentukan jalur bunyinya
  • Menentukan berapa instrumen dalam tiap jalur bunyi
  • Pengelompokkan instrumen berdasar warna bunyinya
  • Secara sederhana, ini adalah pekerjaan BALANCE AND BLENDING

Thursday, 25 June 2020

Merajut Makna untuk Debussy's Clair de Lune - by: Michael Gunadi | Staccato, July 2020

MERAJUT MAKNA UNTUK CLAIR DE LUNE KARYA DEBUSSY
by: Michael Gunadi
Staccato, July 2020


Debussy, tentu dikenal dan terkenal sebagai Komposer Perancis papan atas. Pencinta musik piano, tidak asing dengan Clair de Lune. Karya ini sudah sering, bahkan dapat dikatakan terlalu sering dimainkan, sehingga dengan sendirinya memperoleh popularitas yang luar biasa. Clair de Lune sebetulnya adalah sebuah karya komposisi rumit dan canggih. 
Karya ini mendapat pengaruh dari Puisi, Musik Baroque di era 1600 – 1750, dan ini yang sering mengundang kontroversi tafsir, yakni Impressionisme. Debussy sendiri dengan tegas dan serius, acapkali menolak predikat Impressionisme untuk genre karyanya. Meski demikian, kelatah publik tetap saja mengasosiasikan musik yang dikonotasikan dengan penggambaran visual sebagai Impressionisme.
Debussy dan Chouchou
Terjemahan judul karya ini adalah SINAR BULAN. Judul ini ditambahkan segera sebelum dipublikasikan pada 1905 sebagai gerakan ke-3 dari 4 buah gerakan karya yang diberi judul SUITE BERGAMASQUE. Tahun nya sama dengan kelahiran putri Debussy, Emma Claude, yang punya nama panggilan Chouchou.

Sunday, 26 April 2020

FINGERSTYLE, by: Michael Gunadi | Staccato, May 2020

FINGERSTYLE
by: Michael Gunadi
(Staccato, May 2020) 


GITAR KLASIK VS GITAR NON KLASIK
Sejak dulu, bahkan saat gitar akustik diperkenalkan di bumi persada nusantara tercinta, jaman WR Supratman masih main Jazz, orang membagi sajian menjadi hanya dua macam, yaitu KLASIK DAN NON KLASIKPembagian tersebut terus bertahan, bahkan ketika di tanah air sudah muncul Band dengan gitar listrik, pembagian seperti itu masih saja dilakukan. 

Festival gitar dan kompetisi gitar juga menggunakan pembagian semacam itu. Oh si anu itu Juara bagian Klasik. Ohhh si itu tuh yang kribo, juara bagian Non Klasik. Pada waktu itu, yang digolongkan ke dalam sajian gitar Non Klasik itu mulai dari Pop, Jazz, bahkan Flamenco. Dan sampai tahun 2000 orang menerima dan tidak ada yang ribut dengan pembagian semacam itu. Barulah pada 2000 kemari, orang mulai tidak lagi menggunakan pembagian Klasik dan Non Klasik untuk sajian gitar akustik. 

ONE GUITAR SHOW
Lho?! Kenapa?! Karena sejak era tahun 2000 kemari berkembang sebuah teknik sajian baru. Yakni apa yang dikenal sebagai PERCUSSION GITAR. Yakni cara main gitar, terutama gitar berdawai metal, non nylon, dengan cara memukul mukul, menempeleng body gitar untuk mendapatkan efek, nuansa, dan bahkan ilusi bunyi perkusi. 

Tuesday, 31 March 2020

DOWN - by: Michael Gunadi | Staccato, April 2020

“DOWN”
By: Michael Gunadi
Staccato, April 2020


MAKNA KATA “DOWN”
Sudah tentu para pembaca setuju. Jika dalam beberapa kesempatan, kata DOWN bisa menimbulkan rasa dan suasana kurang nyaman. Down berarti turun, tidak naik, alias tidak ada pencapaian. Down identik dengan keterpurukan. Down menyiratkan makna kelelahan, keputusasaan dan bahkan apatis karena kekecewaan yang amat sangat traumatis, dan memang, DOWN merujuk pada keadaan sedemikian.
Siapapun bisa down. Tentu para pemusik mengalaminya. Dari mulai dihina sebagai pekerjaan bermasa depan suram. Karya yang dicibir. Penampilan yang dibully. Bahkan acapkali dan kerap kali hasil keringat terluput dari upah. Siapapun itu, baik pemusik kampung maupun Maestro kelas dunia bisa mengalaminya.

Thursday, 5 December 2019

KOMUNIKASI, by: Michael Gunadi | Staccato, December 2019

“KOMUNIKASI”
By: Michael Gunadi
Staccato, Desember 2019

BERBICARA TANPA KATA
Ada ungkapan yang sangat terkenal tentang musik. Bunyinya begini: Saat kata tak mampu mengungkap makna, saatnyalah musik berbicara. Jika kita cermati, ungkapan tersebut menyiratkan kemampuan yang luar biasa dari musik. Musik memiliki kemampuan luar biasa yakni dapat berbicara tentang makna, saat kata-kata, yang adalah bahasa verbal, sudah sampai pada batas kemampuannya. 

Di satu sisi, musik memang sangat luar biasa. Musik dapat membahasakan dirinya sendiri. Sayangnya, meski berkemampuan luar biasa dalam mengungkap makna, musik adalah bahasa simbol. Dengan demikian, bahasa yang diverbalkan musik, mutlak membutuhkan tafsir. Nah, di titik inilah semilyar bahkan setrilyun persoalan muncul. Karena menafsir simbolisme bahasa musik, bisa memiliki ber-biliun pernyataan dan atas nama seni, semuanya selalu dan selalu bahkan selalu benar.

Itulah sebabnya, ranah Performance musik senantiasa membutuhkan komunikasi. Bahasa musik yang berupa simbol, perlu dikomunikasikan. Agar penyaji dan penikmat berada dalam satu kesamaan daya cecap terhadap nuansa rasa. Tanpa komunikasi, bahasa musik bisa ditafsir dengan menggelikan, menjijikkan dan bahkan memuakkan. 

Monday, 6 May 2019

KESEMPURNAAN DALAM BERMUSIK - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2019)

“KESEMPURNAAN
DALAM BERMUSIK”
by: Michael Gunadi
(Staccato, May 2019)


KONSEP KESEMPURNAAN
Dalam ranah Religius, manusia adalah makhluk yang takkan bisa dan takkan pernah sempurna. SEMPURNA itu hanya milik Sang MAHA. Meski demikian, filsafat, sebagai cabang ilmu yang menelisik esensi semua hal, mengungkapkan bahwa dalam napak tilas ehidupannya, manusia memiliki hasrat untuk mengejar KESEMPURNAAN. Dalam segala hal. Tentu juga dalam hal berkesenian dan/atau bermusik.

Hasrat manusia berpaut pada kesempurnaan untuk menghasilkan karya musik. Hasrat kemanusiaan jugalah yang menjadikan manusia memiliki tuntutan pada kesempurnaan dalam sajian musik. Sebetulnya apa sih kesempurnaan itu. Dan mengapa hasrat alamiah akan kesempurnaan memiliki begitu besar pengaruh terhadap musik. Kita akan tinjau terlebih dahulu, terminologi nya.


Kesempurnaan dipadankan dalam Bahasa Inggris sebagai PERFECTION. Terlihat dalam gambar tersebut, bahwa kesempurnaan adalah BEBAS DARI CACAT CELA.  Sementara penerapan konsepnya adalah berupa konsepsi ideal, atau kesesuaian harapan orang normal pada umumnya. Sejak dulu, pemaknaan semacam ini secara psikologis, memberi kesan bahwa kesempurnaan adalah sebuah keadaan yang “di awang-awang” dan nun jauh disana. Seorang Rohaniwati malahan pernah mengatakan begini: “Perfection consists not in doing extraordinary things, but in doing ordinary things extraordinary well.”– Arnauld, Angelique.

Friday, 1 March 2019

Tarrega's Capriccio Arabe - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2019)

“TARREGA’S CAPRICCIO ARABE”
by: Michael Gunadi
(Staccato, March 2019)


PENJELAJAHAN DUNIA TIMUR
Sudah sejak sangat lama, bangsa Eropa menganggap bahwa Dunia Timur atau Eastern World adalah sesuatu yang unik, memancing rasa ingin tahu, dan tentu saja eksotis serta terkadang juga erotis. Tak heran, sejak lama, bangsa Eropa, melakukan penjelajahan wilayah, dan memperluas imajinasi dan hasratnya akan keunikan dan keindahan dunia timur melalui seni, khususnya musik. 

Afrika, India, Indonesia dan tentu saja Arab adalah daerah yang acapkali dijadikan sumber inspirasi karya musik bagi komposer Eropa. Beethoven dan Mozart membuat musik Mars serdadu Turki. Godowsky melakukan penjelajahan fisik dan bunyi sampai ke Jawa. Debussy membuat Arabesque yang sangat terkenal. Di jaman sekarang pun, inspirasi daerah timur dalam kreasi musik masih sangat marak dilakukan.

Saturday, 9 February 2019

"G" for Gamelan & Godowsky - by: Michael Gunadi (Staccato, February 2019)

“G” for GAMELAN & GODOWSKY
By: Michael Gunadi
(Staccato, February 2019)

  
EAST MEET WEST
Sudah terlalu banyak ulasan dan kupasan tentang pengaruh Gamelan terhadap musik budaya Eropa. Kupasannya seringkali dipertautkan dengan upaya EAST MEET WEST. Timur bertemu dengan Barat. Bagus saja sebagai sebuah ungkapan adanya persamaan. Setidaknya ada hal “sama“ yang bisa saling bertaut. Untuk menunjukkan bahwa ras umat manusia bisa bersatu dengan penuh toleran. 

Yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah gagasan East Meet West melalui seni bunyi, masih relevan untuk diperbincangkan di era sekarang? Mengingat konstelasi sosial dan budaya semesta sudah sedemikian rumitnya. Orang bisa berdebat tentang hal ini. 

Namun ada satu hal yang selalu tersemburat. Bahwa apapun konstelasi sosio-kulturalnya, umat manusia di dunia ini mutlak perlu disadarkan terus menerus. Bahwa budaya adalah hasil kulminasi upaya manusia sebagai ciptaan YANG MAHA KUASA. 

Tidak elok jika budaya, termasuk musik, menjadi ranah hegemoni. Musik adalah ranah persatuan dalam toleransi. Hal ini mutlak didengang-dengungkan terus-menerus, agar umat manusia semesta setidaknya masih punya kesadaran. Bahwa melalui budaya, manusia adalah makhluk estetis ciptaan Sang Ilahi.

Tuesday, 8 January 2019

MARRIAGE OF GAMELAN - by: Michael Gunadi (Staccato, January 2018)

MARRIAGE OF GAMELAN
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2019


EAST MEET WEST
Hah? Gamelan menikah? Ma sapa? Judul nya memang agak lebay dan bombastis. Maklum lah, jaman now cicak jatuh saja di tafsir macam-macam. Sebetulnya sudah sejak lama Gamelan dipersandingkan. Dipersandingkan dalam sebuah konsepsi dan konteks EAST MEET WEST. Timur ketemu Barat. Hasil persandingan itu ternyata bermacam-macam. Ada kalanya Gamelan benar-benar dinikahkan dan ternikahkan. Bisa juga Gamelan hanya kawin saja. Pun bisa juga Gamelan bermesraan terus-menerus tanpa nikah dan kawin.

Kita tentu belum lupa. Sejak Tahun 80-an marak lagu Pop dan Dangdut yang bernuansa Gamelan. Seringkali, Gamelan nya hanya berupa KITSCH atau sekedar tempelan yang dilebay-lebay kan. Ada juga hasil karya Gamelan sebagaimana olahan komposisi dari Debussy, Ravel,dan Godowsky. Idiom dan lanskap serta Filosofi Gamelan yang dipakai. Sedangkan nuansa dan impressi bunyi Gamelan sama sekali tersamar. 

Ada juga yang seperti Lou Harrison. Gamelan diberi identitas yang sama sekali baru. Jodi Diamond dengan kelompok Gamelan The Son Of Lion USA, yang membuat Gamelan sebagai sebuah wahana tonal dalam kancah kontemporer pada jamannya. Jangan lupa juga Almarhum Jack Body dengan kelompok Gamelan Padhang Moncar dari Selandia Baru. Padhang Moncar menampilkan Gendhing Kreasi. Baru namun tetap bergelantungan pada akar tradisinya.

Friday, 5 October 2018

JUST LISTEN!: Etika Mendengarkan Musik Kontemporer - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2018)

“JUST LISTEN!”
ETIKA MENDENGARKAN MUSIK KONTEMPORER
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, October 2018)


CHAOS DI PERTUNJUKKAN MUSIK
Paris, 29 Mei 1913. Tak ada yang menyangka sebelumnya bahwa hari itu akan tercatat nan abadi dalam sejarah perkembangan musik. Pertunjukan perdana “THE RITE OF SPRING” atau Ritus Musim Semi karya Igor Stravinsky. Pertunjukan berupa Ballet dan karya orkestra. Pengunjung terbilang meluap. Maklumlah, sebelumnya mereka dibuat penasaran oleh provokasi program tentang debutan baru yang menggabungkan Ballet tradisional Rusia dan seni Ballet modern, serta komposisi musik yang juga modern. 

Pertunjukan pun dimulai. Orkes mengepakkan keperkasaannya. Hadirin memekik… Serasa akan pingsan… sebagian lagi berteriak. MUSIK APA INI? Aneh… Bisa bikin musik nggak sih tuh orang? Ramai… riuh… Sebagian penonton ada yang tetap ingin menikmati pertunjukan. Mereka bersitegang dengan penonton yang marah… Riot… Chaos… Kursi berterbangan… Namun tak ada yang terluka.


Wednesday, 1 August 2018

VARIASI - by: Michael Gunadi (Staccato, August 2018)

“VARIASI”
by: Michael Gunadi
Staccato, August 2018


RUTINITAS YANG MONOTON
Musik adalah CERMIN KEHIDUPAN. Bahkan musik adalah rona dari kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kehidupan, musik tak pernah statis. Karena dinamika itu adalah esensi dari kehidupan. Hidup memang bisa saja monoton, menjenuhkan dan membosankan. Begitu juga dengan musik. Musik bisa saja tersaji secara begitu begitu saja. Materinya itu-itu saja. Teknik komposinya selalu cara yang itu-itu doang. 

Lagi-lagi, sebagaimana kehidupan, musik bisa mengandaikan variasi. Orang berangkat ke kantor tiap pagi berkendara mobil pribadi. Adakalanya ia merasa jenuh dan bosan. Ia berganti wahana menjadi motor, taxi, ojek, atau bisa juga Transjakarta. Tapi tujuannya tetap sama yakni PERGI KE KANTOR. Material utamanya juga sama yakni BERPINDAH DARI SATU TITIK KE TITIK LAIN DENGAN BERKENDARA. Begitu juga musik. Dan hakekat variasi yang muncul baik secara konseptual maupun secara spontan instingtif, selalu mengabdi pada tema sentralnya.


Monday, 30 April 2018

SCHUMANN'S TRÄUMEREI: "AROMA MIMPI" - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2018)


SCHUMANN’S TRÄUMEREI:
“AROMA MIMPI”
by: Michael Gunadi
Staccato, May 2018


Alkisah ada seorang anak yang berbakat dan cinta musik. Sejak awal ia bercita cita jadi pemusik, namun seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, keluarga terutama ayahnya, mendesak dia supaya menjadi ahli hukum. Si anak pun menuruti ayahnya untuk sekolah hukum. Seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, cinta musik nya lebih besar daripada kuliah hukum.

Ia pun berhenti dan malah mengambil kursus musik memperdalam apa yang telah didapatinya. Singkat cerita anak itu akhirnya jadi pemain piano. Entah bagaimana hal ikhwalnya. Dia pacaran dan menikahi anak guru musiknya. Cerita belum habis, si pemain piano ini, setelah menikah mendadak stress, kena sifilis, agak eksentrik, cengeng, dan berusaha bunuh diri sampe tangannya cacat. Karena sudah tidak bisa lagi bermain piano, jadilah ia seorang KOMPOSER!

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN
Si anak tersebut adalah ROBERT SCHUMANN. Seorang komposer akbar Musik Klasik yang karyanya seolah “wajib” dimainkan oleh siapa saja yang belajar piano. Dan istrinya, anak dari si guru musik, adalah CLARA SCHUMANN. Perempuan bersahaja dan sederhana, namun sebetulnya adalah pianis hebat dan dalam hal komposisi, malahan lebih hebat dari suaminya.

Robert dan Clara Schumann. Pasangan pemusik yang melegenda. Bukan saja karena karyanya, melainkan karena hubungan asmara mereka yang aneh, unik, dan seolah terselubungi kabut sutera misteri. Clara tipe perempuan soleha yang menerima dengan tulus keadaan suaminya yang stress depresi dan menjadi eksentrik cengeng kekanak-kanakan.

Robert Schumann sendiri adalah sosok yang asyik dengan dirinya sendiri. Imajinasi dan khayalannya sangat ngungun menggapai asa. Ia adalah komposer yang boleh dibilang sangat produktif dalam berkaya. Banyak karyanya yang menjadi benar-benar klasik hingga hari ini. Salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi trade mark nya adalah TRÄUMEREI.

Wednesday, 28 February 2018

EROICA - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2018)

EROICA
by: Michael Gunadi
(Staccato, March 2018)


SOSOK BEETHOVEN
Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar nama BEETHOVEN? Bagi Anda yang hanya tahu sedikit tentang Musik Klasik, mungkin segera terlintas di benak Anda melodi “ODE TO JOY” yang sangat terkenal. Atau mungkin juga tema Sinfoni ke-5 nya yang mirip irama ketukan pintu.

Bagi Anda yang sama sekali tak kenal sosok Bethoven, rasanya anda perlu mendengar meski tak harus mendengarkan, karya musiknya. Agar anda ikut mencecap dan mencicip karya musik dari salah satu orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan peradaban budaya umat manusia.

Bagi Anda yang bergelut dalam Musik Klasik, hampir pasti hal-hal berikut yang akan terlintas dibenak Anda: keras, kasar, temperamental, sakit tuli, miskin, dan selalu gagal dalam jalinan cinta. Sifat-sifat dan keadaan tadi memang seolah menjadi trade mark Beethoven.

BEETHOVEN'S SYMPHONY NO. 3 in E-flat Major (BBC Prom)
Conductor: Daniel Barenboim

IKON KEPAHLAWANAN
Ada satu lagi hal yang tidak adil jika tak dikemukakan. BEETHOVEN ADALAH IKON PERJUANGAN. IKON KEPAHLAWANAN dan bahkan sampai hari ini, Jerman masih mengadakan festival bertemakan sosok Beethoven sebagai bentuk perjuangan dan pahlawan kebudayaan.

Wednesday, 1 November 2017

4 MITOS KELIRU TENTANG BACH - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2017)

“4 MITOS KELIRU TENTANG BACH”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2017


Johann Sebastian Bach, adalah salah satu komposer yang karya dan sosoknya tetap popular hingga hari ini. Tentunya, selain Beethoven dan Mozart. Popularitas Bach seolah abadi. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Sebagian adalah fakta sejarah dan sebagian lagi adalah mitos. Sebelum kita menguak lebih dalam tentang Bach, ada baiknya kita mengerlingkan mata, untuk sejenak menatap fakta tentang mengapa Bach itu penting dan layak diperbincangkan.

FUGA: KARYA MONUMENTAL BACH
Semasa hidupnya, Bach adalah komposer yang mengarang banyak sekali lagu dan musik. Karya monumentalnya terletak pada kepiawaiannya mengolah nada dalam bentuk FUGA. Di zaman Baroque, periode semasa Bach hidup dan berkarya, FUGA merupakan kulminasi tertinggi bagi seni olah bunyi.


Dalam Fuga atau Fugue, seorang komposer dituntut sangat ketat pada aturan dan norma namun juga harus memiliki kreativitas luar biasa agar Fuga yang dikarangnya tidak menjadi membosankan dan kedodoran. Bach sangat piawai dalam hal ini. Bach juga adalah seorang jenius dalam teknis komposisi yang disebut counterpoint atau kontrapunkt. Dimana sebuah jalur bunyi akan dibarengi jalur bunyi lain dalam arah berlawanan (counter/kontra).

Monday, 3 July 2017

ORKESTRASI - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, July 2017)

“ORKESTRASI”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, July 2017)


TERMINOLOGI ORKESTRASI & ORKES
Membaca kata ORKESTRASI, saya yakin bahwa benak para pembaca akan segera mengarah pada istilah ORKESTRA. Dan bagi yang belum akrab dengan Musik “Klasik”, yang terbayang adalah kata ORKES. Dan memang betul, orkestrasi adalah bagian tak terpisahkan dari orkestra dan orkes. Terminologi semacam ini menjadi penting untuk mengawali semestra pembicaraan kita. Mengingat ketiga kata tersebut dapat saling bertaut, berpadan, dan berinteraksi satu sama lain.

ORKESTRASI, lazimnya dimaknai sebagai seni menggubah musik untuk orkestra. Sedangkan ORKESTRA adalah sebuah ensembel akbar. Sering terjadi kerancuan di beberapa kalangan. Umumnya sebuah orkestra, lazim “harus” ada biolin, biola, cello, timpani, dan selazimnya. Anggapan demikian jelas tidak salah. Namun jika persepsi semacam itu yang disodorkan, hal tersebut hanyalah SALAH SATU jenis saja dari Orkestra. Yakni ORKESTRA KLASIK.


JENIS ORKESTRA
Masih ada jenis Orkestra lain. Misalnya JAZZ ORCHESTRA yang sama sekali tidak ada biolin dan biola. Juga ada POP ORCHESTRA yang ada tambahan perlengkapan BAND. Belum lagi ada orkestra yang jenisnya bertalian dengan ragam instrumen. Sebut saja WIND ORCHESTRA atau orkes angin alias orkes alat tiup (karena kegiatan meniup jelas mengeluarkan angin). Ada juga PERCUSSION ORCHESTRA, yang hanya terdiri dari instrument musik yang dipukul (bukan dipukuli ya).

Pengertian ORKES, sering malah dipertautkan dengan materi bunyi yang tradisional. Kita mengenal istilah ORKES GAMELAN, ORKES GONDANG BATAK, ORKES GAMBUS, ORKES MELAYU, dan ORKES SULING MINAHASA.

Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.

TEPUK TANGAN - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TEPUK TANGAN”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

MAKNA TEPUK TANGAN
Tepuk tangan adalah peristiwa yang menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Tepuk tangan dalam esensinya, bukan saja monopoli para artis. Pengusaha, politisi, dan bahkan ibu rumah tangga pun sebetulnya tidak bisa terlepas dari hiruk pikuknya kegiatan ini. Tepuk tangan adalah satu bentuk kegiatan, yang nampaknya memiliki banyak sisi untuk dimaknai.

Bagi para seniman panggung, tepuk tangan adalah tanda kesuksesan pertunjukannya. Tepuk tangan adalah bagian dari gaya hidupnya. Gaya hidup yang direpresentasikan dalam sebuah imagi citra sebuah kesuksesan pertunjukan. Dan tepuk tangan adalah salah satu parameternya. 

Bagi penggemar olah raga, penggemar pertunjukan dan mereka yang sering menonton konser musik, tepuk tangan juga adalah bagian dari gaya hidupnya. Gaya hidup yang salah satu cerminannya adalah ungkapan rasa puas atas sesuatu yang telah dinikmatinya secara visual dan auditif. Para seminator, dan bahkan seorang Kepala Negara pun bisa saja menjadi akrab dengan tepuk tangan. Bagi mereka, tepuk tangan adalah bentuk respon apresiatif publik bagi pemaparan visinya.