Saturday, 23 June 2012

"JUST JAZZ"

“JUST JAZZ”
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
(Komposer dan Pekerja Musik)

Artikel Majalah STACCATO edisi Maret 2012



 

Judul artikel di atas adalah sebuah judul yang ONOMATOPOETIC. Susunan kata yang terasosiasi dengan sebuah bunyi. Sama halnya dengan istilah Dang Dut yang terasosiasi dengan bunyi kendang. Istilah JUST JAZZ adalah trademark dari mendiang Jack Lesmana. Dan dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi JAZZ SAJA. Dalam blantika Jazz, istilah atau nomenclature teknis tidaklah begitu signifikan untuk dibicarakan, karena Jazz bersifat sangat individual. Barangkali hal itulah yang merupakan filosofi terselubung dari istilah “just jazz” oleh Jack Lesmana, si macan Jazz Indonesia.

Sedemikian individualnya Jazz, hingga ada ungkapan bahwa: “JAZZ TIDAK AKAN PERNAH DAPAT DIMENGERTI NAMUN SELALU DAPAT DINIKMATI” Maka ketika ada kursus musik atau instruktur musik yang memberikan pelajaran tentang PIANO JAZZ misalnya, saya menjadi agak bingung. Macam apakah materi kursusnya? Beberapa orang “pengajar” Jazz yang saya temui, memaparkan bahwa kursus piano Jazz terdiri dari: teknik menyusun chord, ritmik sinkopasi, cara ber-improvisasi, disamping teknik fingering untuk meningkatkan keterampilan jari. Jika demikian materinya, apa bedanya dengan pelajaran piano pada umumnya? Mengapa harus ada claim bahwa “ini” pelajaran Piano Jazz?


Jazz memang memiliki ragam harmoni tersendiri, termasuk karakter harmoni dan progresinya yang memang bisa sangat progresif. Para musikolog seperti DR. Hugo Riemann dalam Jazz Harmonielehre, memang menjelaskan dengan panjang, lebar, luas, dan dalam - seputar harmoni Jazz. Namun, jangan dikira bahwa jika seseorang bisa membunyikan progresi chord disonan dengan Major 7th, half diminished, #13, altered, kemudian bisa mengklaim bahwa dirinya sedang bermain Jazz.

Harmoni - dalam hal ini chord yang disonan (orang awam menyebutnya “akor miring”) bukan monopoli Jazz. Musik klasik abad ke-20 banyak memakai harmoni semacam ini.

Syncopation atau pola irama yang sinkopatik, memang adalah elemen utama dalam Jazz. Tetapi memainkan lagu BURUNG KAKATUA dengan gaya sinkop, belumlah dapat dikatakan bermain Jazz. Musik Bela Bartok penuh sinkopasi, namun musik Bela Bartok sangat tidak Jazz.

Adalah benar bahwa improvisasi adalah jiwa musik Jazz. Pertanyaannya, apakah jika seseorang bisa merangkai melodi dalam koridor progresi harmoni tertentu, lalu bisa dikatakan dia bermain Jazz atau “Jazzy”? Improvisasi memang jiwa musisi Jazz, namun bukanlah monopoli musik Jazz. Musik JS. Bach sarat dengan improvisasi, Sonata WA.Mozart juga sangat memungkinkan adanya improvisasi, dalam bentuk Cadenza* misalnya. (*Cadenza merupakan bagian akhir dalam babak karya musik, dimana solis diberi kesempatan untuk menunjukkan kepiawaian tekniknya).

  

Mudah-mudahan sampai disini kita tidak menjadi sakit kepala ya..hehehehe…lanjuuut ya… Jadi dengan demikian, apa yang membuat seseorang dikatakan bermain Jazz? Jawabannya adalah: RASA JAZZ! The Touch of Jazz. Rasa Jazz ini TIDAK PERNAH DAPAT DIAJARKAN NAMUN SELALU DAPAT DILATIH. Kok bisa begitu sih? Ya bisalah! Karena Jazz secara prinsipiil idiomatik terjadi saat para budak kulit hitam dengan tergagap gagap namun dengan musikalitas tinggi, mencoba memainkan musik klasik yang dimainkan majikannya. Dengan demikian, bicara Jazz adalah bicara rasa, bukan bicara tentang presisi keteraturan yang baku. Di konservatori musik, departemen Jazz selalu menyajikan kurikulum dan metode sebagaimana lazimnya general music education. Barulah diperdalam dengan mendengar…mendengar...mendengar...dan bermain ensembel.

Lalu kira-kira apa yang harus dilakukan, jika seseorang ingin bermain Jazz yang Jazz? Hal pertama adalah, dia harus sudah terlepas dari semua hambatan teknis bermain instrumennya. Dia harus memiliki teknik yang baik dan benar dalam instrumennya. Untuk itu, petunjuk dari music educator seperti Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu sangat perlu untuk diindahkan dan diterapkan. Juga pengetahuan harmoni dasar, dan tentu saja perbanyak mendengarkan repertoire Jazz.

Untuk sebagian orang dengan pola budaya tertentu, Jazz bisa jadi sebuah ungkapan yang sangat natural. Untuk sebagian yang lain, Jazz adalah sebuah discipline applied musical field. Namun apapun itu…ahh…let’s JUST JAZZ!!!

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.