“JUST JAZZ”
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
(Komposer dan Pekerja Musik)
Artikel Majalah STACCATO edisi Maret 2012
Judul artikel di atas adalah sebuah judul yang ONOMATOPOETIC. Susunan kata yang
terasosiasi dengan sebuah bunyi. Sama halnya dengan istilah Dang Dut yang terasosiasi dengan bunyi
kendang. Istilah JUST JAZZ adalah trademark
dari mendiang Jack Lesmana. Dan
dipadankan ke dalam bahasa Indonesia menjadi JAZZ SAJA. Dalam blantika Jazz, istilah atau nomenclature teknis tidaklah begitu signifikan untuk dibicarakan, karena
Jazz bersifat sangat individual. Barangkali hal itulah yang merupakan filosofi
terselubung dari istilah “just jazz”
oleh Jack Lesmana, si macan Jazz Indonesia.
Sedemikian individualnya Jazz, hingga ada
ungkapan bahwa: “JAZZ TIDAK AKAN PERNAH DAPAT DIMENGERTI NAMUN SELALU DAPAT
DINIKMATI” Maka ketika ada kursus musik atau instruktur musik yang
memberikan pelajaran tentang PIANO JAZZ misalnya, saya menjadi agak bingung. Macam
apakah materi kursusnya? Beberapa orang “pengajar” Jazz yang saya temui,
memaparkan bahwa kursus piano Jazz terdiri dari: teknik menyusun chord, ritmik sinkopasi, cara ber-improvisasi,
disamping teknik fingering untuk
meningkatkan keterampilan jari. Jika demikian materinya, apa bedanya dengan
pelajaran piano pada umumnya? Mengapa harus ada claim bahwa “ini” pelajaran
Piano Jazz?
Jazz memang memiliki ragam harmoni tersendiri,
termasuk karakter harmoni dan progresinya yang memang bisa sangat progresif. Para
musikolog seperti DR. Hugo Riemann
dalam Jazz Harmonielehre, memang menjelaskan dengan panjang, lebar, luas,
dan dalam - seputar harmoni Jazz. Namun, jangan dikira bahwa jika seseorang
bisa membunyikan progresi chord
disonan dengan Major 7th, half diminished, #13, altered, kemudian
bisa mengklaim bahwa dirinya sedang bermain Jazz.
Harmoni - dalam hal ini chord yang disonan (orang awam menyebutnya “akor miring”) bukan
monopoli Jazz. Musik klasik abad ke-20 banyak memakai harmoni semacam ini.
Syncopation atau pola irama yang sinkopatik, memang adalah
elemen utama dalam Jazz. Tetapi memainkan lagu BURUNG KAKATUA dengan gaya
sinkop, belumlah dapat dikatakan bermain Jazz. Musik Bela Bartok penuh sinkopasi, namun musik Bela Bartok sangat tidak Jazz.
Adalah benar bahwa improvisasi adalah jiwa
musik Jazz. Pertanyaannya, apakah jika seseorang bisa merangkai melodi dalam
koridor progresi harmoni tertentu, lalu bisa dikatakan dia bermain Jazz atau “Jazzy”?
Improvisasi memang jiwa musisi Jazz, namun bukanlah monopoli musik Jazz. Musik JS. Bach sarat dengan improvisasi, Sonata
WA.Mozart juga sangat memungkinkan
adanya improvisasi, dalam bentuk Cadenza* misalnya. (*Cadenza
merupakan bagian akhir dalam babak karya musik, dimana solis diberi kesempatan untuk
menunjukkan kepiawaian tekniknya).
Mudah-mudahan
sampai disini kita tidak menjadi sakit kepala ya..hehehehe…lanjuuut ya… Jadi
dengan demikian, apa yang membuat seseorang dikatakan bermain Jazz? Jawabannya
adalah: RASA JAZZ! The Touch of Jazz. Rasa
Jazz ini TIDAK PERNAH DAPAT DIAJARKAN
NAMUN SELALU DAPAT DILATIH. Kok bisa
begitu sih? Ya bisalah! Karena Jazz secara prinsipiil idiomatik terjadi
saat para budak kulit hitam dengan tergagap gagap namun dengan musikalitas
tinggi, mencoba memainkan musik klasik yang dimainkan majikannya. Dengan
demikian, bicara Jazz adalah bicara rasa, bukan bicara tentang presisi
keteraturan yang baku. Di konservatori musik, departemen Jazz selalu menyajikan
kurikulum dan metode sebagaimana lazimnya general
music education. Barulah diperdalam dengan mendengar…mendengar...mendengar...dan
bermain ensembel.
Lalu kira-kira apa yang harus dilakukan, jika
seseorang ingin bermain Jazz yang Jazz? Hal pertama adalah, dia harus sudah terlepas dari semua hambatan teknis
bermain instrumennya. Dia harus memiliki teknik yang baik dan benar dalam
instrumennya. Untuk itu, petunjuk dari music
educator seperti Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu sangat perlu untuk
diindahkan dan diterapkan. Juga pengetahuan harmoni dasar, dan tentu saja perbanyak
mendengarkan repertoire Jazz.
Untuk sebagian orang dengan pola budaya
tertentu, Jazz bisa jadi sebuah ungkapan yang sangat natural. Untuk sebagian
yang lain, Jazz adalah sebuah discipline
applied musical field. Namun apapun itu…ahh…let’s JUST JAZZ!!!
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.