Showing posts with label Bach. Show all posts
Showing posts with label Bach. Show all posts

Friday, 28 February 2025

HIKMAH BAGI SEORANG KOMPOSER - by: Michael Gunadi | Maret 2025

“HIKMAH BAGI SEORANG KOMPOSER”
By: Michael Gunadi
Staccato, Maret 2025


Kita akan bicara tentang HIKMAH dalam carut marutnya ranah musik. Hikmah ya. Bukan Hikmat. Ohhh beda ya,Pak? Ya. Sangat beda. Dalam KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA, hikmah diberi batasan leksikografi sebagai: hikmah/hik·mah/ n 1 kebijaksanaan (dari Allah): kita memohon -- dari Allah Swt.; 2 sakti; kesaktian: -- kata-kata; 3 arti atau makna yang dalam; manfaat: wejangan yang penuh --;berhikmah/ber·hik·mah/ v 1 berguna; bermanfaat; 2 memiliki kesaktian (kekuatan gaib dan sebagainya). Wah maknanya banyak dan luas banget yaaa. Gini lah. Kita ambil satu contoh mudah saja. Misal dalam kalimat: semua kejadian itu pasti ada hikmahnya. Dengan pemaknaan sebagaimana saripati kalimat semacam itulah kita akan menarik hikmah dalam ranah musik.

 

Perjalanan kita akan mulai dengan menjenguk JOHAN SEBASTIAN BACH. Seorang komposer yang sangat luar biasa. Lebih dari berbakat. Lebih dari Jenius. Bach mungkin adalah manusia penggubah musik paling hebat sepanjang napak tilas kehidupan manusia. Karya nya abadi karena memang begitu layak untuk diabadikan. Satu hal yang unik adalah, bahwa Bach semasa hidupnya bukanlah seorang Megastar. Hidupnya jauh dari Glamour. Jauh dari histeria puja puji massa seperti misalnya Franz Liszt. Bach sangat bersahaja. Profilnya juga tidak flamboyan sebagaimana misalnya Nicolo Paganini. Iya pun tidak elegante bergaya priyayi sebagaimana Mendelssohn. Bach juga bukan pemusik eksentrik sebagaimana Mozart. Bach biasa saja sebagai manusia.

 

Bach itu tidak macam-macam. Sepanjang hidupnya ia nyaris tak pernah jalan-jalan, healing-healing ke luar kota. Pakaiannya juga itu itu saja. Makanannya juga bolak-balik Apple Struddle dan makanan Jerman ndeso yang sederhana. Hidupnya dapat dikatakan tertib. Selain, tentu saja ini yang menarik, anaknya banyak. Benar-benar bukan Keluarga Berencana. Banyak orang yang heran dan tak habis pikir. Bagaimana bisa dengan anak segitu banyaknya, seorang Bach masih bisa menghasilkan komposisi musik yang luar biasa. Jawabannya: Gereja. Ya. Bach ini penggereja yang setia. Ia bukan Katolik namun seorang Kristen Protestan. Ya sebetulnya fakta semacam itu tidaklah penting. Namun ya, faktual hal hal semacam itu masih sering disebut dan dinyatakan. Gereja itulah yang berfungsi sebagai living studio bagi Bach. Ia bisa menyepi dan berkonsentrasi serta bereksperimen dengan ide musikalnya. Bebas merdeka dari gangguan hiruk pikuk kikuk anak–anaknya.

Thursday, 1 February 2024

KHAYAL | by: Michael Gunadi | Staccato, February 2024

“KHAYAL”
By: Michael Gunadi
Staccato, February 2024


Apa modal utama seseorang untuk menjadi seniman? DAYA KHAYAL. Seni apapun yang anda geluti dan tekuni, semuanya membutuhkan daya khayal atau imajinasi. Daya khayal ini merupakan satu energi positif yang mendorong kreatifitas anda. Meskipun anda berhadapan dengan sesuatu yang nyata, anda tetap membutuhkan khayal untuk menuangkannya dalam sebuah karya seni. Sebagai sebuah energi positif untuk berkreasi, khayal ini tentu baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan khayal, daya khayal dan berkhayal. Karena kesemuanya itu berbeda dengan halusinasi yang sampai pada batas tertentu bisa menjadi sangat berbahaya.

 

Khayal inilah yang menjadikan seni, apapun itu sebagai obyek telaah, bahan diskusi, sekaligus rona kehidupan yang tiada henti dan tiada pernah habis untuk dibicarakan. Dalam ranah Sastra misalnya. Samuel Beckett membuat karya WAITING FOR GODOT. Menunggu si Godot. Siapa Godot? Ternyata ia adalah tokoh khayal. Dan dalam naskah sampai akhir si Godot ini tak dimunculkan sama sekali. Hebatnya, daya khayal samuel Beckett juga mampu membuat pembacanya untuk juga berkhayal. Tentu tentang tokoh Godot ini. Pembaca dibuat berkhayal dengan liar tentang seperti apa tokoh Godot ini.

 

Dalam karya seni lukis juga khayal adalah daya hidup lukisan itu sendiri. Bahkan ketika seorang pelukis potret berhadapan dengan seorang model, ia tetap harus berkhayal. Ia harus mampu berimajinasi tentang seberapa dan bagaimana pencahayaan. Mana yang perlu diarsir dengan tebal dan mana yang hanya perlu sapuan saturasi sederhana. Hal semacam ini bukan semata masalah teknik melukis. Melainkan bagaimana mensublimasi teknik untuk memberi daya hidup pada lukisan itu sendiri. Dan tentu, meski obyeknya hidup dan terpampang di hadapannya, seorang pelukis potret perlu mengembangkan daya khayal misalnya untuk sedikit mengubah morfologi bibir. Memberi sentuhan pada pipi dan lain dan sebagainya.

Saturday, 30 December 2023

TEKSTUR | by: Michael Gunadi | Staccato, January 2024

“TEKSTUR”
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2024


Kita akan mengawali artikel ini dengan meninjau sejenak ranah SENI LUKIS. Karena di ranah seni lukis lah istilah tekstur mendapat batasan yang paling representatif. Jika kita ditanya, apa yang membuat sebuah lukisan dikatakan dan dinyatakan sebagai lukisan seni yang bermutu. Tentu jawabnya dapat bermacam-macam dan memang banyak sekali parameter dan variabel untuk menentukan satu mutu lukisan. Namun dari semua variabel tersebut, salah satunya adalah TEKSTUR atau Texture. Herbert Reed, seorang pengamat dan kritikus seni yang hebat, dalam bukunya THE MEANING OF ART, menuliskan bahwa teksturlah salah satu elemen terpenting dalam menentukan mutu lukisan.

 

Secara teknisnya, Tekstur diberi batasan sebagai the feel, appearance, or consistency of a surface or substance. Sederhananya, Tekstur adalah kehalusan permukaan lukisan, baik yang mungkin teraba (karena tidak semua lukisan boleh diraba) maupun yang penampakannya tertangkap mata. Dalam perkembangannya, Tekstur bisa menjadi sarana untuk menimbulkan kesan dimensi sebuah lukisan. 

Saturday, 27 May 2023

SAAT - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2023

“SAAT”
By: Michael Gunadi
Staccato, June 2023


Seorang guru gitar sedang gundah gulana, bingung lintang pukang. Dia bingung memainkan karya BACH PRELUDE dari Lute Suite BWV 998. Yang membuatnya bingung adalah bahwa di score nya sama sekali tak ada petunjuk seberapa cepat Prelude tersebut dimainkan. Karena dia produk jaman sekarang, mulailah ia mencari jawaban kegundahannya pada GOOGLE. Eeeee gak ketemu. Dia kemudian mencari contoh para Maestro. Dibukalah YOUTUBE. Di YouTube dia lihat permainan John Christopher William, Julian Bream, Andres Segovia, Juara-juara Kompetisi Gitar Dunia, semua memainkan Prelude Bach BWV 998 dengan sangat lambat.



Tuesday, 7 December 2021

Duduk di Dua Kursi - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2021

“DUDUK DI DUA KURSI”
By: Michael Gunadi
Staccato, December 2021

 


Mestinya Jika Anda pencinta Musik Klasik atau sekedar menggemari Musik Klasik pun, anda “harus” setidaknya pernah mendengar nama Friedrich Gulda. Ia adalah pianis kenamaan asal Austria. Berbedadengan pianis kenamaan lainnya seperti Daniel Barenboim, Andras Schiff, Evgeny Kissin, Gulda bukan semata pianis. Gulda adalah pemusik sejati. Lebih dari itu, Gulda adalah pemusik yang berhasil duduk di dua kursi. Kursi kemapanan musik klasik yang aristokrasi dan kursi Musik Jazz yang penuh aroma pemberontakan. Keberadaan Gulda, hanya bisa disamai oleh Frank Zappa. Pemusik yang juga berada dalam dua belahan “dunia”.



Pada 28 Maret 1999, dunia dikejutkan dengan satu berita. Bahwa Friedrich Gulda, sang pianis kenamaan, tenar dan bahkan legendaris, telah meninggal dunia. Sontak saja para pemusik, kritikus musik, kaum kerabat dan kolega, beramai-ramai memberikan tribute. Dengan macam macam cara. Ada yang melalui pidato, menggelar konser, membuat artikel, tulisan reportase dan seabreg bentuk penghormatan lainnya. Hanya selang beberapa kemudian, tiba-tiba Gulda muncul di depan publik dan seolah membiarkan para wartawan untuk tahu. Bahwa ia TIDAK/BELUM mati. Dan malahan mengumumkan akan menggelar sebuah “KONSER KEBANGKITAN. Tentu saja, berbagai kalangan menjadi terbelalak dan ternganga. Tapi itulah Friedrich Gulda. Pemusik yang tak pernah lepas dari sensasi.

Wednesday, 1 September 2021

BWV 846 - by: Michael Gunadi | Staccato, September 2021

BWV 846
By: Michael Gunadi
Staccato, September 2021


Prelude ini teramat sangat terkenal. Semua pianis top pasti memainkannya. Prelude ini juga dimainkan pada berbagai instrumen. Termasuk juga untuk gitar klasik. Ada beberapa versi cetakan partitura nya. Namun tentu yang edisi urtext facsimile lebih pas untuk dijadikan landasan analisa. 

 

Dalam edisi facsimile, dicetak reproduksi tulisan tangan asli dari komposernya. Sebetulnya sangat menarik jika kita menjadi detektif, untuk menyelidiki sedikit lebih dalam tentang prelude yang amat terkenal ini. Kita bisa berpangkal tolak dari perspektif sejarah tahun 1720, tahun Prelude ini dikarang oleh JS.Bach. 

 

Untuk keperluan telaah sejarah, kita tak perlu pusing-pusing untuk berandai-andai. Bagaimana sih dulu di zamannya Bach memainkan Prelude ini? Sama sekali tidak perlu. Lanskap dan arsitektur komposisi Prelude ini dapat dikatakan sangat sempurna. Jadi Anda bisa memainkannya dalam instrumen apapun. Anda juga bisa mentranspose dalam tonalitas kunci nada apapun. Bahkan Anda bisa bereksperimen untuk memainkan Prelude ini dari belakang. Semua hasilnya tetap bagus, bermutu dan mempesona.

Sunday, 28 February 2021

Perempuan Perkasa di Balik Beethoven - by: Michael Gunadi | Staccato, March 2021

PEREMPUAN PERKASA 
DI BALIK BEETHOVEN
by: Michael Gunadi
Staccato, March 2021


Nama Nannette Streicher seakan terpinggirkan oleh kancah sejarah dunia. Namun, ia sebetulnya adalah salah satu pembuat dan pemilik pabrik keyboard terbaik di masanya.

Kisahnya diawali dengan sebuah dokumen dari sketsa original Piano Sonata karya Beethoven. Sketsa tersebut dimiliki oleh Museum dan Pustaka The Morgan. Pada bagian tepi, seorang penerbit dari Inggris, Vincent Novello menuliskan bahwa dokumen tersebut sampai kepadanya dari seorang sahabat dekat Beethoven yakni Nyonya Streicher.

Pada Desember 2020 kita semua, pencinta Musik Klasik memperingati 250 tahun kelahiran Beethoven. Namun sosok perempuan hebat seperti Nannette Streicher tetap tak dianggap dan terpinggirkan dalam ljalur lini masa napak tilas sejarah hidup Beethoven. Padahal dapat dikatakan, Nannette Streicher adalah seorang perempuan tangguh. Pengrajin keyboard/piano kelas wahid di zamannya. 

Thursday, 28 May 2020

PATRON - by: Michael Gunadi | Staccato, June 2020

PATRON
by: Michael Gunadi
(Staccato, June 2020)


ZAMAN KEEMASAN MUSIK KLASIK
Pernah ada suatu masa, dimana Musik Klasik memperoleh kegemilangan dan kecemerlanganMusik Klasik menjadi sajian yang khusus. Dianggap memiliki kadar seni yang adi dan luhung. Pencapaiannya pun membutuhkan ketekunan, latihan, dan totalitas selama berpuluh-puluh tahun. Tak terkecuali munculnya banyak anak super bakat alias prodigy. Yang memporak-porandakan upaya pencapaian virtuositas Musik Klasik secara bertele-tele dan melelahkan. 

The Prodigy, effort, dan kompleksitas materi, itulah yang menjadikan pagelaran Musik Klasik bertiket mahal. Di gelar di ruang yang hampir selalu dilengkapi dengan dekoratif yang juga membuat orang takjub. Yang hadir pun, sebagian terbesarnya adalah mereka yang memiliki cita rasa, posisi sosial, dan tentu saja pundi-pundi, serta dompet yang tebal. 

Sunday, 1 March 2020

DIAKUI - by: Michael Gunadi | Staccato, March 2020

“DIAKUI”
By: Michael Gunadi
(STACCATO, March 2020)



STATUS “DIAKUI”
Jika anda sempat membaca sejarah musik, maka anda akan dengan mudah menemukan serangkaian paparan catatan sejarah. Yang menunjukkan, mendokumentasi, dan memaparkan ambisi dan keinginan manusia, untuk memperoleh status DIAKUI dalam bidang musik. Ayah Beethoven, sengaja memalsukan usia Beethoven. Menjadi lebih muda beberapa tahun. Agar dapat diakui sebagai “ANAK AJAIB” yang sebanding dengan ketenaran Mozart kala itu. 


Para Raja, bangsawan dan pejabat negara, di zaman Bach, di zaman Mozart, banyak yang berlomba-lomba mempelajari alat musik. Sekedar untuk memperoleh status “DIAKUI”. Kala itu, seseorang yang mendapat status DIAKUI dalam bidang seni, termasuk musik, dianggap memiliki cita rasa dan kehalusan budi yang rupawan. Dengan sendirinya, akhlak dan perangainya pun dianggap luhur. Muaranya adalah jenjang karir dan harta yang bergelimang. Hal semacam ini terus berlangsung. Bahkan menjadi lebih marak setelah revolusi industri. Saat instrumen musik, khususnya piano sudah menjadi sebuah sarana pokok dalam rumah tangga masyarakat kebanyakan.

Wednesday, 1 January 2020

SPEKULASI - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2020

“SPEKULASI”
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2020

Piano Battle

PERSAINGAN KETAT
Semua orang di dunia sekarang ini, hampir tanpa kecuali, tahu, mengerti dan paham, bahwa hidup dan kehidupan saat ini sangat sulit. Persaingan dan keadaan yang tak menentu dan tak dapat diperkirakan, menjadikan hidup dan kehidupan sangat sulit untuk bisa mendapatkan kelayakan secara ekonomis dan kualitatif. 

Dulu, jika anda masuk “dapur” rekaman, anda sudah menjadi artis top. Keadaan ekonomi anda akan melimpah ruah. Anda kaya, dan tentu saja kualitas hidup anda menjadi layak dan bahkan sangat layak. Jaman sekarang, “dapur” rekaman sudah dimiliki oleh hampir semua orang yang memiliki gadget. Semua orang bisa menjadi artis rekaman. 

Friday, 9 August 2019

THINK POLYPHONY, by: Michael Gunadi | Staccato, August 2019

“THINK POLYPHONY”
by: Michael Gunadi
(Staccato, Agustus 2019)



PENGANTAR POLIFONI
Sebetulnya Polifoni tidak hanya terdapat dalam musik. Banyak bidang yang juga mengenal polifoni. Namun, tak dapat dipungkiri, Polifoni dalam batasan musik, adalah yang paling lazim dan paling popular. Saat mendengar istilah Polifoni, beberapa diantara Anda yang pernah belajar musik, sedang belajar musik, suka dan bahkan cinta musik, khususnya Musik Klasik, akan langsung menyebut BACH. Dan memang, Johann Sebastian Bach adalah Raja Polifoni. Dengan puncak karyanya pada FUGUE. Bentuk komposisi polifoni yang ketat aturan, bahkan sangat normatif, namun tetap menyisakan ruang luas untuk kebebasan.


TEKSTUR POLIFONI
Sebelum kita menatap batasan istilah polifoni, terlebih dahulu kita tengok istilah TEKSTUR atau Texture. Dalam musik, pengertian tekstur sangat berbeda dengan misalnya pengertian tekstur pada seni lukis atau seni rupa. Tektur sebuah lukisan adalah permukaan lukisan itu. Semakin halus permukaannya, dikatakan bahwa tekstur lukisannya semakin halus. Yang berarti si pelukis sudah sangat mehir meramu dan menuangkan material lukisan. 

Begitu pun dengan seni rupa. Karya patung yang dikatakan baik, tentu adalah yang bertekstur halus. Berbeda dengan musik. Dalam ranah musik, tekstur bukan urusan halus tidaknya permukaan. Melainkan cara bagaimana unsur-unsur musik disusun dan dikombinasikan. Polifoni berbicara tentang tekstur. Polifoni adalah tekstur musik, dimana melodi, irama dan harmoni disusun sebagai sebuah entitas yang mandiri.

Thursday, 4 July 2019

LOVE STORY: "ASMARA DALAM MUSIK KLASIK" | by: Michael Gunadi (Staccato, July 2019)

“LOVE STORY: 
ASMARA DALAM MUSIK KLASIK”
by: Michael Gunadi
(Staccato, July 2019)


Sudah terlalu banyak ungkapan tentang cinta. Dari mulai “LOVE IS A MANY SPLENDORED THINGS” sampai pada cinta sebagai “THE NEVER ENDING STORY”. Tak ada habis nya bicara cinta. Tak ada bosannya bicara cinta. Bahkan karena terlampau sering cinta diperbincangkan, maknanya menjadi hampir seperti sepotong coklat semata. Bisa dipertukarkan. Bisa hanya sebagai pemanis dan bahkan bisa diperjualbelikan dengan sedemikian murahnya. 

Di lain pihak, ada musik. Seni bunyi yang acapkali dianggap sebagai kulminasi tertinggi umat manusia dalam hasrat estetisnya, termasuk tentang cinta. Dan musik pun menorehkan catatan tentang cinta. Bukan bertutur tentang cinta. Melainkan cinta yang dialami para komposer akbar. Ada yang akan membuat anda haru. Ada yang membuat anda berdecak. Namun ada pula yang akan membuat anda syok geleng-geleng kelapa, eh, kepala.


1. JOHANN SEBASTIAN BACH & ANNA MAGDALENA
Anna Magdalena adalah istri kedua dari Bach. Tak jelas bagaimana awal jumpanya. Tapi sering disebut bahwa Bach terpesona oleh kemampuan vocal Anna dan kemudian membimbingnya. Cinta guru murid bersemi. Bach menikahi Anna hanya beberapa bukan setelah istri pertamanya meninggal. Professor Martin Jarvis, pernah mengemukakan sebuah postulat. Bahwa Anna Magdalena lah malahan yang membuat banyak komposisi, dan BUKAN BACH. Namun postulat nya seperti hilang ditelan jaman. Malahan yang lebih dikenal adalah persembahan Bach bagi Anna Magdalena dalam buku Notenbuchlein für Anna Magdalena. Atau terkenal dengan Notebook Anna Magdalena.

Thursday, 31 May 2018

IRONIKAL - by: Michael Gunadi (Staccato, June 2018)

“IRONIKAL”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, June 2018)


MUSIK ITU PENTING NGGAK SIH?
Apakah dunia membutuhkan musik? Apakah manusia membutuhkan musik? Apakah KITA membutuhkan musik? Sungguh suatu pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Mengapa? Karena kita akan bertemu, berpapasan, bersinggungan, dan bahkan bertautan dengan hal-hal YANG IRONIS. Sebuah IRONIKAL.

Sudah sejak lama orang mendengang-dengungkan dan berteriak-teriak, bahwa dunia butuh musik. Manusia butuh musik. Kita semua butuh musik. Faktanya, beberapa negara bahkan sama sekali tak ada musik. Oleh karena satu dan lain hal, MUSIK DILARANG. Semua jenis musik dan bahkan bebunyian yang berkonotasi musik. (Dikarenakan sensitivitas materi, penulis tidak menyebut nama negara-negara tersebut). Namun Penulis yakin, para pembaca mampu menerka dengan benar. 


DUNIA TANPA MUSIK
Apakah masyarakat negara-negara tersebut hidup berantakan? Nggak tuh. Di negara-negara yang tidak memiliki musik, kehidupan pun tetap berlangsung. Orang tetap melakukan aktivitas dan vitalitasnya. Memang dalam sudut pandang yang “lebih bebas” dikatakan bahwa masyarakat di negara-negara yang tidak memiliki musik – tidak lagi manusiawi. Hidup mekanik bak robot ataupun bahkan mayat hidup. Stress, depresi, dan dicekam ketakutan. Benarkah demikian? Kita tidak tahu. Tapi yang jelas kehidupan di negarta tersebut berlangsung untuk menghidupi masyarakatnya. Sebuah IRONI. Klaim bahwa musik adalah bagian integral dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia, menemui anomalinya.

Wednesday, 1 November 2017

4 MITOS KELIRU TENTANG BACH - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2017)

“4 MITOS KELIRU TENTANG BACH”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2017


Johann Sebastian Bach, adalah salah satu komposer yang karya dan sosoknya tetap popular hingga hari ini. Tentunya, selain Beethoven dan Mozart. Popularitas Bach seolah abadi. Hal ini dikarenakan beberapa hal. Sebagian adalah fakta sejarah dan sebagian lagi adalah mitos. Sebelum kita menguak lebih dalam tentang Bach, ada baiknya kita mengerlingkan mata, untuk sejenak menatap fakta tentang mengapa Bach itu penting dan layak diperbincangkan.

FUGA: KARYA MONUMENTAL BACH
Semasa hidupnya, Bach adalah komposer yang mengarang banyak sekali lagu dan musik. Karya monumentalnya terletak pada kepiawaiannya mengolah nada dalam bentuk FUGA. Di zaman Baroque, periode semasa Bach hidup dan berkarya, FUGA merupakan kulminasi tertinggi bagi seni olah bunyi.


Dalam Fuga atau Fugue, seorang komposer dituntut sangat ketat pada aturan dan norma namun juga harus memiliki kreativitas luar biasa agar Fuga yang dikarangnya tidak menjadi membosankan dan kedodoran. Bach sangat piawai dalam hal ini. Bach juga adalah seorang jenius dalam teknis komposisi yang disebut counterpoint atau kontrapunkt. Dimana sebuah jalur bunyi akan dibarengi jalur bunyi lain dalam arah berlawanan (counter/kontra).

Wednesday, 1 March 2017

SECANGKIR KOPI & IDE KOMPOSISI - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2017)

“SECANGKIR KOPI & IDE KOMPOSISI”
PERJALANAN MENCARI ILHAM 
DALAM BERMAIN MUSIK DAN MENGKOMPOSISI
By: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2017


IDE DALAM BERMAIN MUSIK
Bermain musik itu membutuhkan ide. Dalam taraf tertentu, Anda tidak bisa lagi hanya memainkan berdasarkan partitur yang Anda baca. “Pokoknya main slamet nggak salah dari ujung ke ujung. Kelar deh!” Itu kalau Anda sedang bermain-main dengan musik. Jika Anda MEMAINKAN musik, Anda butuh ide. Musik apapun. Bahkan Musik Klasik, yang aturannya harus presisi, baku, kaku, dan sakelijk (kata orang Belanda) - masih membuka ruang untuk ide performansi.

Anda tetap butuh ide untuk pendekatan musikal atau musical approach. Anda butuh ide untuk membuat nuansa, agar musik yang Anda mainkan tidak beku dan terasa membosankan. Anda butuh ide agar yang mendengar dan mendengarkan musik Anda, mendapat sesuatu untuk setidaknya dibawa pulang.

Jika Anda main Musik Klasik di panggung, jelas lebih banyak lagi ide yang harus Anda cari, gali, permenungkan, dan renungkan. Sampai pakaian dalam pun sebetulnya butuh ide. Bagaimana pakaian dalam yang membuat Anda nyaman, percaya diri, dan mengangkat pamor penampilan Anda dalam memainkan Musik Klasik. Pertanyaannya: DARIMANA DATANGNYA IDE untuk hal sedemikian?


Friday, 1 March 2013

Mengenal Aspek Kompositoris dalam Transkripsi Musik BACH ( Bagian 2)

Mengenal Aspek Kompositoris dalam Transkripsi Musik BACH ( Bagian 2)

1,2 Polifoni yang Tersirat

Menurut Stanley Yates, istilah unaccompaniment atau tidak diiringi,yang menyertai beberapa karya Bach untuk string,adalah kurang tepat. Sebaliknya, karya-karya tersebut adalah sebuah self-accompaniment, dimana iringannya tertanam dalam satu baris "melodi" bersama dengan bagian "solo" secara pas. Bach menyiratkan hal ini dalam tekstur polifonik melalui tiga cara:

arpeggiation, lompatan melodi, akord multi-stopped.

Kesan polifoni bebas sering disediakan melalui arpeggiation (gambar 1):



Perhatikan dalam gambar 1.Bahwa meskipun teertulis sebagai alur tunggal melodi,namun dalam pelaksanaannya ( staff yg di bawah ) adalah berupa jalinan alur melodi dan iringannya.
Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, polifoni yang tersirat sebagaimana dalam gambar 1,akan dirasa lebih halus daripada arpeggiationyang sistematis ,sebagaimana yang terdapat dalam music dua jalur atau lebih.

Tekstur alur tunggal juga mampu menyiratkan sebuah lompatan melodi sebagaimana terdapat dalam gambar 2



Sebetulnya,hal semacam itu adalah bidang pekerjaan dan tugas dari arranger atau pentranskripsi, untuk menentukan lompatan yang dirasa memenuhi kaidah retoris (melodically ekspresif).Hasil akhirnya dapat berupa alur kompositoris yang :

melompat dan sekaligus menyiratkan polifoni (atau semacam dialog)
 
melompat harfiah yang dalam hal ini diwakili oleh suara rendah

Dalam contoh gambar 2, , staf  tengah mungkin merupakan solusi terbaik dalam  notasi - bagian Untuk polifoni tersirat dan retorika garis "solo" atau cantus firmus diserahkan kepada interpretasi dan jari dari pelaku (atau editor ).Itu yang sering dilakukan composer di seluruh dunia terhadap transkripsi karya Bach berupa unaccompaniment string(s) music.


Thursday, 28 February 2013

Mengenal Aspek Kompositoris dalam Transkripsi Musik BACH ( Bagian 1 )



Mengenal Aspek Kompositoris dalam Transkripsi Musik BACH (Bagian 1)




Pengantar
Musik String tanpa iringan karya JS Bach telah mengalami serangkaian transkripsi yang hampir secara terus menerus-. Proses transkripsi tersebut sebetulnya diprakarsai oleh Bach sendiri dan segera diikutioleh para lutenists dan pemain piano,sampai sekarang. Adaptasi lebih lebih mendalam untuk karya JS Bach juga terjadi pada abad kesembilan belas.Termasuk pada apa yang telah dilakukan orang-orang seperti Robert Schumann dan Felix Mendelsohn. Keduanya melakukan adaptasi untuk karya-karya biola,dan seringkali membuat juga score pengiringnya.Termasuk untuk karya solo biola dari Bach yakni Chaconne Violin in D-minor. Adaptasi Chaconne ini dalam versi Johannes Brahms diperuntukkan  piano,dan hanya untuk kiri saja.Pengadaptasian seperti apa yang telah dilakukan Brahms,diikuti oleh versi yang lebih baik- oleh Ferruccio Busoni, yang dapat tetap menampilkan nuansa asli Bach dalam lapisan tekstur yang pianistic. Pada awal abad 20 Leopald Godowsky meluncurkan edisi keyboard-nya dari Suites Cello Bach, namun dengan transkripsi yang "sangat bebas." Setelah itu, banyak transkripsi  muncul untuk hampir setiap instrumen, bahkan untuk orkestra penuh.

Selain menegaskan perjalanan panjang musik Bach, adaptasi dan transkripsi menunjukkan pula,bahwa terjadi tingkat perubahan yang diperlukan dalam rangka untuk sepenuhnya lebih memahami musik Bach,dalam konteks  instrumen harmonik yang dikenal. Namun, belum lama ini dalam literatur untuk gitar – ( yang mungkin lebih banyak dibandingkan instrumen lainnya ) – telah terjadi kecenderungan yang lebih ke arah penafsiran atau interpretasi ( Bukan sekedar transkripsi dan adaptasi semata ), dengan tetap menghormati isi catatan-dokumen asli Bach. Tidak diragukan lagi telah terdapat dua macam pendekatan, Satu pendekatan yang berasal dari inspirasi Bach sendiri. Dan satu lagi lebih bersifat penafsiran atau interpretasi.Yakni dengan meniru teknik kompositoris Bach.


1. Struktur musik String tanpa iringan JS Bach

1.1 Gaya Retoris
Dalam budaya Greco-Roman ( Romawi Yunani )dukenal prinsip=prinsip tentang  pidato dan retorika.Dalam proses komposisinya,music  Baroque terdiri dari perluasan ekspresif struktur kontrapungtal yang mendasarinya. Terdiri dari: Penemuan atau ide (inventio), Reealisasi bentuk dasar, Perluasan kerangka kontrapungtal (dispositio).

Pererluasan kerangka kontrapungtal dilakukan  dengan apa yang disebut sebagai figurasi retoris (sebagaimana layaknya orang mendekorasi), dan presentasi akhir dari komposisi tersebut akan selesai pada bagian yang disebut Pronunciato .

Dengan demikian sebetulnya dapatlah dikatakan bahwa proses retorika terletak di jantung pemahaman tentang gaya komposisi.
Pemunculan gaya retorika yang ekspresif, yang sering diistilahkan sebagai prattica seconda, berakar pada lagu penguburan Italia:Berupa paduan suara dalam alur yang diupayakan untuk ekspresif, tanpa pengiring. Sangat kontras jika dibandingkan dengan polifoni multi-bunyi yang rumit dari jasman Renaissance. Yang lazim diistilahkan sebagai prattica prima.

Adapun tujuan dari monodists (jalur bunyi tunggal ) adalah untuk menghasilkan sebuah musik yang paling ekspresif yang saat itu seringkali berpangkal tolak dari sebuah teks sastra . Hal sedemikian ini,menurut pemikiran yang berkembang saat itu, dirasakan dapat dicapai hanya melalui bunyi tunggal yang, dan iringan harmonik dianggap hanya mengganggu saja, 

Ada terbersit pula pemikiran saat itu untuk mengungkapkan isi emosional dari setiap kata yang dianggap ekspresif , dengan cara dinyanyikan . dari konsepsi pemikiran tersebut,kemudian  lahirlah sebuah kumpulan kosakata yang sifatnya ornamentik. improvisatif .Juga dikenal adanya figurasi retorika ekspresif yang dikenal para komposer hingga sekarang.

Pengaruh polifoni
jaman Renaissance (yakni prattica prima) ternyata tidak dapat bertahan .

Dan pada akrirnya, terjadi pertemuan kedua gaya komposisi ( Prattica Prima dan Prattica Secundo ) yang  memunculkan gaya yang sama sekali baru dalam penulisan music untuk vokal. 

Gaya baru hasil pertemuan kedua gaya tersebut ,dasarnya  terletak pada fungsi ganda dari alur melodi, yang sekarang berfungsi tidak hanya sebagai sikap retoris ekspresif, tetapi juga menjadi memungkinkan bagi  bagian suara tunggal yang akan dibangun untuk memberi kesan sebagai     pintu masuk “ bagi suara "kedua" dalam form dialog dengan suara "pertama." Musik string tanpa iringan karya JS Bach memiliki gaya retorika yang sedemikian itu.