Showing posts with label improvisation. Show all posts
Showing posts with label improvisation. Show all posts

Friday, 1 January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2021

SECANGKIR TIPS MENGORKESTRASI 
(Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja

Staccato, January 2021 



RESUME BAGIAN PERTAMA

Bagi yang tidak sempat mengikuti bagian ke-1, berikut adalah resumenya: 

 

Semesta pembicaraan kita adalah mengorkestrasi

  • Perbedaan antara mengaransir dan mengaransemen
  • Menentukan keperluan orkestrasinya
  • Kemudian ukuran besar orkestrasi, berkaitan dengan JENIS instrumennya
  • Bagaimana membuat ide musikal
  • Bagaimana membuat konsep musikal
  • Menentukan jalur bunyinya
  • Menentukan berapa instrumen dalam tiap jalur bunyi
  • Pengelompokkan instrumen berdasar warna bunyinya
  • Secara sederhana, ini adalah pekerjaan BALANCE AND BLENDING

Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.

Saturday, 5 December 2015

"JAZZ STARTER KIT" - by: Michael Gunadi Widjaja

"JAZZ STARTER KIT"
by: Michael Gunadi Widjaja



BELAJAR JAZZ: HARUS MULAI DARIMANA?
Dari napak tilas Jazz yang panjang, ada seuntai tali ungu yang senantiasa menarik ditarik dan diulur. Bahwa keterlibatan orang kulit putih lah yang menyebabkan Jazz dapat dipelajari dengan metode yang akademik. Pianis, trompetis, saxophonis, dan -is -is Jazz legendaris, tidak pernah menyamakan persepsi secara literer seperti anggota orkestra Musik Klasik. 

Mereka, para jazzer legendaris ini bermain Jazz bagaikan MENGOBROL dengan topik obrolan yang bagai di kedai kopi. Bahasa yang dipergunakan kadang berbeda. “Lho kok bisa ngobrol dengan bahasa berbeda??!!” Bisa, sangat bisa karena ada kesamaan PASSION. Hal sedemikian tadi oleh pemusik Ras Eropa diselidiki, kemudian dipelajari, lantas kemudian diolah dan hasilnya adalah metoda belajar Jazz seperti yang kita kenal sekarang di seantero dunia, tentu termasuk di tanah air kita. 

Jadi dengan demikian, apa bisa dikatakan bahwa jaman sekarang orang bisa belajar Jazz? Jawabannya YA. Persoalannya adalah: Cara belajar macam apa yang tersedia sekarang ini? Itulah yang dimaksud dengan JAZZ STARTER KIT.

Thursday, 5 November 2015

"THE POWER OF CHORD" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, November 2015)

"THE POWER OF CHORD"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2015


DEFINISI AKOR
Satu hal yang sulit dipisahkan dari keberadaan dan perkembangan musik adalah CHORD atau AKOR. Secara sederhana CHORD adalah dua buah bunyi atau lebih yang dibunyikan bersamaan. Meski bisa juga sebuah akor dibunyikan secara arpegiated way atau “dipecah”. Dalam musik bertonalitas yang berbudaya barat, akor yang paling lazim hadir dalam bentuk TRIAD. Dari situlah kita mengenal akor mayor, minor, diminished dan augmented. Yang seiring berjalannya peradabanakan mendapat varian-varian dan derivat-derivat yang ada kalanya sangat rumit.

Akor menentukan apa yang dikenal sebagai unsur harmoni pada musik. Dalam harmoni inilah musik diperkaya nuansanya. Berbagai adukan dan adonan rasa dalam musik akan semakin kaya dengan harmoni. Jadi dapatlah dikatakan bahwa akor memiliki kekuatan dan atau kemampuan. Itulah THE POWER OF CHORD. Kemampuan atau kekuatan akor akan semakin nyata jika ia berada dalam keadaan “bergerak”. Dengan demikian, kita mengenal pergerakan akor atau dalam istilah teknisnya adalah CHORD PROGRESSION.

Tuesday, 6 October 2015

"JAZZ RASA INDONESIA" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, October 2015)

"JAZZ RASA INDONESIA"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2015


BUT FIRST, IT’S COFFEE TIME!
Terlebih dahulu saya awali paparan ini dengan sekelumit cerita tentang KOPI. Yang pertama kali mengenal biji kopi adalah orang-orang dari Ethiopia Afrika. Kemudian dengan berjalannya waktu dan peradaban manusia, kopi menjadi minuman olahan yang digemari di lebih dari 70 negara dan bangsa. Bukan saja digemari, kopi malahan sekarang ini menjadi salah satu ciri dari peradaban budaya suatu bangsa. 

Orang Italia sangat berbangga dengan seni kopi cappuccino. Orang Amerika sangat girang dengan gaya sajian kopi gaya Amerika atau lebih dikenal sebagai americano. Penduduk Jazirah Arab juga mendapat banyak perhatian dunia dengan produk kopi Arabica. Sementara Brazil dan Costa Rica tersenyum puas dengan kopi nya yang memiliki keasaman tinggi. 

Di Indonesia pun, ada beberapa sajian dan jenis biji kopi yang ditaruh respek banyak bangsa. Kopi Aceh dengan aroma rasa dan teknik penyajian yang khas. Papua yang rasa kopinya fruity serta Mandailing dan Gayo. Negara yang baru kelar berperang seperti Vietnam pun mereguk manfaat dengan cara penyajian kopi alla Vietnam dengan poci dan gelas plus filter yang menyatu.


JAZZ = KOPI
Jazz sepertinya identik dengan kopi. Berasal dari sebuah asimilasi kultur Afrika Eropa, Jazz berkembang menjadi salah satu bagian integral budaya musikal suatu bangsa. Orang mengenal Ahmad Jamal, pianis Jazz yang menawarkan Jazz rasa Timur Tengah. Antonio Carlos Jobim dan Luis Bonfa serta Mango Santamaria dengan Jazz rasa Latin Amerika Selatan. Makato Ozone yang membuat ramuan Jazz dengan etnik Jepang, serta masih banyak lagi. 

Friday, 3 July 2015

"TENSI DALAM MUSIK JAZZ" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, July 2015)

"TENSI DALAM MUSIK JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, July 2015


DEFINISI TENSION (TENSI)
Perkataan “tensi“ bagi kebanyakan orang, selalu dihubungkan dengan istilah TEKANAN DARAH dalam ranah medis. Orang akan kebingungan dan seperti kebakaran jenggot jika tahu bahwa “tensi” nya mendadak naik. Kata “tensi“ juga kerapkali dipertautkan sebagai padanan istilah tegangan. Simak misalnya ungkapan berikut ini: “Wah rapat tadi ‘tensi’ nya tinggi. Semua yang hadir wajahnya berkerut dan cemberut.” Dalam ranah musik pun dikenal istilah TENSI atau TENSION. Pengertian radikalnya tentu tidak sama dengan ranah medis dan ranah keseharian, namun esensi muatannya agaknya bisa menjadi sama.

TENSI DALAM MUSIK JAZZ
Dalam artikel kali ini, kita akan menelisik makna TENSI dalam Musik Jazz. Terlebih dahulu mari kita simak sedikit paparan situasi berikut ini: Salah satu yang menarik – jika memang ada yang tertarik, untuk orang belajar Jazz adalah karena akornya yang “tidak biasa.” Dalam bahasa slang ala musisi, akor dengan karakter seperti itu lazim dicelotehkan sebagai “Akor MIRING.“ Dalam ranah musik teori, karakter akor demikian, diberi istilah sebagai AKOR DISSONAN

Thursday, 4 June 2015

SEKILAS TELISIK PENTATONIK (Bagian Ke-2) - by: Michael Gunadi Widjaja

 "SEKILAS TELISIK PENTATONIK" (Bagian Ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, Juni 2015


Kita sudah membicarakan tentang asal muasal adanya tangga nada pentatonik, pada bagian ke-1. Kita juga sudah menelisik tangganada pentatonik MAYOR. Dalam bagian ke-2 ini akan dibicarakan secara agak lebih khusus tentang TANGGANADA PENTATONIK MINOR. Pentatonik Minor saya anggap cukup signifikan dan relevan dibicarakan secara khusus, mengingat pertaliannya yang sangat erat dengan Tangganada BLUES, yang adalah salah satu cikal bakal aplikasi tangganada dan modus tangganada dalam Musik Jazz Modern.

RELASI TANGGANADA MAYOR PENTATONIK & MINOR PENTATONIK
Dalam ranah musik teori, sering dinyatakan bahwa TANGGANADA MINOR PENTATONIK ADALAH MODUS DARI TANGGANADA MAYOR PENTATONIK. Apa maksudnya??? Yakni bahwa baik minor maupun Mayor Pentatonik, keduanya memiliki KANDUNGAN NADA-NADA YANG SAMA. yang berbeda adalah POROSNYA. Sehingga, meski nada-nadanya sama, namun jika porosnya berbeda, akan menghasilkan nuansa atau impresi atau rasa atau kesan musikal yang jelas sekali berbeda.

Sunday, 3 May 2015

"SEKILAS TELISIK PENTATONIK" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, Mei 2015)

"SEKILAS TELISIK PENTATONIK" (Bagian I)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, Mei 2015


MODUS DALAM MUSIK JAZZ
Dalam dua edisi, sudah dijabarkan tentang MODUS. Pengertian Modus tersebut sekaligus memberi makna baru pada lanskap tentang Musik Jazz. Jazz tidak lagi dan tidak hanya dipandang sebagai musik dengan tonalitas atau poros nada tertentu. Melainkan, dalam Jazz, semua nada dalam sebuah tangganada dapat menjadi poros tangganada baru. Dengan kata lain, Jazz bukan Musik Tonal semata, melainkan juga sebuah alur komposisi musik MODAL

Sudah dijabarkan juga aplikasi tangganada Modal atau Modes sebagai materi dalam komposisi dan terutama dalam improvisasi Jazz. Yang dalam esensinya mengedepankan pentingnya tangganada sebagai sebuah bahan pokok untuk membangun alur harmoni dan sebagai materi "bahasa" saat “berdialog" dalam sesi improvisasi. Selain modes atau modus tangganada yang asalnya dari Yunani, ranah Jazz mengenal pula TANGGANADA PENTATONIK. Berikut kita akan menelisik selayang pandang agar setidaknya dapat ditangkap secercah pengetahuan untuk makin lengkapnya materi improvisasi Anda.

Saturday, 4 April 2015

"MODUS" (Bagian ke-2) - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, April 2015)

"MODUS" (Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, April 2015



Pada bagian yang pertama telah diuraikan sejarah dan pengertian Modus atau Modes per definisi. Juga telah diketengahkan beberapa contoh aplikasi modus tangganada dalam beberapa komposisi musik. Dalam bagian ke-2 ini, akan diuraikan bagaimana semua kerumitan dan keruwetan tersebut dipakai dalam komposisi dan improvisasi Musik Jazz.

KONSEP MODUS DALAM JAZZ
Sebelum kita berbicara lebih lanjut, ada beberapa hal yang mestinya sangat perlu dipahami terlebih dahulu, seputar penggunaan modus dalam Musik Jazz. Bahwa Modus dalam Jazz adalah sebuah KONSEP. Konsep yang adalah cara berpikir para pemusik Jazz dalam berkarya, baik dalam mengkomposisi musik maupun berimprovisasi. Jadi sebetulnya, Modus adalah elemen Jazz dan bukan esensi dari Jazz itu sendiri. Para musikolog mengkonsepsikan Modus dalam Jazz lebih sebagai sebuah analisa. Agar pemusik yang oleh takdirnya tidak terlahir dalam alam Jazz asli, tetap dapat berekspresi dalam nuansa Jazz yang sejati.

Wednesday, 11 September 2013

"RASA BALI AROMA AMERIKA" - by: Michael Gunadi Widjaja

"RASA BALI, AROMA AMERIKA"
by: Michael Gunadi Widjaja


Tak diragukan lagi jika pulau Bali adalah primadona dalam pariwisata Indonesia. Bali memang sarat unsur pendukung industri pariwisata. Dari mulai alamnya, adat istiadat hingga rupa-rupa hasil seni. Tak heran jika beberapa dekade silam. Bali malahan lebih populer dibanding Indonesia. Tentu kita belum lupa akan pertanyaan semacam: “Indonesia itu sebelah mananya Bali?” Pertanyaan yang mungkin menggelikan namun sempat populer dan memang demikianlah Bali - pesona eksotisme pada sebuah pulau Dewata.

Diantara sekian banyak pesona Bali, tentu salah satunya adalah hasil seni budaya. Seni tari, seni kriya, seni arsitektur tradisional, dan tentu saja GAMELAN BALI. Gamelan Bali adalah satu orkestra terpopuler di dunia. Bergandeng tangan dengan Javanese Gamelan. Jika kita sempat berkunjung ke Amerika Serikat, tidaklah sulit bagi kita untuk menemukan fakta bahwa gamelan Jawa dan Bali memiliki popularitas yang luar biasa dibanding musik tradisionil India, Cina, Jepang, Korea, dan kawasan Timur Tengah. Banyak faktor yang menjadikan gamelan Bali dan Jawa demikian populer di USA. Yang jelas adalah karena gamelan Bali dan Jawa memiliki keunikan, eksotisme, dan bahkan erotisme yang agung dan khas.

Tuesday, 9 July 2013

"JAZZ LICKS" Artikel Staccato Juli 2013

“JAZZ LICKS”

Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel STACCATO, Juli 2013


DEFINISI JAZZ LICKS
Jazz kita kali ini akan menengok, dan syukur kalau mungkin, menatap tentang JAZZ LICKS. Jazz Licks bukan berarti dua kata yang disambung. Jadi sama sekali bukan lick yang diartikan sebagai “menjilat”. Jazz licks adalah sebuah istilah. Istilah Licks itu sendiri adalah terminologi yang terdapat dalam ranah Musik Popular atau Pop. Licks dimaknai sebagai:

A lick is "a stock pattern or phrase" consisting of a short series of notes
that is used in solos and melodic lines and accompaniment.
Licks in Rock ‘n Roll are often used through a formula,
and variations technique in which variants of simple,
stock ideas are blended and developed during the solo.
 - DR. Hugo Riemann -


Wednesday, 6 February 2013

"Gimana Sih Caranya Biar Bisa Improvisasi?" - Artikel Staccato Februari 2013


“GIMANA SIH CARANYA 
BIAR BISA IMPROVISASI???”
Artikel Staccato Februari 2013 
Oleh: Michael Gunadi Widjaja


Improvisasi dapatlah dikatakan sebagai jiwa musik Jazz dan unsur spontanitas dalam improvisasi Jazz, adalah hal yang paling banyak diminati, sekaligus menarik perhatian. Terutama bagi siswa musik yang sedang hangat-hangatnya mencapai grade intermediate

Yang menjadikan unsur spontanitas dalam improvisasi menjadi menarik adalah kekaguman. Kekaguman terhadap,bagaimana mungkin lagu seperti BURUNG KAKATUA diolah dan dibelok-belok dengan tingkat virtuositas yang tinggi. 

Berbagai cara dan metode sebetulnya sudah diperkenalkan, ditelaah dan dikaji seputar cara berimprovisasi. Mark Levine misalnya. Dalam visi pengajarannya, Mark Levine menjadikan ranah improvisasi sebagai bidang telaah sebagaimana ilmu kontrapunkt dalam musik Klasik. Kemudian terdapat juga pengajaran dari para master Jazz, yang lebih menekankan pada kepekaan instingtif seputar rasa. Yang diperoleh dengan cara mendengar dan mendegarkan seaktif dan seinteraktif mungkin.


Hal yang nampaknya paling masuk akal dan pas untuk ditengarai lebih lanjut adalah “nasehat” dari Billy Taylor. Billy Taylor adalah pianis Jazz legendaris. Pada esensinya, nasehat Billy Taylor berbunyi begini: 

“Berimprovisasi sama halnya dengan mengemukakan gagasan dan pikiran kita 
dengan menggunakan kata-kata. 

Seorang improvisatoris Jazz yang baik adalah sama dengan seorang ahli pidato. 
Dia tidak hanya harus paham betul makna kata, 
tetapi harus juga paham betul dalam situasi yang bagaimanakah 
kata tersebut harus dimunculkan…. 

Demikian juga dengan nada-nada musikal yang dipergunakan dalam improvisasi”. 

Lebih lanjut, Billy Taylor mengemukakan tips, bagaimana secara praktis kita mengolah rasa dalam improvisasi. Tentang apa yang dapat dilakukan pada sebuah frase yang akan di improvisasi. 
  • Mengubah pola ritmik frase 
  • Mengubah harmoni 
  • Mengubah dan mengembangkan melodi 


Tentu saja dalam kenyataannya tidaklah semudah itu. Meski nasehat Billy Taylor tetap dapat dikatakan praktis, pas, dan masuk akal. Hal pertama yang harus dipahami jika akan memulai belajar improvisasi Jazz adalah skill level kita. Sangat disarankan agar setidaknya kita berada dalam grade 5 versi ABRSM. Logikanya begini: Jika kita sudah di grade 5, diandaikan semua hambatan teknis bermain instrument dapat dieksplor mandiri. Sebab bagaimanapun, improvisasi sangat menuntut teknik permainan instrument. 

Hal lainnya adalah kita mesti memiliki pemahaman tentang sejarah Jazz. Termasuk referensi permainan dan licks dari para master Jazz. Hal ini sama dengan ahli pidato yang harus membaca banyak buku agar muncul ide tentang apa yang harus dia katakan di depan khalayak. 

Pengetahuan seputar Harmoni dan Progressinya juga merupakan dasar belajar improvisasi Jazz. Agar tidak terlalu lama dan tidak bosan, kita bisa memulai hal yang sederhana, yakni pemahaman akan akor dasar: MAYOR, MINOR, DOMINANT, HALF-DIMINISHED. Dalam music Jazz, bentuk dasar akor semacam ini dikembangkan lagi.Misalnya dengan perluasan menjadi akor SEPTIM. Jadi misalnya kita bermain dalam kunci nada C, kita akan mendapati rangkaian akor sebagai berikut: 

CMaj7 - Dmin7  - Emin7 - FMaj7 - G7 - Amin7 - Bmin7(-5) - CMaj7 

Akord-akord tersebut bisa dibunyikan dalam 12 kunci nada, sambil kita cermati karakter bunyinya. 

Setelah kita akrab dengan bunyi dan karakter bunyi dari akor-akor septim dalam 12 kunci, kita akan mulai berlatih dengan progresi atau gerakan akor. Progresi yang paling terkenal adalah progresi II – V – I 
  • Untuk kunci nada C Mayor, kita dapati: Dmin7 - G7 - CMaj7 
  • Untuk kunci nada G Mayor, kita dapati: Amin7 - D7 - GMaj7 
  • dan seterusnya dalam 12 kunci nada. 
Persoalan kita sekarang adalah bagaimana mengisi melodi pada progresi akor kita. Bisa dilihat pada contoh yang telah saya siapkan: 



Jika kita perhatikan, melodi yang muncul tidaklah semuanya melulu hanya nada pembentuk akord CMaj7. Terdapat juga nada D-sharp dan D-flat dan bahkan F-sharp. Fungsi nada-nada tersebut adalah sebagai “jembatan” untuk memuluskan alur progresi, juga memperkuat sifat progresif akord tersebut. Misal akord CMaj7 dengan penambahan nada D akan menjadi CMaj7(9)


Sekarang mari kita cermati contoh berikut yang sudah saya persiapkan untuk Anda, sbb: 


Terlihat dalam contoh bahwa telah dibangun sebuah pola ritmik baru. Dalam hal ini saya mengacu pada penggunaan TRIPLET. Jika dicermati, nada-nada dalam contoh ke-2 adalah pengembangan saja dari contoh yang pertama. 

Dalam prakteknya tentu semua itu tidaklah sederhana. Namun setidaknya kita sekarang sedikit dibekali akan apa yang akan kita hadapi dan bagaimana sikap kita untuk dapat belajar improvisasi Jazz dengan pas.


Saturday, 7 July 2012

"IMPRO" - Artikel STACCATO Juli 2012

"IMPRO"
Artikel STACCATO Juli 2012
Oleh: Michael Gunadi Widjaja

 

Oleh: Michael Gunadi Widjaja

Saat orang mendengar pieces Jazz, tanpa harus mengadakan penelaahan yang rumit, langsung dapat dikenali bahwa saat itu sedang dikumandangkan pieces Jazz. Lalu apa sebetulnya yang secara instingtif membuat orang langsung mengenali sebuah performance sebagai Jazz?

Beberapa orang mengatakan bahwa “akor miring” (disonan) lah yang menjadikan Jazz spontan dapat dikenali. Anggapan ini tak sepenuhnya tepat. Jaman Dixieland dan juga masa-masa Louis Armstrong, Jazz hadir nyaris tanpa harmoni disonan. Toh tetap saja orang gampang mengenalinya sebagai Jazz. Ada lagi yang berujar bahwa sinkopasi lah yang menjadikan Jazz spontan dikenali - anggapan ini dalam beberapa konteks juga tidaklah pas. Sebab sinkopasi bukan monopoli dan bukan ciri monopolis Jazz. Musik etnik bahkan seperti Jathilan Jawa Tengah pun mengeksplorasi sinkop.


Dalam ranah studi musik dikatakan bahwa jiwa Jazz adalah improvisasi. Pernyataan ini memang benar, namun persoalannya adalah improvisasi yang bagaimana yang merupakan jiwa sekaligus ciri utama musik Jazz. Sebab jangan sampai terlupa, di era J.S Bach pun improvisasi sudah sedemikian maraknya. Menarik untuk diungkap sampai seberapa dalam peran improvisasi bagi identitas Jazz. Karena setidaknya, permenungan mengenai hal tersebut dapat menyemburatkan pemaknaan yang lebih dalam esensinya tentang keberadaan Jazz itu sendiri.

Improvisasi, sering disebut sebagai IMPRO saja. Saat saya berguru pada almarhum Jack Lesmana, beliau dengan arif memberi pengantar pada pelajaran impro dengan berkata sebagai berikut: “Michael, perlu kamu pahami: nada-nada dalam komposisi musik bisa lahir dalam hitungan menit, jam, hari, minggu, bulan - bahkan bertahun-tahun. Tapi nada-nada dalam impro, hanya lahir dalam seper sekian detik saja. Bahkan seringkali nada-nada tersebut hadir sebelum otak sempat bekerja…”

 
Secara sederhana, impro dalam Jazz sama lazimnya dengan impro dalam genre musik lainnya: mengandalkan olahan rasa dan spontanitas. Tentu saja ada satu faktor yang sangat menentukan bagi lahirnya sebuah impro, yakni TEKNIK INSTRUMENTASI. Tanpa teknik bermain yang mumpuni, apa yang bisa dibuat untuk berimprovisasi. Itulah mengapa pelajaran Jazz piano atau Jazz gitar pada tahap awal, tak ubahnya seperti pelajaran musik klasik pada umumnya. Karena dasar teknik sangat menentukan agar orang bisa berimprovisasi secara “baik”. ”Baik” dalam artian sejalan senada seirama dengan passion-nya.

Impro dalam Jazz dalam esensinya adalah to improve the theme phrase atau meningkatkan frase temanya. Dan tentu, upaya peningkatan ini dilakukan secara spontan. Belakangan banyak beredar buku-buku yang memuat pieces Jazz namun tanpa impro atau impro nya sudah sekalian dituliskan. Seperti Jazz piano oleh Mike Cornick, Pauline Hall dan, Robert D.Vandall. Jadi impro dilakukan tak spontan lagi. Fenomena ini dilakukan juga oleh maestro seperti Daniel Barenboim. Ranah studi musik menyebut fenomena ini sebagai JAZZ LITERER atau Jazz yang di “tulis”.


Impro dalam Jazz memiliki gaya dan musical approach tersendiri dan sangat khas. Menjadi menarik saat kita menengok ke belakang sejenak saat awal-awal Jazz menyatakan kelahirannya.Pianis Jazz masa awal, seperti Art Tatum bukanlah seorang yang mengenyam pendidikan akademik dalam musik. Secara naluri dan instingtif Art Tatum memainkan frase melodi dengan menggabungkan identitas kulturalnya. Hal ini menarik bagi para musikolog, antara lain Benny Goodman - sang master Jazz klarinet. Orang-orang seperti Benny Goodman mencoba mengungkap “rahasia”. Apa yang menjadikan alur melodi yang dimainkan pianis seperti Art Tatum dapat begitu unik dan sungguh orisinil.

Hasilnya adalah sebuah studi. Bahwa senantiasa ada unsur improvisasi dalam alur frase melodi Jazz dan ragam improvisasi ini ternyata merujuk pada CHURCH MODE atau tangga nada Gereja Roma Katolik kuno. Tangga nadanya sendiri dikenal sebagai Tangganada Gregorian. Untuk menghormati Paus Gregorius yang mengumpulkan tangga nada-tangga nada dalam modus yang sebetulnya adalah native culture atau budaya asli orang Yunani. Berbeda dengan tangga nada Mayor dan Minor yang berporos sentral, dalam tangga nada Gregorian, semua nada dapat menjadi poros bagi tangganada baru. Ada tujuh mode dalam tangga nada Gregorian, sbb:

CHURCH MODES

MODE
NAMA
NADA



I
Ionian
C  D  E  F  G  A  B  C
II
Dorian
D  E  F  G  A  B  C  D
III
Phrygian
E  F  G  A  B  C  D  E
IV
Lydian
F  G  A  B  C  D  E  F
V
Mixolydian
G  A  B  C  D  E  F  G
VI
Aeolian
A  B  C  D  E  F  G  A
VII
Locrian
B  C  D  E  F  G  A  B




Modus tersebut adalah bahan baku bagi impro. Namun persoalannya adalah bagaimana modus-modus tersebut diinteraksikan dengan tata harmoni yang juga memiliki aturannya tersendiri. Tentang tata harmoni dalam hubungannya dengan impro(visasi), pernah ada joke begini: Kalau misalnya, pianonya membunyikan chord C, trus gitarnya membunyikan chord G dalam waktu yang bersamaan, mungkin apa tidak ya? Orang yang skeptis pasti langsung teriak-teriak kebakaran jenggot ”GILA!!! YA TIDAK MUNGKIN DONG !!! KAN FALS tuh”. Dalam Jazz hal tersebut sangat mungkin dan malah bagus, sebab akor C dan G jika berbunyi bersamaan akan menghasilkan akor CMaj7(9).

Sepintas, impro dan konteksnya nampak sangat rumit. Dan kesemuanya itu harus dilakukan dalam sebuah kesesaatan in the real time and spontaneos. Untuk mencapai hal ini, tidak ada jalan lain selain sublim menjadi Jazz. Dan.ini membutuhkan waktu, proses, dan jam terbang yang tinggi. Pada hakekatnya, Jazz menawarkan sebuah ekstase rasa dalam ranah spontan yang tetap terukur.

PSEUDO IMPROVISASI PADA CHOROS VILLA LOBOS


PSEUDO IMPROVISASI PADA CHOROS VILLA LOBOS

Choros dalam makna musical dapatlah dikatakan sebagai music jalanan atau street music, yang juga menjadi bagian integral budaya folkloric masyarakat Brazil.Performansi Choros dalam konteks budayanya,sarat dengan improvisasi.

Musik klasik,secara lebih spesifik adalah citar klasik,sangat akrab dengan choros,terutama melalui komposisi dari Hector Villa Lobos.Yang paling terkenal dan hamper menjadi standar gitaris papan atas adalah CHOROS No. 1.

Choros No.1 terdiri dari 3 movement.Yang masing masing movement berbeda dalam kunci nada dan gramatik musikalnya.Musical formnya adalah A – B – A - C – A.Jika dicermati,hampir tak ada peluang dan sama sekali tak ada kerangka untuk berimprovisasi.Tentu jika yang diartikan improvisasi adalah sebagaimana dalam music jazz.Choros Villa Lobos sama sekali tak membuka keleluasaan ruang untuk improvisasi macam itu.Apalagi akar dari lanskap kompositorisnya adalah klasik modern.Jadi jelas konsep improvisasi TIDAK dipandang sebagai olahan kebebasan menguangkap rasa dalam kesesaatan

Lalu bagaimana dengan batasan Choros sebagai street music yang mestinya sarat improvisasi.Beberapa interpretator Villa Lobos melakukan apa yang pas disebut sebagai PSEUDO IMPROVISASI yakni improvisasi “semu”.Improvisasi ini berupa olah rasa dengan menyajikan “perubahan” kecil yang tidak merubah thema namun member nuansa yang sangat beragam.Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dua buah video dari para interpretator Villa Lobos.

Yang pertama adalah  TURIBIO SANTOS.Di tangan Turibio Santos,Choros No 1 diimprovisasi dengan ritmik cepat dan musical approach yang klasikal.Musical form juga tidak dimainkan sebagaimana lazimnya,yakni bagian A tidak dimainkan lagi setelah B dan C.Turibio santos juga menambahkan Orchestra section di awal movement A meski hanya secuil saja.pada Movement 3 (bagian C),Turibio melakukan kontras dinamika dan gradasi tempo yang sangat mencolok,sehingga member nuansa yang berbeda dengan dua movement sebelumnya.

http://youtu.be/lqnVCIzyVEU

Video kedua adalah Alvaro Pierri.Alvaro Pierri memainkan Choros No 1 dengan pendekatan musical yang sangat jazz.Persisnya adalah sangat bossa nova.Manis,mendayu,manja dan romantic.Nada B E G yang diberi fermata dan mestinya dimainkan dengan luas,benar-benar dilanggar oleh Alvaro Pierri.Dan nampaknya ini adalah salah satu wujud dari pseudo improvisasi.Pada penghujung permainan,bagian A setelah repetisi,mendadak berubah tempo menjadi cepat ganas namun tetap solid dan passionate.


Choros dari Villa Lobos menyemburatkan satu makna bagi kita bahwa ada bentuk lain dari improvisasi selain yang lazim kita nikmati dalam music jazz.pseuso improvisasi (istilah saya) yang meski tak banyak bicara namun tetap menyiratkan nuansa makna yang dalam.