Showing posts with label guitar. Show all posts
Showing posts with label guitar. Show all posts

Monday, 30 September 2024

KUSUT - by: Michael Gunadi | Staccato, October 2024

KUSUT

By: Michael Gunadi

Staccato, October 2024



Jika kita mau sedikit menaruh perhatian pada keadaan sekarang, tentu kita akan menyadari bahwa banyak, bahkan terbilang sangat banyak hal-hal KUSUT dalam ranah musik. Di segala sektornya. Baik pertunjukan, apresiasi, pembelajaran dan pendidikan musik sampai pada dokumentasi musik. Kusut. Penyebabnya macam macam dan mengurat akar sehingga memang kusut nyaris tak terurai. Beberapa orang yang mencoba peduli dengan keberadaan musik, tentu saja sudah berupaya dengan bercucuran keringat, menipiskan pundi-pundi dan bahkan tersok seok untuk mencoba mengurai kusutnya musik. Tak hanya Indonesia, namun merata di seluruh dunia. Apakah keadaan kusut ini mengganggu keberadaan musik? Begini. Orang berpikiran kusut tetap dapat berpikir. Orang muka kusut tetap bisa dapat jodoh. Persoalannya, yang seperti apakah yang didapat dengan kusutnya itu.

 

Di kota besar seperti Jakarta, pembelajaran musik sebetulnya kusut dan bahkan sangat kusut. Anak dan remaja kota besar seperti Jakarta, nyaris tak memiliki waktu untuk belajar musik. Jikapun masih ada yang les musik, mereka melakukan pengorbanan yang sesungguhnya luar biasa dan tentu layak diacungi jempol. Jadwal sekolahnya sendiri sudah tergolong padat. Ambil contoh saja SMA. Di seluruh Indonesia, siswa SMA itu bersekolah dari Senin sampai Jumat mulai jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Kapan dia bisa les musik?! Lhoooo kan Sabtu mereka libur, Pak... Eit jangan salah. Sabtu mereka full. Proyek kurikuler sekolah. Plus Bhakti sosial. Mulai dari acara bikin tugas film pendek sampai kegiatan keagamaan. Minggu? Hahaha. Satu-satunya hari untuk acara keluarga. 

Thursday, 1 August 2024

MISKIN - by: Michael Gunadi | Staccato, August 2024

MISKIN
By: Michael Gunadi 
Staccato, August 2024


Jika kita mau jujur, dan melepaskan diri dari segala syakwasangka, harus kita akui bahwa Gitar Klasik adalah instrunen yang sering dianggap miskin. Tapi, jangan khawatur. Artikel ini tidak bercerita tentang gitar klasik. Hanya sepintas lintas kilas saja. Anggapan bahwa Gitar Klasik adalah miskin maupun ”miskin” (dalam tanda petik). Dapat dengan mudah kita amati pada institusi semacam Sekolah Musik dan/atau kursus-kursus musik. Tak dapat dipungkiri, Piano adalah instrumen musik yang paling digemari. Perbandingan siswa Piano dan Gitar Klasik dalam satu institusi pembelajaran musik, sangat menyolak. Siswa Gitar Klasik hampir tak pernah mencapai 10% dari jumlah siswa piano. Dan ini terjadi bukan saja di Indonesia.

 

Dan memang, rasa atau kesan miskin itu nampak jelas ketika kita menghadiri Konser Gitar Klasik. Satu panggung yang luas. Kemudian muncul seseorang menjinjing Gitar Klasik dan duduk. Ia nampak sangat kecil dan mini dibanding luasnya panggung Konser pada umumnya. Kesan miskin tersebut diperkuat dengan misalnya, Sang Gitaris sudah uzur, berjalan gontai, sedikit terbatuk batuk. Meskipun mainnya jago seperti Dewa Gitar Angkasa, tetap saja kesan miskin itu ada. Dan rupanya, sudah sejak dahulu, Gitar Klasik dianggap miskin. 

Sunday, 26 April 2020

FINGERSTYLE, by: Michael Gunadi | Staccato, May 2020

FINGERSTYLE
by: Michael Gunadi
(Staccato, May 2020) 


GITAR KLASIK VS GITAR NON KLASIK
Sejak dulu, bahkan saat gitar akustik diperkenalkan di bumi persada nusantara tercinta, jaman WR Supratman masih main Jazz, orang membagi sajian menjadi hanya dua macam, yaitu KLASIK DAN NON KLASIKPembagian tersebut terus bertahan, bahkan ketika di tanah air sudah muncul Band dengan gitar listrik, pembagian seperti itu masih saja dilakukan. 

Festival gitar dan kompetisi gitar juga menggunakan pembagian semacam itu. Oh si anu itu Juara bagian Klasik. Ohhh si itu tuh yang kribo, juara bagian Non Klasik. Pada waktu itu, yang digolongkan ke dalam sajian gitar Non Klasik itu mulai dari Pop, Jazz, bahkan Flamenco. Dan sampai tahun 2000 orang menerima dan tidak ada yang ribut dengan pembagian semacam itu. Barulah pada 2000 kemari, orang mulai tidak lagi menggunakan pembagian Klasik dan Non Klasik untuk sajian gitar akustik. 

ONE GUITAR SHOW
Lho?! Kenapa?! Karena sejak era tahun 2000 kemari berkembang sebuah teknik sajian baru. Yakni apa yang dikenal sebagai PERCUSSION GITAR. Yakni cara main gitar, terutama gitar berdawai metal, non nylon, dengan cara memukul mukul, menempeleng body gitar untuk mendapatkan efek, nuansa, dan bahkan ilusi bunyi perkusi. 

Tuesday, 31 March 2020

DOWN - by: Michael Gunadi | Staccato, April 2020

“DOWN”
By: Michael Gunadi
Staccato, April 2020


MAKNA KATA “DOWN”
Sudah tentu para pembaca setuju. Jika dalam beberapa kesempatan, kata DOWN bisa menimbulkan rasa dan suasana kurang nyaman. Down berarti turun, tidak naik, alias tidak ada pencapaian. Down identik dengan keterpurukan. Down menyiratkan makna kelelahan, keputusasaan dan bahkan apatis karena kekecewaan yang amat sangat traumatis, dan memang, DOWN merujuk pada keadaan sedemikian.
Siapapun bisa down. Tentu para pemusik mengalaminya. Dari mulai dihina sebagai pekerjaan bermasa depan suram. Karya yang dicibir. Penampilan yang dibully. Bahkan acapkali dan kerap kali hasil keringat terluput dari upah. Siapapun itu, baik pemusik kampung maupun Maestro kelas dunia bisa mengalaminya.

Saturday, 1 February 2020

MASTERCLASS - by: Michael Gunadi | Staccato, February 2020

“MASTERCLASS”
by: Michael Gunadi
(Staccato, February 2020)

Oliver Kern in one of his Masterclass

FENOMENA MASTERCLASS
Di tanah air kita tercinta, istilah MASTERCLASS, khususnya untuk musik, sudah menjadi istilah yang sangat lazim. Dekade belakangan ini, banyak dan bahkan marak diadakan masterclass musik. Yang terbanyak, tentu saja piano. Wajar, karena piano adalah The King of All Instrument, punya gengsi tinggi karena pirantinya mahal, jadi penggemarnya dan siswanya tentu saja banyak. Ada pula, dan cukup sering, yakni masterclass untuk biolin, gitar klasik dan menyusul alat musik lainnya. 

MERAUP UNTUNG DARI MASTERCLASS
Kemarakan dan meriahnya masterclass tentu adalah sebuah peristiwa yang baik adanya bagi perkembangan musik itu sendiri. Seperti lazimnya hiruk pikuk kehidupan, jika ada sebuah peristiwa yang laris manis, disitu akan mulai beraksi para petualang pencari keuntungan uang. 

Monday, 6 May 2019

KESEMPURNAAN DALAM BERMUSIK - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2019)

“KESEMPURNAAN
DALAM BERMUSIK”
by: Michael Gunadi
(Staccato, May 2019)


KONSEP KESEMPURNAAN
Dalam ranah Religius, manusia adalah makhluk yang takkan bisa dan takkan pernah sempurna. SEMPURNA itu hanya milik Sang MAHA. Meski demikian, filsafat, sebagai cabang ilmu yang menelisik esensi semua hal, mengungkapkan bahwa dalam napak tilas ehidupannya, manusia memiliki hasrat untuk mengejar KESEMPURNAAN. Dalam segala hal. Tentu juga dalam hal berkesenian dan/atau bermusik.

Hasrat manusia berpaut pada kesempurnaan untuk menghasilkan karya musik. Hasrat kemanusiaan jugalah yang menjadikan manusia memiliki tuntutan pada kesempurnaan dalam sajian musik. Sebetulnya apa sih kesempurnaan itu. Dan mengapa hasrat alamiah akan kesempurnaan memiliki begitu besar pengaruh terhadap musik. Kita akan tinjau terlebih dahulu, terminologi nya.


Kesempurnaan dipadankan dalam Bahasa Inggris sebagai PERFECTION. Terlihat dalam gambar tersebut, bahwa kesempurnaan adalah BEBAS DARI CACAT CELA.  Sementara penerapan konsepnya adalah berupa konsepsi ideal, atau kesesuaian harapan orang normal pada umumnya. Sejak dulu, pemaknaan semacam ini secara psikologis, memberi kesan bahwa kesempurnaan adalah sebuah keadaan yang “di awang-awang” dan nun jauh disana. Seorang Rohaniwati malahan pernah mengatakan begini: “Perfection consists not in doing extraordinary things, but in doing ordinary things extraordinary well.”– Arnauld, Angelique.

Friday, 1 March 2019

Tarrega's Capriccio Arabe - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2019)

“TARREGA’S CAPRICCIO ARABE”
by: Michael Gunadi
(Staccato, March 2019)


PENJELAJAHAN DUNIA TIMUR
Sudah sejak sangat lama, bangsa Eropa menganggap bahwa Dunia Timur atau Eastern World adalah sesuatu yang unik, memancing rasa ingin tahu, dan tentu saja eksotis serta terkadang juga erotis. Tak heran, sejak lama, bangsa Eropa, melakukan penjelajahan wilayah, dan memperluas imajinasi dan hasratnya akan keunikan dan keindahan dunia timur melalui seni, khususnya musik. 

Afrika, India, Indonesia dan tentu saja Arab adalah daerah yang acapkali dijadikan sumber inspirasi karya musik bagi komposer Eropa. Beethoven dan Mozart membuat musik Mars serdadu Turki. Godowsky melakukan penjelajahan fisik dan bunyi sampai ke Jawa. Debussy membuat Arabesque yang sangat terkenal. Di jaman sekarang pun, inspirasi daerah timur dalam kreasi musik masih sangat marak dilakukan.

Saturday, 30 June 2018

DICARI: Instrumen Musik Ramah Lingkungan - by: Michael Gunadi (Staccato, July 2018)

DICARI: 
INSTRUMEN MUSIK RAMAH LINGKUNGAN
By: Michael Gunadi
(Staccato, July 2018)


KESEIMBANGAN ALAM
Umur bumi tempat kita berpijak, sudah tua. Sudah lanjut, bahkan sudah uzur. Karenanya keadaan bumi yang sudah uzur itu, perlu dijaga. Agar tetap sehat. Karena jika bumi sampai sakit, jelas kita yang berpijak di atasnya akan ikut sakit dan bahkan tidak mungkin IT’S THE END OF THE WORLD alias Kiamat.

Cara menjaga kesehatan bumi, adalah dengan menjaga keseimbangan ekosistem. Yakni keseimbangan antara lingkungan hidup dan unsur-unsurnya. Terlalu banyak hewan, bahaya. Bisa-bisa kita yang dimangsa. Terlalu sedikit hewan juga bahaya. Karena persediaan protein jadi berkurang dan keseimbangan lingkungan akan terganggu akibat langkanya unsur pemangsa atau Predator. 

Prinsipnya: SEMUA HARUS SEIMBANG. Seberapa seimbang? Itu yang menjadi persoalan. Dan karenanya semua negara di dunia, termasuk Indonesia, membentuk sebuah BADAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP. Apapun dan whatever will be will be (Que sera sera) bentuk hirarkinya.

BAHAN BAKU INSTRUMEN MUSIK
Dengan berjalannya waktu, badan-badan lingkungan hidup di seluruh dunia melakukan konservasi terhadap alam, flora dan fauna. Termasuk upaya melestarikan flora dan fauna yang mulai langka alias hampir punah. Nah dalam rangka itulah, rantai berimbas pada musik. Berimbas pada keberadaan alat musik. Alat musik mulai dikuya kuya uya kuya.

Monday, 4 September 2017

MUTIARA BERKUBANG LUMPUR - by: Michael Gunadi (Staccato, September 2017)

“MUTIARA BERKUBANG LUMPUR”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, September 2017)


Dalam ranah seni, dimungkinkan tersembul mutiara dalam kubangan lumpur. Totalitas dan intensitas berkesenian, adalah MUTIARA. Dalam kubangan kehidupan sang seniman, yang bagi sebagian orang adalah lumpur.

Sosok yang kontroversial, Jimi Hendrix. Orang menjulukinya sebagai Dewa Gitar, A Guitar Man for All Season. Teknik permainan gitarnya masih tetap dipelajari oleh para pemain gitar hingga hari ini. Pendekatan musikalnya tetap dikagumi dan dijadikan acuan terutama bagi penggemar musik Blues. Namun sisi kelam kehidupannya juga kerap dipertanyakan dan sebagian masih berupa teka-teki yang tragis bahkan sangat tragis. Terlepas dari semua kontroversi pada dirinya, ada sisi lain yang menarik dari sosok Jimi Hendrix. Ia adalah pahlawan, A HERO. Yang berjuang melalui seni. Jimi Hendrix adalah satria, dengan pedang berupa gitar.


SEKILAS TENTANG JIMI HENDRIX
Nama asli Jimi hendrix adalah James Marshall. Lahir di Seattle, Washington 7 November 1942 dan meninggal di London pada 18 September 1970. Jimi Hendrix adalah anak dari seorang Negro dan Indian Amerika. Dua ras yang saat itu mengalami diskriminasi yang luar biasa. Diskriminasi rasial itulah yang mewarnai karir Jimi Hendrix sebagai pemain gitar yang otodidak.

Monday, 5 September 2016

GITAR KLASIK DAN SOSIAL MEDIA - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, September 2016)

 “GITAR KLASIK DAN SOSIAL MEDIA”
oleh: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, September 2016


GOOD MORNING, SOSMED!
Sejak ditemukan dan aktifnya Internet, banyak sekali perubahan drastis yang dialami oleh umat manusia. Perubahan drastis tersebut berlangsung bukan secara evolusi, melainkan secara evolusi. Jejak yang paling nampak adalah bahwa dunia terasa semakin kecil. Jarak bukan lagi masalah. Gaya hidup manusia pun tentu akan berubah dengan semakin terasa sempitnya semesta kehidupan. Orang tidak lagi berduyun-duyun untuk membeli teh atau kopi sebagai sarapan pagi, melainkan INFORMASI-LAH yang kini menjadi menu utama sarapan pagi. Tentu hal sedemikian membawa pula konsekuensi. Ada baik buruknya. Namun apapun itu, ini adalah realita yang sekarang kita alami dan nampaknya akan terus kita alami, malahan dengan pembaharuan dan perubahan yang semakin gencar dan malah bisa sangat dramatis.

KECANGGIHAN DUNIA MAYA
Produk internet yang paling digjaya, tak dapat dipungkiri adalah adanya SOSIAL MEDIA, atau biasa dikenal sebagai SOSMED. Sosmed ini ada banyak rupa. Yang paling terkenal adalah: FACEBOOK,TWITTER, YOUTUBE, dan INSTAGRAM. Dengan sosmed, orang bisa berbagi informasi apa saja. Mulai dari sesuatu yang umum, sampai dengan ketelanjangan yang benar-benar vulgar dan bugil. Berita juga adakalanya disampaikan dan tersaji lebih cepat dan malahan bisa lebih detail dan akurat dibanding liputan dari kantor berita Professional.

GITAR KLASIK: "LUWES NAN TAJIR" - by: Michael Gunadi Widjaja

GITAR KLASIK:
“LUWES NAN TAJIR”
by: Michael Gunadi Widjaja


KEINDAHAN GITAR SPANYOL
Sepertinya sudah membudaya, bahwa kecantikan dan keindahan perempuan diidentikkan dengan hal-hal yang bersifat alamiah. Kita tentu masih belum lupa, bahwa pernah ada ungkapan seperi ini: “Wah, wajahmu seelok bulan.” Tentu untuk zaman sebelum Indonesia merdeka, istilah rayuan semacam itu sangat laris manis dan membuat perempuan tersipu-sipu, seperti kucing terpleset kulit pisang.

Zaman terus berjalan. Manusia mampu menginjakkan kakinya di bulan. Dan ternyata wajah bulan TIDAK MULUS dan malahan penuh dengan bopeng-bopeng. Jadi jika zaman sekarang anda masih merayu perempuan dengan mengatakan bahwa wajahnya seindah bulan, siap-siap saja untuk ditampar sambil disiram kopi panas. Hmm…

Selain bulan, keindahan perempuan juga sering diidentikkan dengan GITAR SPANYOL. Kita tentu masih ingat dan masih terngiang akan adanya ungkapan seperti ini: “WAAAAAAAH BODY NYA AMBOI CING… GITAR SPANYOL!” atau “WUUUUIHHHHH PINGGANG DAN PINGGULNYA GITAR SPANYOL BINGITZ DEH!” Terus terang, jujur saja saya agak bingung dengan ungkapan seperti itu.

ANALOGI GITAR DAN PEREMPUAN
Kebingungan saya yang pertama adalah: Kenapa sih harus menyebut Gitar Spanyol? Kok tidak gitar saja ya? Ya karena gitar tuh kan aslinya Spanyol. Iya, he eh... betul. Sejarah mencatat bahwa gitar yang memainkan peran dalam napak tilas perkembangannya, tidak harus buatan Spanyol. Andres Segovia, sang Maestro, empu dari segala empu gitar, memakai HERMANN HAUSER yang adalah bikinan Jerman. John Christopher William, sang pujangga gitar, memakai gitar bikinan Greg Smallman yang adalah Australia. Zaman modern sekarang ini, bahkan teknologi pembuatan gitar klasik berdawai nylon, lebih banyak dieksplorasi oleh negara-negara di luar Spanyol, seperti Korea, Jepang, Jerman, Perancis, Australia, dan bahkan Thailand serta Filipina.

Sunday, 7 August 2016

GITAR KLASIK: "SI KAYA YANG TERMISKINKAN" - by: Michael Gunadi Widjaja

GITAR KLASIK:
"SI KAYA YANG TERMISKINKAN"
by: Michael Gunadi Widjaja


PENGANTAR
Tulisan ini mengambil bentuk paparan dan sama sekali bukan berupa, dan tidak dimaksudkan sebagai kajian ilmiah. Meski beberapa data faktual disajikan, hal tersebut semata-mata adalah materi penunjang terhadap hal-hal yang bertalian dengan pokok paparan. Sifat paparan yang dipergunakan adalah telaah popular. Jadi dengan demikian, pembahasan tentang sejarah pun merupakan sebuah tinjauan popular dan sama sekali bukan penyampaian telaah historis.

Metode penalaran paparan, adakalanya menggunakan penalaran induktif. Hal ini berlaku bagi misalnya sebuah sajian fakta sejarah. Penalaran secara deduktif juga dipergunakan terutama ketika menyampaikan gagasan yang berdasar pada premis yang tentu secara subyektif telah terujikan. Penggunaan pustaka, baik buku maupun sumber dari internet, termasuk video, saya pergunakan sebagai materi pendukung metodologi penalaran. Itulah mengapa dalam paparan ini tidak saya pergunakan catatan kaki. Beberapa pustaka yang kiranya dapat menunjang penelaahan lebih lanjut, tetap saya cantumkan dalam daftar pustaka.

Tema pokok pemaparan adalah sebuah keterkaitan, baik secara masif, masif holistik maupun masif parsial dan parsial, pada Musik Klasik di tanah air dalam pertaliannya dengan seni, sejarah dan masyarakat. Penulis meletakkan inti pemaparan pada sebuah rangkai peristiwa yang menurut penulis, cukup unik dan dapat mewakili dengan layak tentang keadaan dan keberadaan Musik Klasik di tanah air, dalam rentang waktu dua sampai tiga tahun terakhir. Rangkai peristiwa tersebut menyatu pada GITAR KLASIK. Gitar Klasik dalam paduannya sebagai seni dan dalam ranah seni, Gitar Klasik dalam napak tilas keberadaannya di tanah air dan sosio-kultural masyarakat terhadap alat musik “Klasik” yang semestinya sangat memasyarakat, namun juga termarjinalkan.

Monday, 6 June 2016

NAPAK TILAS SEBUAH DAWAI GITAR - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, June 2016)

"NAPAK TILAS 
SEBUAH DAWAI GITAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, June 2016


GITAR KLASIK YANG DIPAKSA BERDAWAI METAL
Yang sebetulnya dikenal orang awam nan umum adalah, bahwa untuk gitar non elektrik, ada dua jenis. Yang dawai nya menggunakan nilon dan yang dawainya menggunakan kawat alias metal. Kalau kita bergaul dengan pemain-pemain gitar amatir, baik di kampung, kota kecil, atau bahkan di pinggiran kota besar, kerapkali dan acapkali terjadi hal konyol dan menggelikan seputar dawai gitar non elektrik.

Karena kocek tipis, nggak mau repot, seringkali terjadi gitar tipe klasik dipaksa dipasang dawai kawat atau metal. Ya tentu saja base bridge nya jadi peyot hancur. Tuning machine nya bengkok dan tentu juga merusak nuansa nya. Tapi anehnya, banyak dari para amatir tersebut berdalih, bahwa gitar klasik dipasang dawai metal adalah dalam rangka agar bunyinya gemerincing dan keras. Ironis, konyol, dan nampak bodoh. Namun jika kita mau jujur, kekonyolan semacam itu masih terjadi sampai detik saya mengetik artikel ini.



Friday, 6 May 2016

P3K GITARIS KLASIK - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, May 2016)

"P3K GITARIS KLASIK"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, May 2016

Saya kira, pastilah anak SD pun tahu dan paham bahwa P3K adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan - a first aid for accident injury. Lho?! Lalu??!! Apa hubungannya dengan gitaris klasik??!! Waduuh... rasanya kok ngeri-ngeri gimana gitu yauw... Atau jangan-jangan... main gitar klasik bisa cidera ya ... kok sampai perlu ada P3K nya segala? Hmm... please calm and cool, Mas Bro dan Mbak Sis sekalian.


CIDERA DALAM BERMAIN INSTRUMEN
Cidera dalam bermain instrumen musik, apapun bentuknya memang sangat mungkin terjadi. Main Piano, jika salah postur dan gestur akan mengakibatkan cidera otot dan syaraf jari bahkan tangan dan lengan. Para maestro biola, ketika menghadapi latihan yang spartan, seringkali mengalami luka lecet pada bantalan jarinya. Demikian pula dengan gitaris klasik. Lecet kecil pada bantalan jari, sudah umum terjadi terutama pada pemula. Luka lecet ini dengan berjalannya waktu sembari terus menerus latihan, akan menjadi Calluses atau kapalan. Postur duduk pemain gitar klasik, untuk beberapa dekade dapat mengakibatkan masalah baru seperti peradangan sendi pada pinggang. Hal yang dialami oleh maha gitaris klasik seperti John Christopher William dan Julian Bream.

FOOT STOOL DAN NECK UP
Cidera pada gitaris klasik memang adalah hal yang mengerikan dan menakutkan. Namun dengan cara pembelajaran teknik yang baik dan benar serta didukung oleh kemajuan teknologi, hal semacam itu sangat dapat dihindari. Posisi duduk misalnya. Gitaris klasik konvensional kerap kali menggunakan foot stool. Posisi duduk dengan satu kaki bertengger di atas foot stool lah yang menjadi biang keladi lahirnya peradangan seni pinggang. Dengan kemajuan teknologi, zaman sekarang dibuatlah NECK UP sebagai pengganti foot stool. Neck Up sangat bersifat ergonomis dan memberi keleluasaan relaksasi semua otot dan persendian, saat seorang gitaris klasik duduk berlatih selama berjam-jam.

Thursday, 7 April 2016

GITAR KLASIK DI FLS2N - by: Michael Gunadi Widjaja

"GITAR KLASIK DI FLS2N"
by: Michael Gunadi Widjaja


APA ITU FLS2N?
FLS2N adalah FESTIVAL DAN LOMBA SENI SISWA NASIONAL. Sebagai penyelenggara adalah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH serta DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH. Ini adalah sebuah acara lomba seni bertaraf nasional dan resmi diadakan, diurus, dan diatur oleh Pemerintah Pusat. Pelaksanaannya pada bulan April 2016. Untuk tingkat SD, SMP, SMA, termasuk kejuruan. Dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan kota, karesidenan, propinsi, dan nasional. Final tingkat nasional senantiasa diadakan bergilir di ibu kota Propinsi. Sesuai dengan data, final FLS2N berlangsung dengan sangat bagus sebagaimana layaknya pertunjukan seni berkelas internasional - mulai dari tata panggung sampai administrasi manajemen pelaksanaannya.

Pada tahun 2016 ini, FLS2N mencamtumkan satu mata lomba seni yakni GITAR KLASIK. Menjadi menarik untuk mencoba menarik benang merah pemaknaan peristiwa ini. Sebagai sebuah penelaahan diri sekaligus permenungan. Tujuannya agar di masa mendatang pelaksanaan acara semacam ini dapat diselenggarakan dengan lebih layak lagi.

Sunday, 6 March 2016

ROMANCE DE AMOUR: "KETIKA CINTA MENJADI POPULAR" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, March 2016)

"KETIKA CINTA MENJADI POPULAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016


Jika seseorang mempelajari gitar klasik, hampir dapat dipastikan bahwa ia akan mengenal lagu ROMANCE DE AMOR. Sedemikian terkenalnya lagu ini, khususnya di kalangan para penggemar gitar klasik, hingga ada semacam “impian” bagi para siswa gitar klasik untuk dapat membawakan lagu ini. Sebetulnya, apa pernak-pernik yang menjadikan Romance de Amor sedemikian popular.

NAMA LAIN ROMANCE DE AMOR
Judul asli Romance De Amor, dalam napak tilas perjalanan sejarahnya, sangat beragam. Yang paling formal adalah "Romance Anónimo" (Anonymous Romance) atau sebuah kisah cinta dari “si A“. Juga dikenal sebagai "Estudio en Mi de Rubira" (Study in E by Rubira). Sebuah Etude, atau lagu pelajaran yang dibuat oleh Rubira. "Spanish Romance", "Romance de España," karena bagi beberapa orang lagu ini “kental” sekali nuansa Spanyol nya. "Romance of the Guitar," sehubungan lagu ini sudah menjadi semacam trademark bagi gitar klasik. "Romanza" dan "Romance d'Amour dalam Bahasa Perancis.


ASAL MUASAL ROMANCE DE AMOR
Asal muasal Romance De Amor menyisakan sebuah pertanyaan. Namun yang pasti, Romance De Amor adalah sebuah lagu solo dari abad ke-19 bagi gitar klasik. Romansa ini sering dipertautkan dengan beberapa nama. Antonio Rubira, Vicente Gomez, Miguel llobet, dan bahkan sang Maestro gitar Francisco Tarrega. Romance De Amor umumnya tersaji sebagai “ANONYMOUS” atau dikarang oleh seseorang.

Monday, 25 January 2016

LOMBA GITAR KLASIK: "FENOMENA BOTOL KOSONG" - by: Michael Gunadi

LOMBA GITAR KLASIK: 
"FENOMENA BOTOL KOSONG"
by: Michael Gunadi Widjaja



Untuk hal seperti main piano, menyanyi, main gitar, menari, dalam Bahasa Indonesia diistilahkan sebagai PERLOMBAAN dan BUKAN PERTANDINGAN. Jadi rupanya, secara semantik hal-hal yang “berbau” seni dimaknai lebih sebagai pergulatan ide kreatif daripada ajang adu otot yang berkeringat. Dalam ranah gitar klasik, dikenal dua macam ajang perlombaan: KOMPETISI dan/atau FESTIVAL. Mohon perhatikan “dan/atau“! Mengapa?

PERBEDAAN FESTIVAL DAN KOMPETISI
Orang sering salah kaprah menganggap bahwa sebuah festival sama dengan sebuah kompetisi. Anggapan tersebut sah saja adanya, meski mengundang cibiran: “Ah, apa pula pedulinya? Toh kan hanya istilah saja!” Sebuah FESTIVAL dalam esensinya adalah perhelatan PESTA. Jadi sebuah festival TIDAK PERNAH HANYA MENYUGUHKAN SATU MATA ACARA SAJA. Dalam ranah gitar klasik, sebuah festival lazim memiliki mata rantai acara: pameran gitar, masterclass, konser artis, workshop teknik pembuatan gitar, jualan buku dan/atau media rekaman, dan PERLOMBAAN. Sementara sebuah KOMPETISI, murni hanya menyuguhkan sesi lomba semata. Jika dalam kompetisi ada mata acara lain, maka itu adalah sebuah festival.

Di dunia ini sebetulnya dikenal berbagai macam festival dan/atau kompetisi gitar klasik. Beberapa diantaranya malah menjadi semacam legenda dan kulminasi prestisius bagi pemain gitar. Sebut saja misalnya PARKENING GUITAR EVENT yang hadiah pertama nya sangat menggiurkan. Juga GUITAR FOUNDATION OF AMERICA yang juaranya selalu disanjung-sanjung sebagai manusia sakti sebagaimana seorang pianis yang memenangkan Chopin Piano Competition. Juga festival gitar dalam seri ALTAMIRA yang wow keren dan mahal karena menampilkan “parade” artis gitar klasik dalam konser dan sesi masterclass nya.