"J. EDU"
MENELISIK PENDIDIKAN MUSIK JAZZ (Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato (September 2014)
Dalam bagian ke-1 kita telah
menelisik keadaan Musik Jazz dalam ranah pendidikan musik di awal
pertumbuhannya. Kini kita akan masuk lebih dalam tentang keberadaan Jazz dalam
ranah pendidikan musik, setelah mengalami kegetiran dan di “anak tiri” kan pada awal perkembangannya.
Hal pertama yang menjadi pijakan
kita adalah ketika beberapa universitas di USA mulai memasukkan Musik Jazz
sebagai satuan angka kredit dalam perkuliahan musik. Beberapa universitas
tersebut adalah: Universitas di negara bagian Tennesse, Universitas Texas
Utara, Berklee College of Music, dan Universitas di kota Los Angeles. Berbagai
universitas tersebut memasukkan angka kredit bagi Musik Jazz terutama pada
kajian tentang permainan ensembles, pengetahuan,
dan praktek improvisasi, juga teknik
mengaransir.
BAND MILITER
Setelah Amerika memenangkan
Perang Dunia II pemusik yang tadinya bermain untuk Band Militer, tumbuh
minatnya masuk ke perguruan tinggi seni musik. Mereka diurus oleh sebuah
lembaga yang dikenal sebagai G.I BILL.
Melalui lembaga inilah para pemusik Band Militer mendapat “kemudahan” dalam
jalur pendidikan universitas formal. Para pemain Band Militer ini sudah
terbiasa membawakan Musik Jazz dalam tugasnya menghibur para prajurit di medan
pertempuran. Saat mereka bersekolah di universitas formal, tentu saja mereka
membawa imbas dan pengaruh kental Musik Jazz di universitasnya.
NY Times Al Hirschfeld's Caricature of Big Bands Leaders,
Glenn Miller, Artie Shaw, Benny Goodman,
Count Basie and Duke Ellington.
Glenn Miller, Artie Shaw, Benny Goodman,
Count Basie and Duke Ellington.
Sebelum terjadinya letupan minat
para pemusik militer untuk kuliah, pada tahun 1941 telah berdiri sebuah sekolah
yang menyajikan SEJARAH JAZZ sebagai
mata pelajaran. Meski saat itu penyampaiannya lebih mirip penyampaian materi
kursus belaka, para pengajar tersebut sudah menerapkan persepsi akademik dan
malahan sudah mengadakan seminar. Pengajarnya adalah Leonard Feather, Robert Goffin, dan Marshall Stern.
Sekitar tahun 1950, ranah
pendidikan Jazz mengalami masa segar. Lebih dari 30 universitas memasukkan
kursus Jazz sebagai suplemen utama dalam kurikulumnya. Beberapa penerbit musik
mulai melirik untuk menerbitkan cetakan score aransemen Jazz. Perusahaan
pembuat alat musik pun mulai tertarik untuk mensponsori kegiatan seminar dan
klinik Jazz. Juga mensponsori Festival Jazz meski baru dalam lingkup kecil. Perlu
diberi catatan tentang penyelenggaraan seminar Jazz yang pertama dan terjadi
dalam musim panas. Diadakan kemah band Jazz nasional dengan penyelenggara Universitas
Indiana. Juga berdirinya sebuah sekolah yang berani memasang nama sebagai
Sekolah Jazz, yakni LENNOC SCHOOL OF
JAZZ. Salah satu hal fenomenal adalah diadakannya kemah Jazz khusus untuk
para anggota BIG BAND JAZZ yang
dikoordinir oleh Jazzer terkemuka, Stan
Kenton.
THE U.S. ARMY ALL-BRASS BIG BAND "A STAN KENTON CHRISTMAS"
Nama Berklee College of Music
nampaknya cukup familiar bagi telinga kita sekarang ini. Dan diasosiasikan
sebagai salah satu institusi utama pendidikan Jazz. Berklee Collage didirikan
oleh pianis dan arranger bernama Lawrence
Berk di tahun 1945. Tadinya bernama Schilinger House of Music. Tahun 1954
namanya berubah menjadi Berklee School of Music. Tahun 1966, Berklee School of Music menghasilkan lulusan
angkatan pertama. Di tahun 1973 status akreditasinya naik dari School menjadi
College.
BAND JAZZ SEKOLAH
& BUKU PANDUAN BELAJAR JAZZ
Sekarang kita akan melihat
perkembangan Jazz dalam ranah pendidikan di tahun 1960-an. Dekade ini diwarnai
dengan berdirinya 30 Band Jazz sekolah. Jumlah ini melonjak menjadi 450 band di
dekade 1970-an. Berdiri juga 5000 Band Jazz anak SMA yang kemudian di era 70-an
jumlahnya menjadi 15000. Di dekade 1960, diadakan survey terhadap 248 college. Dari
jumlah tersebut, 41 college mencantumkan Jazz sebagai nilai kredit. Hal ini
meningkat menjadi 228 di dekade 70-an. Berbagai Band Jazz sekolah yang mulai
menjamur kemudian dibina dan dipimpin secara formal oleh sekolah yang
bersangkutan. Hal semacam itu didukung oleh keterlibatan langsung para pemusik
profesional dalam memberikan klinik, masterclass, dan penyusunan buku panduan
pembelajaran Musik Jazz.
ANIMATED SHEET MUSIC "GIANT STEPS" by: JOHN COLTRANE
Fenomena mulai terbitnya buku
pedoman pembelajaran Musik Jazz di satu sisi adalah sebuah kegemilangan. Bahwa
Jazz tidak lagi berupa seni yang spontan dan instingtif belaka. Namun sebuah
seni bunyi yang bisa dipertanggung jawabkan secara akademis dan siap dikaji. Di
sisi lain, segudang pertanyaan muncul sehubungan dengan buku pembelajaran ini. Dengan
cara apakah Jazz akan diajarkan? Apakah dengan metode sebagaimana kelaziman
Musik Klasik. Atau adakah terobosan “cara” lain? Pertanyaan tersebut sampai
jaman kita sekarang ini masih sangat ramai diperbincangkan dan bahkan
diperdebatkan. Dan sepertinya perdebatan itu takkan pernah usai. Karena Jazz
dalam esensinya memang sangatlah kenyal, empuk, dan luwes.
PERTUMBUHAN
PENDIDIKAN JAZZ
Pertumbuhan Jazz dalam ranah
pendidikan di USA memancarkan imbas pada negara-negara lain terutama di Eropa. Dan
nantinya akan berimbas juga pada negara-negara Asia. Hal ini dimungkinkan oleh
berdirinya sebuah JARINGAN ATAU NETWORK.
Jaringan ini didirikan oleh Matt Betton
dan kawan-kawannya pada tahun 1968. Sayangnya pada 2008 jaringan ini tutup dan
bubar akibat kesulitan donasi dana.
Perlu dikedepankan keadaan aktual
pertumbuhan pendidikan Jazz khususnya dalam rentang waktu antara tahun 1970-an
dan 1980-an. Karena rentang waktu tersebut memiliki imbas dan dapat dikatakan
sebuah pijakan dari apa yang kita alami dalam Pendidikan Jazz jaman sekarang. Tak
terkecuali kita di Indonesia.
Menurut catatan dan dokumentasi
beberapa universitas terkemuka, di dekade 80-an ada sekitar 500.000 siswa SMA
dan sekolah tinggi yang terlibat aktif dalam Musik Jazz. Di tahun 80-an sudah
lebih dari 500 sekolah tinggi yang memasukkan Jazz sebagai angka kredit dan
tidak semuanya sekolah tinggi khusus musik. Lebih dari 70% SMA dan Sekolah
Tinggi di USA memiliki sebuah Band Jazz yang sangat layak tampil. Di sepanjang
tahun 1980 saja ada lebih dari 300 kemah Musik Jazz (Jazz Music Camp) yang
diselenggarakan. Perlu dicatat, bahwa selain USA, Kanada adalah negara yang
memiliki jumlah Band Jazz siswa layak tampil yang sangat signifikan.
ABC OF JAZZ
Yang kita baca adalah perkembangan
Jazz dalam ranah pendidikan di USA. Tentu pembaca akan bertanya, untuk apa
membaca sejarah perkembangan Jazz di ranah budayanya. Apa bagusnya kita membaca
dan tahu fakta semacam itu. Jawabannya adalah bahwa rangkaian fakta tersebut, dalam
napak tilasnya menuntun kita pada hal fenomenal berikut ini. Yaitu hal yang
dikenal sebagai ABC of JAZZ.
· 1. A
singkatan AEBERSOLD. Jamey Aebersold.
Dialah orang
pertama yang menerbitkan konsep MINUS
ONE RECORDING. Konsep ini sangat utama dalam pendidikan Musik Jazz. Dan
termasuk kita di Indonesia sampai detik ini tetap memakai dan memuja serta
mencintai konsep minus one. Tanpa minus one, sangat mustahil bagi siswa Jazz
untuk bisa mengenal pola ritmik juga frase improvisatif.
JAZZ EXERCISE "MINOR SCALES" by: J. AEBERSOLD
MINUS ONE "BLUES FOR ALICE" by: CHARLIE PARKER
· 2. B
singkatan BAKER. David Baker.
Adalah perancang
sistem Pendidikan Jazz yang paling representatif. Juga pendiri komunitas Smithsonian Jazz Masterworks Orchestra
yang mengadakan pengkajian materi pembelajaran Jazz.
SMITHSONIAN JAZZ MASTERWORKS ORCHESTRA
"SWINGIN' AT THE PYRAMIDS"
· 3. C
singkatan COKER. Jerry Coker.
Penemu metode
pembelajaran Jazz yang oleh para kritikus musik dikatakan sebagai metode yang
sangat inovatif. Metodenya sangat sukses ketika pertama di uji coba di Miami.
Dari napak tilas perjalanan
panjang Musik Jazz untuk dapat masuk dalam ranah pendidikan formal, ada
beberapa hal yang dapat kita jadikan acuan. Bagi perkembangan musik itu
sendiri, di tanah air kita, dan tentu khususnya adalah Musik Jazz. Hal pertama
yang harus kita cermati adalah sebuah klausul pertanyaan: “Apa sih pentingnya mengembangkan Jazz di tanah air?” Yang prinsipil
adalah bahwa Jazz adalah sebuah genre musik yang bersifat sangat sosial. Senantiasa
ada tempat bagi kebebasan yang terukur. Senantiasa ada ruang bagi dialog
estetis. Dan yang penting, Jazz bersifat kenyal dan dapat lebur menyatu dengan
berbagai unsur budaya. Dengan demikian, mengembangkan Jazz, berarti juga
membuka salah satu saluran bagi REVITALISASI
SENI MUSIK TRADISIONAL TANAH AIR.
Adalah baik jika Jazz di tanah air dapat lebur juga ke dalam pendidikan musik di jalur formal. Masalahnya adalah, bagaimana Jazz itu akan diajarkan. Paparan di atas hanyalah sekelumit napak tilas perkembangan ranah pendidikan Musik Jazz di tanah kelahirannya. Tentu saja jika akan diadaptasi di tanah air kita, sejumlah penyesuaian mutlak diperlukan. Seperti perlunya kajian tujuan instruksional secara khusus.
Apakah Jazz akan disajikan sebagai sebuah studi literer ataukah tetap pada hakekatnya sebagai sebuah mazhab dialogis yang spontan. Dapat juga ada perpaduan keduanya, literer dan kodratinya. Hanya tentu saja perlu dirumuskan secara agak jelas batasannya. Segudang pekerjaan rumah menanti bagi para music educator di tanah air. Tujuan akhirnya tentu saja bukan semata latah bicara melalui genre musik yang sudah mendunia, melainkan juga merupakan bagian dari perjuangan agar Musik Tradisi di tanah air memiliki wahana. Wahana yang merupakan pintu untuk dapat ikut bicara dalam kesemestaan musik dunia.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.