Thursday, 4 September 2014

"J. EDU" (Part 2) - Menelisik Pendidikan Musik Jazz, by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, September 2014)

"J. EDU"
MENELISIK PENDIDIKAN MUSIK JAZZ (Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato (September 2014)


Dalam bagian ke-1 kita telah menelisik keadaan Musik Jazz dalam ranah pendidikan musik di awal pertumbuhannya. Kini kita akan masuk lebih dalam tentang keberadaan Jazz dalam ranah pendidikan musik, setelah mengalami kegetiran dan di “anak tiri” kan pada awal perkembangannya.

Hal pertama yang menjadi pijakan kita adalah ketika beberapa universitas di USA mulai memasukkan Musik Jazz sebagai satuan angka kredit dalam perkuliahan musik. Beberapa universitas tersebut adalah: Universitas di negara bagian Tennesse, Universitas Texas Utara, Berklee College of Music, dan Universitas di kota Los Angeles. Berbagai universitas tersebut memasukkan angka kredit bagi Musik Jazz terutama pada kajian tentang permainan ensembles, pengetahuan, dan praktek improvisasi, juga teknik mengaransir.


BAND MILITER
Setelah Amerika memenangkan Perang Dunia II pemusik yang tadinya bermain untuk Band Militer, tumbuh minatnya masuk ke perguruan tinggi seni musik. Mereka diurus oleh sebuah lembaga yang dikenal sebagai G.I BILL. Melalui lembaga inilah para pemusik Band Militer mendapat “kemudahan” dalam jalur pendidikan universitas formal. Para pemain Band Militer ini sudah terbiasa membawakan Musik Jazz dalam tugasnya menghibur para prajurit di medan pertempuran. Saat mereka bersekolah di universitas formal, tentu saja mereka membawa imbas dan pengaruh kental Musik Jazz di universitasnya.

NY Times Al Hirschfeld's Caricature of Big Bands Leaders,
Glenn Miller, Artie Shaw, Benny Goodman, 

Count Basie and Duke Ellington.

Sebelum terjadinya letupan minat para pemusik militer untuk kuliah, pada tahun 1941 telah berdiri sebuah sekolah yang menyajikan SEJARAH JAZZ sebagai mata pelajaran. Meski saat itu penyampaiannya lebih mirip penyampaian materi kursus belaka, para pengajar tersebut sudah menerapkan persepsi akademik dan malahan sudah mengadakan seminar. Pengajarnya adalah Leonard Feather, Robert Goffin, dan Marshall Stern.


BIG BAND JAZZ
Sekitar tahun 1950, ranah pendidikan Jazz mengalami masa segar. Lebih dari 30 universitas memasukkan kursus Jazz sebagai suplemen utama dalam kurikulumnya. Beberapa penerbit musik mulai melirik untuk menerbitkan cetakan score aransemen Jazz. Perusahaan pembuat alat musik pun mulai tertarik untuk mensponsori kegiatan seminar dan klinik Jazz. Juga mensponsori Festival Jazz meski baru dalam lingkup kecil. Perlu diberi catatan tentang penyelenggaraan seminar Jazz yang pertama dan terjadi dalam musim panas. Diadakan kemah band Jazz nasional dengan penyelenggara Universitas Indiana. Juga berdirinya sebuah sekolah yang berani memasang nama sebagai Sekolah Jazz, yakni LENNOC SCHOOL OF JAZZ. Salah satu hal fenomenal adalah diadakannya kemah Jazz khusus untuk para anggota BIG BAND JAZZ yang dikoordinir oleh Jazzer terkemuka, Stan Kenton.

THE U.S. ARMY ALL-BRASS BIG BAND "A STAN KENTON CHRISTMAS"

Nama Berklee College of Music nampaknya cukup familiar bagi telinga kita sekarang ini. Dan diasosiasikan sebagai salah satu institusi utama pendidikan Jazz. Berklee Collage didirikan oleh pianis dan arranger bernama Lawrence Berk di tahun 1945. Tadinya bernama Schilinger House of Music. Tahun 1954 namanya berubah menjadi Berklee School of Music. Tahun 1966,  Berklee School of Music menghasilkan lulusan angkatan pertama. Di tahun 1973 status akreditasinya naik dari School menjadi College.


BAND JAZZ SEKOLAH & BUKU PANDUAN BELAJAR JAZZ
Sekarang kita akan melihat perkembangan Jazz dalam ranah pendidikan di tahun 1960-an. Dekade ini diwarnai dengan berdirinya 30 Band Jazz sekolah. Jumlah ini melonjak menjadi 450 band di dekade 1970-an. Berdiri juga 5000 Band Jazz anak SMA yang kemudian di era 70-an jumlahnya menjadi 15000. Di dekade 1960, diadakan survey terhadap 248 college. Dari jumlah tersebut, 41 college mencantumkan Jazz sebagai nilai kredit. Hal ini meningkat menjadi 228 di dekade 70-an. Berbagai Band Jazz sekolah yang mulai menjamur kemudian dibina dan dipimpin secara formal oleh sekolah yang bersangkutan. Hal semacam itu didukung oleh keterlibatan langsung para pemusik profesional dalam memberikan klinik, masterclass, dan penyusunan buku panduan pembelajaran Musik Jazz.

ANIMATED SHEET MUSIC "GIANT STEPS" by: JOHN COLTRANE

Fenomena mulai terbitnya buku pedoman pembelajaran Musik Jazz di satu sisi adalah sebuah kegemilangan. Bahwa Jazz tidak lagi berupa seni yang spontan dan instingtif belaka. Namun sebuah seni bunyi yang bisa dipertanggung jawabkan secara akademis dan siap dikaji. Di sisi lain, segudang pertanyaan muncul sehubungan dengan buku pembelajaran ini. Dengan cara apakah Jazz akan diajarkan? Apakah dengan metode sebagaimana kelaziman Musik Klasik. Atau adakah terobosan “cara” lain? Pertanyaan tersebut sampai jaman kita sekarang ini masih sangat ramai diperbincangkan dan bahkan diperdebatkan. Dan sepertinya perdebatan itu takkan pernah usai. Karena Jazz dalam esensinya memang sangatlah kenyal, empuk, dan luwes.


PERTUMBUHAN PENDIDIKAN JAZZ
Pertumbuhan Jazz dalam ranah pendidikan di USA memancarkan imbas pada negara-negara lain terutama di Eropa. Dan nantinya akan berimbas juga pada negara-negara Asia. Hal ini dimungkinkan oleh berdirinya sebuah JARINGAN ATAU NETWORK. Jaringan ini didirikan oleh Matt Betton dan kawan-kawannya pada tahun 1968. Sayangnya pada 2008 jaringan ini tutup dan bubar akibat kesulitan donasi dana.

Perlu dikedepankan keadaan aktual pertumbuhan pendidikan Jazz khususnya dalam rentang waktu antara tahun 1970-an dan 1980-an. Karena rentang waktu tersebut memiliki imbas dan dapat dikatakan sebuah pijakan dari apa yang kita alami dalam Pendidikan Jazz jaman sekarang. Tak terkecuali kita di Indonesia.

Menurut catatan dan dokumentasi beberapa universitas terkemuka, di dekade 80-an ada sekitar 500.000 siswa SMA dan sekolah tinggi yang terlibat aktif dalam Musik Jazz. Di tahun 80-an sudah lebih dari 500 sekolah tinggi yang memasukkan Jazz sebagai angka kredit dan tidak semuanya sekolah tinggi khusus musik. Lebih dari 70% SMA dan Sekolah Tinggi di USA memiliki sebuah Band Jazz yang sangat layak tampil. Di sepanjang tahun 1980 saja ada lebih dari 300 kemah Musik Jazz (Jazz Music Camp) yang diselenggarakan. Perlu dicatat, bahwa selain USA, Kanada adalah negara yang memiliki jumlah Band Jazz siswa layak tampil yang sangat signifikan.


ABC OF JAZZ
Yang kita baca adalah perkembangan Jazz dalam ranah pendidikan di USA. Tentu pembaca akan bertanya, untuk apa membaca sejarah perkembangan Jazz di ranah budayanya. Apa bagusnya kita membaca dan tahu fakta semacam itu. Jawabannya adalah bahwa rangkaian fakta tersebut, dalam napak tilasnya menuntun kita pada hal fenomenal berikut ini. Yaitu hal yang dikenal sebagai ABC of JAZZ.

·        1. A singkatan AEBERSOLD. Jamey Aebersold.
Dialah orang pertama yang menerbitkan konsep MINUS ONE RECORDING. Konsep ini sangat utama dalam pendidikan Musik Jazz. Dan termasuk kita di Indonesia sampai detik ini tetap memakai dan memuja serta mencintai konsep minus one. Tanpa minus one, sangat mustahil bagi siswa Jazz untuk bisa mengenal pola ritmik juga frase improvisatif.

JAZZ EXERCISE "MINOR SCALES" by: J. AEBERSOLD

MINUS ONE "BLUES FOR ALICE" by: CHARLIE PARKER

·        2. B singkatan BAKER. David Baker.
Adalah perancang sistem Pendidikan Jazz yang paling representatif. Juga pendiri komunitas Smithsonian Jazz Masterworks Orchestra yang mengadakan pengkajian materi pembelajaran Jazz.

SMITHSONIAN JAZZ MASTERWORKS ORCHESTRA 
"SWINGIN' AT THE PYRAMIDS"

·        3. C singkatan COKER. Jerry Coker.
Penemu metode pembelajaran Jazz yang oleh para kritikus musik dikatakan sebagai metode yang sangat inovatif. Metodenya sangat sukses ketika pertama di uji coba di Miami.


PENDIDIKAN MUSIK JAZZ DI INDONESIA
Dari napak tilas perjalanan panjang Musik Jazz untuk dapat masuk dalam ranah pendidikan formal, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan acuan. Bagi perkembangan musik itu sendiri, di tanah air kita, dan tentu khususnya adalah Musik Jazz. Hal pertama yang harus kita cermati adalah sebuah klausul pertanyaan: Apa sih pentingnya mengembangkan Jazz di tanah air?” Yang prinsipil adalah bahwa Jazz adalah sebuah genre musik yang bersifat sangat sosial. Senantiasa ada tempat bagi kebebasan yang terukur. Senantiasa ada ruang bagi dialog estetis. Dan yang penting, Jazz bersifat kenyal dan dapat lebur menyatu dengan berbagai unsur budaya. Dengan demikian, mengembangkan Jazz, berarti juga membuka salah satu saluran bagi REVITALISASI SENI MUSIK TRADISIONAL TANAH AIR.

Adalah baik jika Jazz di tanah air dapat lebur juga ke dalam pendidikan musik di jalur formal. Masalahnya adalah, bagaimana Jazz itu akan diajarkan. Paparan di atas hanyalah sekelumit napak tilas perkembangan ranah pendidikan Musik Jazz di tanah kelahirannya. Tentu saja jika akan diadaptasi di tanah air kita, sejumlah penyesuaian mutlak diperlukan. Seperti perlunya kajian tujuan instruksional secara khusus.

Apakah Jazz akan disajikan sebagai sebuah studi literer ataukah tetap pada hakekatnya sebagai sebuah mazhab dialogis yang spontan. Dapat juga ada perpaduan keduanya, literer dan kodratinya. Hanya tentu saja perlu dirumuskan secara agak jelas batasannya. Segudang pekerjaan rumah menanti bagi para music educator di tanah air. Tujuan akhirnya tentu saja bukan semata latah bicara melalui genre musik yang sudah mendunia, melainkan juga merupakan bagian dari perjuangan agar Musik Tradisi di tanah air memiliki wahana. Wahana yang merupakan pintu untuk dapat ikut bicara dalam kesemestaan musik dunia.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.