Friday, 8 November 2013

MILES "JAZZ" DAVIS - Artikel Staccato November 2013 by: Michael Gunadi Widjaja

MILES "JAZZ" DAVIS
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato November 2013


Jika kita ingin bicara tentang Musik Jazz, belumlah lengkap dan afdol kiranya, jika kita tidak membicarakan MILES DAVIS. Sosok pembaharu Musik Jazz sekaligus legenda dan ikon Musik Jazz. Miles Davis adalah seorang pemain terompet, komposer, dan pemenang 9 kali Grammy Awards untuk musisi dan album Jazz terbaik dunia. Miles Davis bukan hanya sosok musisi dan komposer belaka, melainkan seseorang yang dengan sosok, karisma dan dedikasinya, telah memberikan sumbangsih luar biasa pada pertumbuhan dan perkembangan Musik Jazz. Membicarakan Miles Davis adalah sebuah permenungan napak tilas Musik Jazz, dalam langkah sebagai budaya umat manusia yang turut mewarnai jalannya peradaban dunia. Data yang tersaji dalam artikel ini semua saya ambil dari catatan kuliah saya semasa di Perth, Australia.


Miles Davis lahir sebagai anak dari keluarga yang secara ekonomi sudah mapan. Ayahnya adalah seorang dokter gigi dan ibunya adalah seorang guru musik. keadaan keluarga Miles Davis, jelas berbeda dengan keadaan musisi Jazz pada umumnya. Jazz dalam esensinya adalah suara kaum miskin, buruh melarat yang terdesak, diperbudak, dan dirampas kemerdekaannya. Sedangkan Miles Davis adalah anak keluarga mapan. Pertanyaannya adalah:

“BAGAIMANA SESEORANG DARI KELUARGA MAPAN 
AKAN MAMPU MENYUARAKAN JAZZ YANG ADALAH MUSIK KAUM MARJINAL?”
Dalam ranah seperti itulah Miles Davis melegenda.



LATAR BELAKANG PENDIDIKAN MUSIK MILES DAVIS
Miles Davis mulai mengenal terompet pada usia 13 tahun. Ayahnya memperkenalkan Miles pada ELWOOD BUCHANAN - seorang terompetis handal. Dari Elwood Buchanan, Miles Davis mempelajari teknik meniup terompet yang baik dan benar, yakni TANPA VIBRATO - tidak seperti Louis Armstrong yang bunyi terompetnya penuh dengan vibrato. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa sejak awal Miles Davis sudah mendapat pendidikan bermusik secara baik dan benar, bukan berpijak pada naluri semata, sebagaimana umumnya para musisi Jazz. Sejak awal, Miles Davis sudah dirambah metodologi Musik Klasik. Bekal ini pulalah yang menjadikan Miles sudah menjadi terompetis profesional sejak duduk di bangku SMA. Saat berusia 17 tahun, Miles Davis mendapat kehormatan dengan diajak bergabung dalam kelompok Megastar Jazz oleh Dizzie Gillespie dan Charlie Parker. Karir bermusik Miles Davis terus berkembang dan pada tahun 1944, dimana ia memutuskan untuk mempelajari musik di Juilliard School. Di sekolah musik yang setara konservatori itulah, Miles Davis mengembangkan gaya improvisasi dalam tempo cepat.

Pada tahun 1945, atas persetujuan ayahnya, Miles Davis keluar dari sekolah Juilliard dan sepenuhnya menjadi musisi profesional. Bersama Charlie Parker, ia mulai membuat rekaman. Pada masa itu hanya musisi yang benar-benar punya kemampuan yang bisa masuk dapur rekaman. Tidak seperti jaman sekarang yang bahkan ibu rumah tangga bersuara kecekik pun bisa membuat rekaman. Di tahun 1949, Miles Davis mulai membuat gebrakan yang sangat berani dalam blantika Musik Jazz. Ia membuat grup dengan format yang sangat tidak lazim. Seperti eksplorasi penggunaan alat musik french horn, trombone, dan tuba. Gebrakan Miles Davis ini oleh para kritikus musik dinyatakan sebagai tonggak keberadaan JAZZ MODERN.

Miles Davis "So What?"

KIPRAH MILES DAVIS
Ketenaran dan nama besar yang disandangnya, membuat Miles Davis tergelincir. Pada tahun 1950 ia mengalami kecanduan parah akan heroin. Miles Davis mati-matian mengatasi kecanduannya akan heroin dan passion terhadap musik sajalah yang akhirnya bisa membebaskan dirinya dari kecanduan heroin. Sebuah pelajaran yang berharga bagi kita. bahwa dalam blantika musik, ketenaran dapat menjadi sebuah bencana. Namun akhirnya, musik itu sendiri jugalah yang mengambil peran mengatasi bencana akibat ketenaran seseorang. Masih dalam taraf penyembuhan ketergantungan heroin, pada tahun 1954 Miles Davis tampil memukau pada New Port Jazz Festival. Kala itu dia membawakan lagu “Round Midnight.” Tiupan terompet Miles Davis saat itu masih merupakan frase permainan trumpet yang tetap membuat decak kagum para pencinta Jazz hingga sekarang ini. Sukses dalam festival Jazz tersebut, membuahkan sebuah kontrak rekaman oleh perusahaan rekaman besar, yakni Columbia Record. Dalam menjalani kontrak rekaman inilah, Miles Davis membentuk group tetap yang diantaranya beranggotakan saxophonist John Coltrane. Kiprah Miles Davis dalam kontrak rekaman, memberi semburat makna pada kita. Bahwa untuk sebuah proyek musik yang “besar” sangat diperlukan kawan bermain yang solid dan sehati, serta bersifat permanen. Buah dari kontrak rekaman ini adalah diperkenalkannya pada dunia album “Porgy and Bess” dan “Kind of Blue.” Khusus untuk “Kind of Blue” dinobatkan sebagai album Jazz paling laris sepanjang sejarah Jazz sampai hari ini.


GEBRAKAN REVOLUSIONER MILES DAVIS
Pada tahun 1960, Miles Davis mulai mengusung sebuah konsep baru dalam Musik Jazz. Kala itu, ia menggandeng beberapa musisi progresif berkemampuan tinggi. seperti Wayne Shorter, Joe Zawinul, dan bahkan musisi sekaliber Chick Corea, John Mclaughlin, dan Drummer Billy Cobham. Tak sekedar mengolah rasa “baru” dengan musisi-musisi tenar, Miles Davis juga mengolah apa yang kemudian dikenal sebagai FUSION JAZZ. Konsep Fusion Jazz dari Miles Davis diilhami oleh totalitas dan passion dari gitaris Rock, Jimi Hendrix.

Konsep Fusion Jazz ditampilkan oleh Miles Davis pada Festival Woodstock yang sangat revolusioner. Karena melahirkan sebuah generasi yang menyebut dirinya generasi bunga - yang cinta damai, dan bebas sebebas bebasnya. Maka melantunlah karya yang diberi judul “Bitches Brew.” Hal yang unik adalah, meski bercorak Jazz, musik “Bitches Brew” diterima semua kalangan, bahkan majalah The Rolling Stone, yang adalah majalah Musik Rock, memajang foto Miles Davis untuk cover depan. Reaksi kalangan Jazz tradisional pun menerima dengan baik konsep pembaharuan dalam Fusion Jazz. Kita dapat memaknai bahwa sukses Miles Davis dalam hal semacam ini adalah merupakan kerja keras dari ketrampilan musik yang tinggi, kejeniusan berkonsep, dan kecerdikan membidik selera masyarakat. Hal yang sangat jarang dimiliki bahkan oleh musisi Jazz kaliber dunia sekalipun.

Miles Davis 50th Anniversary "Kind of Blue"

Pada tahun 1975, untuk kedua kalinya, Miles Davis kembali mengalami kecanduan obat. Dan untuk kedua kalinya pula, musik menyelaraskan hidupnya. Kali ini musik diperkuat dengan kehadiran seorang perempuan, yang kemudian dinikahinya, namanya Cicely Tyson. Pada tahun 1979 sampai 1981, Miles Davis kembali membuat gebrakan. Kali ini dengan men“jazz”kan lagu-lagu yang dipopulerkan oleh Michael Jackson dan Rocker Cindy Lauper. Gebrakan kali ini menebar kritik yang teramat sangat pedas dan bertubi-tubi. Diantaranya yang paling pedas adalah dari terompetis Wynton Marsalis. Wynton Marsalis dengan pedas mengatakan bahwa apa yang dilakukan Miles Davis sama sekali bukan Jazz. Menghadapi kritikan semacam itu, Miles Davis tidak kemudian kebakaran jenggot (karena dia tidak jenggotan…hahahahaha). Cara Miles Davis menghadapy kritikan Wynton Marsalis sangat unik!!! Pada festival Jazz di Vancouver, dengan tanpa pemberitahuan apapun, sekonyong-konyong Miles Davis naik panggung dan ikut main saat Wynton Marsalis tampil!!! Hadirin gempar, hiruk pikuk histeris. Sebuah langkah unik, ksatria, dan jantan telah digelar Miles Davis pada publik dunia.

Pada tahun 1986, lagi-lagi Miles Davis membuat gebrakan. Kali ini adalah mengawinkan Jazz dengan synthesizer, computer, dan musik dari loop sampling. Untuk ide dan terobosannya, Miles davis dianugerahi Grammy Award untuk rekaman Jazz terbaik. Albumnya berjudul “TUTU” dan merupakan sebuah penghormatan untuk Uskup Desmond Tutu, politisi Afrika.

Miles Davis mungkin akan terus dan terus membuat gebrakan. Hingga radang saluran pernapasan menghantarkannya berpulang pada Sang Khaliq. Namun setidaknya ada banyak harta warisan Miles Davis bagi umat semesta, yakni sosok manusia biasa yang dengan kerja keras, ketekunan, ambisi, dan kecerdikan mampu mengolah karunia Sang Ilahi.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.