In Memoriam: "BEN PASARIBU"
by: Michael Gunadi Widjaja
sumber: malaymusic
Orang
kebanyakan hanya mengenal jenis musik seperti Klasik, Pop, Jazz, dan Rock. Belum
banyak orang yang mengenal dengan apa yang disebut Musik Kontemporer. Musik Kontemporer
memang bukanlah genre musik yang gemerlap. Musik Kontemporer senantiasa
mengolah lakunya sendiri untuk senantiasa menjalankan sebuah pembaharuan.
Itulah mengapa keberadaan Musik Kontemporer seolah “terasing” di tengah hingar
bingar dan gegap gempita serta gemerlapnya jenis musik yang lain. Keadaan ini tidak
saja terjadi di tanah air, di negara Eropa dan Amerika Serikat pun Musik Kontemporer
harus menikmati kesunyiannya.
Musik
Kontemporer secara popular dapat dimaknai sebagai musik yang mengedepani jaman. Untuk
senantiasa mengedepani jaman itulah, Musik Kontemporer senantiasa mengupayakan
hal baru. Baru dalam arti tata gramatika dan idiom bermusik, baru dalam konsep
maupun baru dalam penggunaan ragam alat musik dan eksplorasi terhadap bunyi. Tautan
dari pembaharuan ini adalah revitalisasi atau pemberian “daya hidup” yang baru
bagi Musik Tradisi. Wujud nyatanya berupa garapan musik gendhing dengan tata
komposisi Musik Barat atau gamelan yang diperlakukan tidak lagi sebagai sebuah
ensembel, namun tiap piranti gamelan dapat berdiri sendiri - tentu dengan teknik
permainan yang mengeksplorasi bunyi dengan cara baru.
Nilai
positif dari pertumbuhan Musik Kontemporer adalah hidupnya kembali Musik Tradisi.
Musik Tradisi seolah mendapat “baju baru” untuk bersama-sama berbicara dengan
sama lantang pada blantika musik dunia. Di Indonesia, ada tiga tokoh utama
Musik Kontemporer: Sapto Rahardjo,
Slamet Abdul Sjukur, dan Ben Pasaribu.