Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.


DAVE BRUBECK DAN TAKE FIVE
Di tahun 1959, dunia dikejutkan oleh sebuah penampilan LIVE dari Dave Brubeck dan kawan-kawan. Kala itu mereka membawakan sebuah lagu karya Paul Desmond. Lagu yang sekaligus musik yang nantinya akan merubah total cara pandang pemusik dan masyarakat musik akan beberapa tatanan dan norma tertentu. Lagu tersebut adalah TAKE FIVE!!!


Sampai sekarang Take Five sudah menjadi standar acuan bagi keterampilan bermain Jazz. Dari mulai versi piano solo, guitar solo, combo Jazz, dan bahkan tatanan format orkestra. Begitu banyak para pemusik Jazz yang merasa tertantang untuk bisa berimprovisasi dalam koridor tatanan harmoni Take Five. Di tanah air pun, bahkan untuk siswa sekolah musik yang belum begitu mahir pun sudah mulai tertantang untuk memainkan dan mengolah rasa dalam Take Five.


ELEMEN BARU DALAM TAKE FIVE
Kira-kira, apa yang membuat Take Five melegenda? Apakah melodinya yang “enak” didengar? Harmoninya yang “aneh”? Menawarkan nuansa yang “berbeda”? Atau apa? Pertama-tama mari kita tengok sejenak sosok Dave Brubeck, sang pemrakarsa dan pelopor Take Five.

"He sort of tired of the traditional patterns of Jazz," demikian kata Patrick Langham, seorang saxophonist dan anggota, serta pengajar di fakultas pada The Brubeck Institute at the University of the Pacific in Stockton, California, USA. Sebuah ungkapan yang singkat padat. Namun cukup akurat menggambarkan sosok Dave Brubeck. Dikatakan, bahwa Brubeck adalah sosok yang “sudah lelah” dengan pola- pola Jazz tradisional. Jadi bagi seorang Dave Brubeck, kelelahan dan kejenuhan adalah sebuah pemicu untuk senantiasa mencari sesuatu yang “baru” dan melakukan pembaharuan.


Suatu saat Dave Brubeck pernah mengikuti sebuah ekspedisi ke jazirah Timur Tengah dan Afrika, atas nama misi kebudayaan Amerika Serikat. Dalam ekspedisi tersebut, Brubeck sempat mendengar sajian Band Marching orang-orang Turki yang memainkan musik dengan format RONDO Musik Klasik, namun dalam birama 9/8. Birama 9/8 sebetulnya juga telah banyak dipakai dalam Musik Klasik Barat. Namun bentuk Rondo, rasa Arab Afrika dalam 9/8 rasanya sangat eksotik dan menarik. Inilah yang kemudian menjadi pemicu bagi Dave Brubeck dan Paul Desmond (saxophonist) untuk membuat sebuah Musik Jazz yang “berbeda’. Lahirlah TAKE FIVE. Tidak lagi dalam 4/4 atau ¾ melainkan dalam birama 5/4.


Berikut adalah nukilan score Take Five untuk keperluan piano solo. Ada beberapa hal menarik yang rasanya tidak rugi juga kita tengok dan kita telisik. Dalam nukilan score tersebut, nampak jelas bahwa Take Five berbirama 5/4 atau QUINTUPLE.


HARMONI DALAM TAKE FIVE
Nampak bahwa dalam tiap bar atau ruas birama, terdapat 5 buah not bernilai ¼. Berbeda dengan 4/4 yang dalam tiap barnya ada 4 not ¼ atau ¾ yang tiap barnya adalah 3 not ¼. Dalam musik 4/4 dan ¾, thesis atau tekanan jatuh pada hitungan pertama. Dalam 5/4, thesis berada dalam hitungan PERTAMA DAN KEEMPAT. Dalam nukilan score, nyata nampak bahwa Take Five dimainkan dalam kunci nada Ebm. Dan tanda perkunciannya berada dalam 6 flat.

Bagi pemula tentu keadaan ini akan terlihat “sangat horor” meski sebetulnya, seperti Chopin pernah berkata: “Bermain piano pada tuts yang putih semua itu sangat sulit. Karena jajaran tuts putih membentuk deret yang rata, sementara panjang jari jemari kita tidaklah rata“. But whatever it is, dalam kenyataannya banyak sekali transpose yang dilakukan dengan alasan “memudahkan permainan”. Dari Ebm menjadi Em dengan tanda perkuncian hanya 1 sharp saja. Apakah memang betul si pianis lebih dimudahkan? Ehm, nampaknya kok tidak ya? Hmm…

Nukilan score adalah bagian A dari Take Five. Sehubungan dengan makin ketatnya HAK CIPTA dalam publikasi media, saya tidak mungkin memuat score secara lengkap. Dalam bagian A tersebut, nyata nampak bahwa hanya ada DUA CHORD saja: Ebm dan Bbm7. Bagian A inilah yang dijadikan koridor improvisasi.


Sementara bagian B yang sebetulnya lebih “enak” dan “mesra” hampir tidak pernah dijadikan koridor improvisasi. Saat saya masih belajar komposisi Musik Modern di Negara yang banyak kangguru nya, teman-teman saya sering menyebut keadaan demikian sebagai TWO CHORDS JUGGLING atau akrobat dua akor.

Dan jangan pernah berpikir: “Ahhhh cuman dua chord, gampang lah improvisasinya!“ Nanti dulu, Bung! Ada hukum tak tertulis di kalangan pemusik Jazz. Bahwa makin sederhana jenis dan macam akor, semakin sulit dan puyeng untuk improvisasi. Tantangan terbesar adalah MENGHINDARI KEBOSANAN dengan hanya dua akor yang terus menerus berulang. Seorang pemain harus bisa all out alias habis-habisan mengolah semua kemungkinan modus tangga nada yang mungkin.

Take Five adalah sebuah karya monumental yang bertumpu pada eksplorasi ketidaklaziman. Maka agak sedikit arif dan bijak, jika menelisik sejenak sajian Take Five saat pertama kali diperdengarkan oleh Dave Brubeck dan kawan-kawan. Yang barangkali paling menarik adalah saat solo improvisasi oleh Saxophon. Modus Tangga nada yang dipergunakan adalah Dorian Eb. Berikut saya sertakan skema Eb Dorian sebagai acuan untuk memudahkan terutama bagi para pemain Jazz pemula.


CARA MEMAINKAN TAKE FIVE
Hal lain yang sangat penting adalah CARA MEMAINKAN TAKE FIVE. Hendaknya sedikit bijak, jika kita senantiasa menyadari bahwa Take Five adalah JAZZ. Dan ketika bermain Jazz, mau tidak mau kita senantiasa dihadapkan pada apa yang dikenal sebagai GROOVE. Jadi rangkaian not 1/8 pada pola iringan tangan kiri, jangan pernah dimainkan dengan feel Musik Klasik. Melainkan senantiasa ada oleh rasa dengan groove dan feel to swing it.


Berikut saya kutipkan komentar tentang bagaimana semestinya Take Five dimainkan:

"These uneven meters play by slightly different rules than the symmetrical meters," London says. For one, people's brains can't process the unusual meters as quickly as the standard ones, so they can't be performed as quickly. "Uneven beats are perfectly fine, but we can't do it quite as fast as with even beats." 

They also can't "swing" the way a lot of jazz does. When a piece swings, two eighth notes in succession aren't played evenly; instead, the first is longer than the second. This can make the figure sound like a triplet (with the first two notes slurred together) instead of two eighth notes. "When you're swinging, you're very close to blurring the lines between duplets and triplets,"

Demikian komentar sekaligus petunjuk yang diberikan oleh Justin London, seorang Professor musik di Carleton Minnesota, Amerika. Intinya adalah bahwa ada “kebiasaan” agar otak terkondisi untuk memainkan beat dan metrum 5/4 ditengah sangat maraknya musik 4/4 dan ¾. Juga pentingnya “merubah aturan” Musik Klasik baku, demi untuk mendapat cita rasa Swing yang Jazz.



MAKNA TAKE FIVE DALAM NAPAK TILAS JAZZ
Sebagai akhirul kata, berikut adalah hal yang layak kita renungkan dan permenungkan akan kehadiran Take Five dalam blantika repertoir Jazz:
  • Take Five adalah sebuah faktual budaya, bahwa Jazz adalah mazhab musik yang kenyal terhadap berbagai Musik Etnik, termasuk Timur Tengah dan Afrika.
  • Dalam napak tilasnya, Jazz senantiasa menghadirkan nuansa dan aura perubahan. Melalui pengalaman, olah rasa, dan bahkan sekedar coba-coba
  • Harmoni koridor Improvisasi dalam Take Five memberi pelajaran pada kita, bahwa apa yang nampak sederhana bukanlah miskin. Sederhana adalah aliansi sublimasi dari kekayaan metafisika yang luar biasa. Dan bukankah Tuhan sendiri bersemayam dalam kesederhanaan,  meski KuasaNya tanpa batas?


1 comment:

  1. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.