Sunday, 1 April 2018

DISIPLIN BERMUSIK - by: Michael Gunadi (Staccato, April 2017)

DISIPLIN BERMUSIK
by: Michael Gunadi
(Staccato, April 2017)


MODAL UTAMA BELAJAR MUSIK
Mungkin suatu saat anda akan ditanya begini: “Apa sih MODAL utama belajar musik?”. Bisa saja dengan spontan anda menjawab: “BAKAT, brooo.” Atau kawan anda bisa saja dengan setengah bersungut-sungut akan berkomentar: “Bakat? Bakat apaan? Yang penting tuh DUIT!”. Les piano emang bisa dibayar es cendol? Terus beli piano, beli gitar, emang bisa dituker ama beras ketan?!

Semua jawaban tersebut sah-sah saja adanya. Namun kurang tepat. Memang BAKAT dan UANG adalah moda penting untuk belajar musik. Tetapi, bakat dan uang BUKAN MODAL UTAMA dalam belajar musik. Modal utamanya adalah DISIPLIN.



DEFINISI DISIPLIN
Disiplin memang memiliki banyak batasan leksikografi. Salah satunya adalah seperti yang tertera dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Disiplin berarti TATA TERTIB. Jelas musik memiliki TATA TERTIB. Anda tidak bisa mulai lesson dengan berbusana daster atau swimpack.

Anda tidak bisa konser tanpa ada tata tertib dalam persiapan penyelenggaraannya. Anda tidak bisa membuat komposisi musik, jika Anda tak mengerti tata tertib dan aturannya. Dan sebetulnya Anda pun tidak bisa mendengarkan musik yang Anda suka tanpa mengindahkan tata tertib lingkungan Anda.

Disiplin berarti KETAATAN. Les musik bukan ajang demokrasi. Anda dituntut taat aturan dan petunjuk guru dan/atau instrukturnya. Konser musik akan berurusan dengan polisi dan hukum jika penyelenggaranya tidak disiplin alias taat peraturan. 


Anda akan jadi bahan ejekan dan dibully habis-habisan, jika membuat komposisi musik tanpa taat aturan. Dan jangan kaget jika anda dilempar ke Truck SatPol Pamong Praja gara-gara tetangga anda buat laporan dikarenakan anda mendengarkan musik dengan seenak puser anda.


DISIPLIN: CABANG KEILMUAN
Pengertian lain dari disiplin adalah, bahwa disipiln merupakan predikat bagi cabang keilmuan. Yang punya obyek dan tujuan, sistematis, dan logis. Musik memiliki semua unsur tersebut. Objek pada musik adalah bunyi. Bunyi yang diolah dan diwujudkan melalui batasan estetika tertentu. Musik memiliki sistem. Baik sistem organum maupun sistem pendidikannya.

Anda tidak bisa dengan terbata-bata belajar gitar melalui video tutorial di youtube. Mengapa? Karena anda tidak paham sistemnya. Musik juga bersifat sangat logis. Musik bukanlah sesuatu yang instingtif. Memberi akor pada lagu MANDI MADU dari Elvy Sukaesih, Ratu Dangdut asal Brebes, tidak bisa hanya berdasar semau gue dan suka-suka. Ada logikanya. Meski mungkin bukan berupa telaah ilmiah.



SUMBER DISIPLIN
Dalam musikologi dikenal dua sumber disiplin. Yakni internal dan eksternal. Dua duanya harus seiring jalan jika seseorang ingin “bisa” main musik. Disiplin internal sangat dipengaruhi oleh angan dan tekad. Bagi seorang siswa musik, role model dari gurunya sangatlah penting untuk membangun dan mengokohkan disiplin internalnya.

Disiplin eksternal merupakan disiplin yang ditampilkan oleh faktor lingkungan. Sangat perlu perjuangan dan usaha luar biasa keras bagi seorang yang belajar musik, manakala ia berada dalam lingkungan keluarga yang sembrono dan tidak taat aturan.

Pengaruh dari gaya hidup dan kebutuhan akan tambahan nafkah juga memerlukan perjuangan ekstra keras. Mengingat misalnya di sekolah kampung, disiplin waktu siswa acapkali terganggu dengan kebutuhan membantu mencari nafkah yang seringkali datang secara mendadak.


MUSIK ADALAH SEBUAH DISIPLIN
Sejak dari awal dicetuskannya ide, sampai dengan bunyi nada terakhir saat diperdengarkan, musik adalah disiplin. Banyak orang mengira bahwa seorang komposer tidak perlu disiplin berlatih dan hanya menunggu atau mencari sumber inspirasi ide. Anggapan ini sangat tidak benar.

Sejak zaman Bach, Beethoven dan bahkan Ennio Morricone, komposer selalu disiplin berlatih. Beethoven selalu membawa gulungan kertas kecil, termasuk saat ia berada diwarung kopi. Bukan saja untuk merekam ide ide musikal yang bisa mendadak muncul, melainkan untuk berlatih mengolah, bergulat, dan memaknai harmoni beserta variasi dan derivatnya.

Tanpa latihan, mungkin Anda bisa membuat satu dua karya yang bermutu. Namun setelah itu Anda akan menemui kebuntuan ide yang membuat anda frustrasi. Dalam komposisi, semakin jam terbang anda tinggi, semakin akrab Anda dalam persetubuhan cinta bersama organum bunyi dan materi musikal. Hal ini terjadi dengan alami. Tinggal bagaimana selera Anda terhadap seni bunyi sajalah yang menentukan bentuk akhir karya komposisi Anda.

Berikut adalah sebuah ilustrasi yang sangat sering dipaparkan tentang siklus aktivitas Beethoven. Dari gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa Beethoven adalah seorang yang berdisiplin tinggi. Bukan saja dalam hal musik melainkan hampir seluruh aktifitas hidupnya dipenuhi dengan keteraturan yang selalu berulang. Bagi sebagian dari Anda, mungkin hal semacam ini adalah sebuah kebisanan yang luar biasa. Namun itulah “harga yang harus dibayar” untuk sebuah totalitas dalam bermusik.



Selain keteraturan alla Beethoven, dalam sebuah orkestra kerap kali juga terjadi aplikasi disiplin. Bahkan juga bentuk disiplin yang menjurus pada hal ekstrem.



Gambar adalah schedule latihan dari sebuah orkestra sekolah SMA di New York beberapa TAHUN YANG LALU. Kita dapat membaca bahwa ada hukuman bagi yang terlambat dengan cara diisolasi di sebuah ruangan. Cara demikian memang sangat ekstrem dan belum tentu mendidik. Namun sekali lagi, itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah kualitas bermusik.


DISIPLIN: MODAL UTAMA DALAM BERKESENIAN
Disiplin sebetulnya adalah modal utama bagi semua cabang kesenian. Seorang Ballerina harus rela mengorbankan kakinya hingga luka luka dan mengalami amorfisaai anatomi hanya demi disiplin latihan. Seorang pemain gitar harus rela mengorbankan waktunya untuk melakukan kegiatan konyol membentuk kuku jemari secara teratur, demi sebuah disiplin mendapatkan bunyi yang ia kehendaki. Seorang pebiolin harus rela dan ikhlas meninggalkan callus dan perih pada jari jarinya.

Yang paling mencengangkan adalah apa yang dilakukan oleh para pianis hebat demi sebuah disiplin. LANG LANG kehilangan masa bermain dan masa mudanya. Yuja Wang menemukan dunia baru antah berantah bersama musik yang ia geluti. Banyak dari mereka yang menjadi sosok makhluk aneh dan bahkan bersifat anti sosial. Semua karena DISIPLIN yang harus dibayar dengan mahal.


ETIKA KONSER
Ada satu disiplin dalam musik, yang nampaknya kurang dan belum familiar untuk dilakukan. Yakni DISIPLIN BAGI PENONTON PERTUNJUKAN MUSIK. Dalam konser musik yang terorganisir dengan semestinya selalu terdapat ETIKA KONSER. Etika Konser ini sebetulnya adalah panduan kepatutan attitude bagi pengunjung.

Sebuah konser musik, terutama Musik klasik, sangat membutuhkan dukungan penonton yang disiplin dalam mentaati etika konser. Grigory Sokolov dalam penampilannya di Jerman setahun lalu, sampai menggebrak piano dan pergi meninggalkan panggung gara-gara ada seorang penonton yang lalai men-silent-kan handphone nya. Herbert von Karajan, sang Dirigen legendaris, sempat beberapa kali berbalik menghadap penonton, untuk mengingatkan penonton akan etika konser.



Ada satu kisah nyata yang kiranya bisa memberi penandasan pada makna disiplin bagi penonton konser. Di Tegal, Jawa Tengah, ada seorang pengusaha sukses. Ia tidak tamat SMP karena sebagian besar hidupnya dia pake untuk berjualan kain di pasar sampai akhirnya sukses. Suatu saat, ia pergi berlibur ke Jerman. Dalam acara tour nya terdapat program MENONTON KARYA WAGNER di sebuah kastil yang dikenal sebagai NEUSCHWANSTEIN.

Saat sampai di tempat, ia begitu terpesona. Terpesona bukan pada musiknya melainkan pada bangunan dan suasananya. Mulailah ia memotret memotret dan memotret serta terus memotret. Bahkan toilet pun ia potret. Begitu asyik dengan memotret, sampai ia tidak tahu lagi sedang mendengarkan musik macam apa.

Sesampainya di Tegal, ia menceritakan pengalamannya dan dengan bangga menunjukkan hasil jepretan camera nya. Salah seorang kawannya, mengatakan bahwa ia sangat beruntung, karena Si kawan bercerita tentang karya Wagner. Begitu mendengar cerita kawannya, si oengusaha ini langsung berkata: “Astaghfirullah aladzim! Ya Allah, ternyata bagus dan hebat to musiknya. Aduh lah kok saya gak ndengirin ya? Lah, payah.  Gak ada satu pun yang memberitahu saya. Coba saya diomongin, pasti saya akan DISIPLIN ndengerin musiknya” Tak berapa lama kemudian, pengusaha ini berangkat lagi ke Jerman khusus ke Neuschwanstein, dan kali ini dengan bekal buku, bacaan, brosur serta DISIPLIN YANG TINGGI.


Seringkali memang, disiplin diidentikkan dengan REWARD and PUNISHMENT. Dan acapkali diasosiasikan dengan militerisme. Hal tersebut boleh dan sah saja. Yang penging, penerapan disiplin khususnya dalam ranah musik, senantiasa harus beradaptasi dengan kultur lokal. Standar disiplin untuk Eropa jelas tidak cocok diterapkan mentah-mentah pada kuktur Asia. 

Namun esensinya adalah, bahwa jika ingin “bisa” bermusik, mutlak harus ada inner dan lingkungan yang mendukung. Yang saling taat dan berpegang pada komitmennya. Dan itulah disiplin sesungguhnya dalam bermusik.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.