Friday, 24 March 2017

ATURAN UMUM DALAM MIKING - by: Michael Gunadi Widjaja (Audiopro, February 2017)

ATURAN UMUM DALAM MIKING
by: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, February 2017


DEFINISI ATURAN UMUM
Aturan Umum yang dimaksud dalam artikel ini adalah padanan dalam bahasa Indonesia untuk istilah GENERAL RULE. Aturan-aturan ini sekilas nampak sederhana dan terkesan bersifat umum semata. Namun dari berbagai testimoni dan penjelasan para sound engineering terkemuka, dapat ditengarai bahwa meski nampak sederhana dan umum, sangat diperlukan dalam pengaturan sistem tata bunyi. Terutama ketika kita berurusan dengan piranti musik yang bersifat akustik.

Sebetulnya tidak ada tetapan baku untuk aturan umum dalam miking. Tiap sound engineering, apalagi yang sudah memiliki pengalaman luas, akan memiliki standarisasi dan standardisasi bagi general rule nya. Yang tersaji dalam artikel ini adalah general rule yang saya tengarai sangat lazim dianut oleh beberapa sound engineering dalam praktek nya.


SISTEM TATA BUNYI (SOUND SYSTEM)
Proses MIKING, dapat dikatakan adalah mata rantai kedua dalam keseluruhan proses reproduksi bunyi. Proses ini terangkum dalam sistem yang dikenal sebagai Sistem Tata Bunyi atau SOUND SYSTEM. TIDAK ADA ATURAN BAKU dalam proses miking. Juga TIDAK PERNAH ADA proses miking yang ideal, apalagi sempurna. Semuanya sangat bergantung pada SELERA. Dan selera ini berada dalam lingkup macam instrumen, jenis musik, karakter pemusiknya.



PROSES MIKING
Sebuah hasil miking yang tidak murni, adakalanya malahan pas untuk jenis tertentu. KATA KUNCI nya hanyalah: EKSPERIMEN TERHADAP BERBAGAI JENIS MICROPHONE DAN PERLETAKANNYA. Pertanyaannya kemudian menjadi begini. Berapa waktu, tenaga, biaya, event yang akan kita keluarkan dalam rangka eksperimen tersebut. Jelas tidak efisien. Saatnyalah ATURAN UMUM BERBICARA. ATURAN UMUM ATAU GENERAL RULE INI BUKAN SEBUAH PRINSIP DASAR ATAU BASIC PRINCIPLE.


PRINSIP DASAR MIKING
Jadi pemahaman aturan umum sungguh sangat mengandaikan pengetahuan yang sangat memadahi seputar fisika dasar untuk bunyi dan fenomena akustik. Namun tentu, saya akan menyertakan beberapa penjelasan meski sekelumit tentang hal-hal yang bersifat fisika.

1. Hal pertama dan utama yang semestinya dilakukan adalah, pastikan sumber bunyi yang berupa instrumen akustik dan vokal, dapat melakukan aksi dan berbunyi sebagaimana mestinya.

2. Jika memungkinkan, kita dapat memilih microphone dengan tanggapan frekuensi (Frequency Response) sebatas jangkau (range) frekuensi dari instrument yang di miking. Jika hal ini tidak memungkinkan, kita bisa melakukan penyesuaian pada equalizer untuk memangkas frekuensi DI BAWAH Frekuensi terendah dalam jangkau yang dimiliki instrumen

3. Posisi awal microphone, bisa dipatok pada lokus yang relatif dekat, bukan terdekat ya, dari instrumen. Kemudian bisa dilakukan pergeseran posisi mic sampai mendapat bunyi yang kita kehendaki. Beberapa sound engineeri melakukan penyesuaian letak dengan cara menutup satu telinga dengan menggunakan jari. Hasilnya memang kan sangat membantu mendapat clarity namun cara seperti ini sama sekali tidak menyehatkan telinga.


4. Ada hal yang senantiasa harus diingat. Semakin dekat microphone ke sumber bunyi, maka POTENTIAL ACOUSTIC GAIN atau PAG akan semakin meningkat. PAG ini dapat dihitung dengan menggunakan formulasi
PAG = 20 ( log D1 – log D2 + log D0 – log Ds ) – 10 log NOM -6

Yang mana:
Ds            : Jarak sumber bunyi ke mic
D0            : Jarak sumber bunyi ke pendengar
D1            : Jarak mic ke speaker utama
D2            : Jarak speaker ke pendengar
NOM        : Jumlah mic yang on bersamaan
-6              : Koefisien margin stabil untuk feedback
Log           : Logaritma berbasis 10

Sepintas formula ini sangat rumit, namun kita sekarang memiliki free software, dan scientific calculator engan harga terjangkau untuk menyelesaikan persamaan semacam itu.


5. Semakin dekat letak mic ke sumber bunyi, perubahan TIMBRE sumber bunyi semakin rentan terjadi

6. Pergunakan sesedikit mungkin microphone. Dua atau lebih instrumen bisa hanya menggunakan 1 mic saja. Tentu ini bergantung pada gain instrument, konsep musik, karakter permainan pemusik

7. Jika harus memakai demikian banyak microphone,untuk amannya pastikan bahwa:
JARAK ANTAR MIC = 3x JARAK MIC TERHADAP SUMBER BUNYI. 

Formulasi seperti ini kerap dipakai sound engineer papan atas seperti John Bourdreau dan Tim Vear yang juga adalah advisor perudsahaan microphone terkemuka.


KIAT MENAPIS FEEDBACK
Berikut adalah aturan umum untuk menapis feedback dan bunyi yang tidak dikehendaki

1. Sedekat mungkin sumber bunyi, sejauh mengkin dari sumber bunyi yang tak dikehendaki. Termasuk speaker dan instrumen yang sama jenisnya

2. Jika memakai omni directional mic, pastikan on axis pada sumber bunyi. Untuk mic cardioid, 180 derajat OFF axis sumber bunyi yang tak dikendaki.



KIAT MENAPIS BUNYI POP
Berikut adalah aturan umum menapis bunyi POP untuk konsonan p, b, t pada vokal
1. Ambang batasnya adalah satu jengkal dari mulut vocalis
2. Pergunakan mic omni directional
3. Letak mic TIDAK DISARANKAN direct on axis terhadap mulut vokalis
4. Bisa ditambah POP Filter


Sebagai pedoman kita. General Rule yang paling mewadahi adalah hasil intisari dan rangkuman pengalaman serta trial yang tidak ada hentinya. Let’s Get A Better Sound!


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.