ATURAN UMUM DALAM MIKING
by: Michael Gunadi Widjaja
Audiopro, February 2017
DEFINISI ATURAN UMUM
Aturan Umum yang dimaksud dalam artikel ini adalah padanan dalam
bahasa Indonesia untuk istilah GENERAL
RULE. Aturan-aturan ini sekilas nampak sederhana dan terkesan bersifat umum
semata. Namun dari berbagai testimoni dan penjelasan para sound engineering
terkemuka, dapat ditengarai bahwa meski nampak sederhana dan umum, sangat
diperlukan dalam pengaturan sistem tata bunyi. Terutama ketika kita berurusan
dengan piranti musik yang bersifat akustik.
Sebetulnya tidak ada tetapan baku
untuk aturan umum dalam miking. Tiap sound engineering, apalagi yang sudah
memiliki pengalaman luas, akan memiliki standarisasi dan standardisasi bagi
general rule nya. Yang tersaji dalam artikel ini adalah general rule yang saya
tengarai sangat lazim dianut oleh beberapa sound engineering dalam praktek nya.
SISTEM TATA BUNYI (SOUND SYSTEM)
Proses MIKING, dapat dikatakan
adalah mata rantai kedua dalam keseluruhan proses reproduksi bunyi. Proses ini
terangkum dalam sistem yang dikenal sebagai Sistem Tata Bunyi atau SOUND
SYSTEM. TIDAK ADA ATURAN BAKU dalam proses miking. Juga TIDAK PERNAH ADA
proses miking yang ideal, apalagi sempurna. Semuanya sangat bergantung pada
SELERA. Dan selera ini berada dalam lingkup macam instrumen, jenis musik, karakter
pemusiknya.
PROSES MIKING
Sebuah hasil miking yang tidak
murni, adakalanya malahan pas untuk jenis tertentu. KATA KUNCI nya hanyalah: EKSPERIMEN TERHADAP BERBAGAI JENIS
MICROPHONE DAN PERLETAKANNYA. Pertanyaannya kemudian menjadi begini. Berapa
waktu, tenaga, biaya, event yang akan kita keluarkan dalam rangka eksperimen
tersebut. Jelas tidak efisien. Saatnyalah ATURAN UMUM BERBICARA. ATURAN UMUM
ATAU GENERAL RULE INI BUKAN SEBUAH PRINSIP DASAR ATAU BASIC PRINCIPLE.
PRINSIP DASAR MIKING
Jadi pemahaman aturan umum
sungguh sangat mengandaikan pengetahuan yang sangat memadahi seputar fisika
dasar untuk bunyi dan fenomena akustik. Namun tentu, saya akan menyertakan beberapa
penjelasan meski sekelumit tentang hal-hal yang bersifat fisika.
1. Hal pertama dan utama yang
semestinya dilakukan adalah, pastikan sumber bunyi yang berupa instrumen
akustik dan vokal, dapat melakukan aksi dan berbunyi sebagaimana mestinya.
2. Jika memungkinkan, kita dapat
memilih microphone dengan tanggapan frekuensi (Frequency Response)
sebatas jangkau (range) frekuensi dari instrument yang di miking. Jika hal ini
tidak memungkinkan, kita bisa melakukan penyesuaian pada equalizer untuk
memangkas frekuensi DI BAWAH Frekuensi terendah dalam jangkau yang dimiliki
instrumen
3. Posisi awal microphone, bisa
dipatok pada lokus yang relatif dekat, bukan terdekat ya, dari instrumen. Kemudian
bisa dilakukan pergeseran posisi mic sampai mendapat bunyi yang kita kehendaki.
Beberapa sound engineeri melakukan penyesuaian letak dengan cara menutup satu
telinga dengan menggunakan jari. Hasilnya memang kan sangat membantu mendapat
clarity namun cara seperti ini sama sekali tidak menyehatkan telinga.
4. Ada hal yang senantiasa harus
diingat. Semakin dekat microphone ke sumber bunyi, maka POTENTIAL ACOUSTIC GAIN atau PAG akan semakin meningkat. PAG ini dapat
dihitung dengan menggunakan formulasi
PAG = 20 ( log D1 – log D2 + log D0 – log Ds ) – 10 log NOM -6
Yang mana:
Ds : Jarak sumber bunyi ke mic
D0 : Jarak sumber bunyi ke pendengar
D1 : Jarak mic ke speaker utama
D2 : Jarak speaker ke pendengar
NOM : Jumlah mic yang on bersamaan
-6 : Koefisien margin stabil untuk feedback
Log : Logaritma berbasis 10
Sepintas formula ini sangat
rumit, namun kita sekarang memiliki free software, dan scientific calculator
engan harga terjangkau untuk menyelesaikan persamaan semacam itu.
5. Semakin dekat letak mic ke
sumber bunyi, perubahan TIMBRE sumber bunyi semakin rentan terjadi
6. Pergunakan sesedikit mungkin
microphone. Dua atau lebih instrumen bisa hanya menggunakan 1 mic saja. Tentu
ini bergantung pada gain instrument, konsep musik, karakter permainan pemusik
7. Jika harus memakai demikian
banyak microphone,untuk amannya pastikan bahwa:
JARAK ANTAR MIC = 3x JARAK MIC
TERHADAP SUMBER BUNYI.
Formulasi seperti ini kerap dipakai sound engineer
papan atas seperti John Bourdreau
dan Tim Vear yang juga adalah
advisor perudsahaan microphone terkemuka.
KIAT MENAPIS FEEDBACK
Berikut adalah aturan umum untuk
menapis feedback dan bunyi yang tidak dikehendaki
1. Sedekat mungkin sumber bunyi, sejauh
mengkin dari sumber bunyi yang tak dikehendaki. Termasuk speaker dan instrumen
yang sama jenisnya
2. Jika memakai omni directional
mic, pastikan on axis pada sumber bunyi. Untuk mic cardioid, 180 derajat OFF
axis sumber bunyi yang tak dikendaki.
KIAT MENAPIS BUNYI POP
Berikut adalah aturan umum
menapis bunyi POP untuk konsonan p, b, t pada vokal
1. Ambang batasnya adalah satu jengkal dari mulut vocalis
2. Pergunakan mic omni
directional
3. Letak mic TIDAK DISARANKAN
direct on axis terhadap mulut vokalis
4. Bisa ditambah POP Filter
Sebagai pedoman kita. General
Rule yang paling mewadahi adalah hasil
intisari dan rangkuman pengalaman serta trial yang tidak ada hentinya. Let’s
Get A Better Sound!
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.