Tuesday, 23 July 2019

REFERENSI EQ & COMPRESSION | Audiopro, July 2019

“REFERENSI EQ & COMPRESSION”
Audio Pro, Juli 2019
by: Michael Gunadi


Terlebih dahulu akan diberikan batasan tentang istilah EQ dan COMPRESSION. Batasan yang bukan sebagai makna istilah. Melainkan batasan agar diperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang apa yang akan dreferensikan dan bagaimana penerapannya.

EQ
Dalam ranah audio professional, istilah EQ mengacu pada satu proses, yakni proses manipulasi Bukan sekedar perubahan, melainkan manipulasi. Manipulasi dari perimbangan atau balans komponen frekuensi dalam sebuah sinyal audio. Mengapa perlu ada manipulasi balans frekuensi? Begini ceritanya.

Telinga manusia, bisa mengenali sinyal audio dalam rentang frekuensi antara 20 Hz sampai 20 kHz. Mohon diperhatikan bahwa istilah yang dipakai adalah mengenali (detect) dan bukan hanya mendengar (Hear/capturing sound). Rentang frekuensi yang mampu dikenali telinga manusia, jika dijabarkan berdasar spectrum gelombang nya, akan didapat pembagian semacam ini. 

Dalam spectrum gelombang semacam itulah kemudian telinga manusia mampu mengenali TIMBRE atau warna bunyi. Adanya timbre inilah, yang menjadikan telinga mengenali bunyi gitar listrik. Piano. Kendhang Jawa dan suara manusia Dalam kenyataannya, banyak bunyi dan suara yang mengalir dalam frekuensi yang sama. 


Lalu apa yang menjadikan telinga mampu mengenali perbedaan warna tiap bunyi? Jawabannya adalah bahwa dalam tiap timbre/warna bunyi selalu ada Fundamental frequency dan partials nya. Hubungan antara partials dan fundamental frequency menghasilkan sebuah ratio atau perbandingan. Perwujudan ratio itu dapat berupa FREKUENSI HARMONIK DAN FREKUENSI INHARMONIK. Inilah yang merangsang otak untuk dapat membedakan warna bunyi tiap sumber bunyi termasuk instrumen musik.

Dalam praktek audio di lapangan, beberapa sinyal audio mengalir bersamaan maupun bersimpang siur. Kadang terjadi saling tindih yang disebut MASKING. Keadaan ini sangat mempengaruhi telinga dan otak untuk dapat mencecap dan menikmati sinyal audio secara semestinya. DALAM KEADAAN SEMACAM INILAH kita melakukan EQ dengan menggunakan piranti equalizer.


COMPRESSION
Lazim disebut sebagai Dynamic Range Compression. Yakni sebuah pemroses sinyal audio. Proses berjalan dengan mereduksi VOLUME dari bunyi yang terlampau keras dan mengamplifikasi sinyal bunyi yang terlampau lemah. Proses ini berjalan pada DYNAMIC RANGE dari aliran sinyal audio. Dynamic Range sendiri diberi batasan sebagai: Nilai jangkau antara bunyi terkeras dan terlemah.

Dalam gambar dapat dilihat bahwa prinsip kerja Compression adalah menjadikan GAIN mendekati sebuah ambang batas atau Threshold. Lalu mengapa kita membutuhkan compresiion. Penggunaan Compression sangat signifikan pada ruang publik. Misalnya pada RESTAURANT. Di sebuah Restaurant kerap kali disajikan musik. Musik ini harus lemah saja agar pengunjung masih bisa berbincang dengan kawannya. Namun demikian, musik yang lemah itu harus tetap terdengar jelas tiap komponen nya. Satu lagi fungsi penting dari compresiion adalah saat bekerja untuk keperluan Suara Manusia. Compression bisa mereduksi bunyi sibilan yang mendesis. 

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi referensi penggunaan EQ dan Compression terutama saat dibutuhkan waktu kerja dan penanganan yang mendesak.


Compression
  • Jika parameter ATTACK, value nya dikurangi , maka akan terjadi penambahan ketebalan ATTACK. Pada beberapa kasus, keadaan ini pas dilakukan untuk Drums 
  • Jika parameter ATTACK value nya ditambah maka kegesitan Transien akan menurun dan malahan nuansa Ambience akan lebih terasa
  • Intensitas sumber bunyi dan transparansinya berbanding lurus dengan parameter RATIO
  • Penting dipahami, bahwa Compression ini bukan Cuma sebagai pengompres level.Melainkan berperan juga dalam memunculkan KARAKTER bunyi tiap instrumen dengan memainkan ketajaman Transien.
  • Nampak sepele tapi baik jika selalu diingat. Your EARS is The most accurate metre.



EQ
  • EQ melibatkan lebih banyak parameter dan cakupan frekuensi. Maka manajemen kerja sangat diperlukan agar didapat efisiensi yang semestinya. Hal utama adalah menentukan sweet spot, atau lokus yang paling pas di tiap track. Bisa diawali dengan menentukan terlebih dahulu frekuensi rawan pada tiap track dan kemudian kita melakukan sweeping atau penyisiran.
  • Tentukan frekuensi yang kasar atau cacat (Harsh Frequencies) dengan cara sweep dan boost secara ekstrem untuk kemudian kita CUT
  • Boosting seperlunya. Nah, seperlunya itu seberapa? Bergantung dari konsep kita. Bunyi yang bagaimana yang akan dihasilkan reproduksinya. Apakah se-purist mungkin, ataukah malahan konsep kita adalah bunyi yang sepenuhnya artifisial.
  • Percaya sepenuhnya pada kemampuan telinga kita. EQ sama sekali bukan keharusan apalagi kewajiban.
  • Hati-hati jika meng EQ gitar listrik ber efek Distortion. Pengalaman lapangan menunjukkan, kisaran 3-4 dB untuk Boost dan Cut sudah sangat memadahi.
  • Para sound engineering terkemuka senantiasa menyarankan agar meng EQ SECARA MONO. Bagaimana referensinya? Bisa menggunakan SPEAKER MONITOR dan HANDPHONE. Seperti kata editor audio Hugh Robjohns, speaker monitor dan headphone saling melengkapi DAN BUKAN SALING MENGGANTIKAN.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.