“JAZZ SIGHT READING”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, August 2016
APA ITU SIGHT
READING?
Agak susah
untuk memadankan istilah SIGHT READING ke dalam Bahasa
Indonesia. Saya pribadi lebih suka memakai istilah LINTAS BACA sebagai padanan
istilah sight reading. sight reading terdapat pada ujian musik.
Terutama ujian musik internasional, seperti: ABRSM, Trinity Guildhall, bahkan Yamaha Music, dan juga sekolah atau kursus ataupun konservatori
(dalam tanda petik) di tanah air.
Dalam
pelaksanaannya, sight reading
berwujud: seseorang disodori sebuah naskah musik. Kesulitannya sepadan dengan grade nya. Kemudian naskah musik
tersebut DIBACA SELINTAS. Umumnya yang dimaksud selintas adalah sekitar 30
detik saja. Dan bisa sampai 5 menit untuk sight
reading grade Diploma. Setelah melakukan lintas baca, kemudian naskah musik
tersebut dimainkan.
Parameter
keberhasilannya adalah MEMAINKAN NASKAH MUSIK TERSEBUT PERSIS SAMA, TERMASUK
DETAIL KECILNYA – sesuai dengan apa yang tertulis. Bagi sebagian orang, lintas
baca atau sight reading ini adalah
sebuah adegan horor nan mencekam yang sampai bisa bikin stress, gemetaran, dan
bahkan perasaan mual.
TUJUAN SIGHT
READING
Sebetulnya,
apa sih tujuan nya ujian musik internasional menyertakan sight reading? Kenapa kok tidak cukup hanya MAIN LAGU dan
tangganada saja? Kan katanya ujian performance?
Ya pokoknya perform lagu, bagus, tanpa salah, kelar kan? Kok pake dimacem-macemin
suruh lintas baca segala? Hmm... Bagi
siswa yang menekuni Musik Klasik, sight
reading adalah hal yang mutlak perlu! Mengapa? Jangan pernah lupa, bahwa
Musik Klasik adalah BUDAYA LITERER. Jadi Musik Klasik HARUS DIBACA. Perkara
sudah baca kemudian main dengan hafalan dan khataman itu lain cerita.
Baca lintas
juga merupakan indikator penguasaan konsep dasar musik, yakni struktur dan pola.
Jika seseorang mampu melakukan lintas baca dengan memuaskan, hampir dipastikan
bahwa ia sangat paham dengan struktur dan ragam pola dalam sebuah sajian musik.
Jika
seseorang ingin bergabung dengan kelompok orkestra, kemampuan lintas baca
mutlak perlu. Sebab sebuah orkestra memiliki waktu latihan bersama yang sangat
terbatas. Mengingat biaya yang harus efisien. Semakin banyak latihan bersama,
berarti semakin membengkak nya biaya operasional. Jadi sangat tidak mungkin
serombongan pemain orkestra menunggu beberapa anggotanya yang berkutat setengah
mati hanya untuk membaca naskah. Demikian juga dengan paduan suara atau choir
yang professional.
AMBIGUITAS JAZZ
Paparan
paragraf di atas adalah tentang lintas baca dalam ranah Musik Klasik. Lalu
bagaimana dengan ranah Jazz? Dalam Jazz, lintas baca menghadapi beberapa
persoalan yang nampaknya tak akan kunjung selesai untuk diperdebatkan. Masalah
dan juga akar masalah yang utama adalah adanya ambiguitas. Jazz dikenal sebagai
sebuah genre atau mazhab musik yang akar budayanya adalah Musik Etnik yang
folklorik. Jazz dalam esensinya TIDAKLAH BERSIFAT LITERER. Jazz, sebagaimana
seni tadisional yang folklorik, senantiasa disampaikan dengan bahasa tutur dan
bukan dengan bahasa tulis.
Malahan para
legenda Jazz pada awal perkembangannya adalah para pemusik yang tidak pernah
tahu notasi. Tidak pernah mengecap pembelajaran dan pendidikan musik yang
layak. Para legenda Jazz masa awal adalah pemusik yang berbicara melalui relung
hati dan kejujuran serta kepekaan rasa dan cita rasa seni musik yang luar
biasa. Dan dalam esensinya, Jazz seharusnya hadir dalam nuansa sedemikian.
Tentunya para
pembaca (yang memang membaca) akan secara spontan terpekik “Lho?! Lha kalo Jazz itu bukan budaya tulis, ya nggak usah baca dong
kalo pingin maen Jazz… Trusssss ngapain coba disuruh lintas baca di Jazz? Ah…
mengada-ada dan lebay bin sotoy nis!”
JAZZ KEKINIAN
Persoalannya
begini. Jazz zaman sekarang itu, sudah tidak lagi berupa combo yang pemainnya 4
doang. Jazz zaman sekarang sudah hadir dalam bentuk Band Besar dengan
arransemen kompleks yang tidak lagi mungkin hanya dipelajari lewat mendengar
dan meniru semata. Aliran Jazz zaman sekarang juga bukan hanya Mainstream
Swing dan Free Jazz. Jaman sekarang ada Jazz Avantgarde, yang
mana konsep dan konteksnya mutlak memerlukan lintas baca bagi pemahamannya.
Disamping
itu, kultur budaya modern, lebih memungkinkan untuk menjalin komunikasi melalui
sesuatu yang tekstual. Whatsapp
sangat laris sampai operatornya nangis minta ampun. SMS juga bikin hang
operator. BBM, Line, Trus …. Apa lah ….
Semua laris manis tanjung kimpul. Kecenderungan ini berlaku juga bagi ranah
musik Jazz. Untuk memperkenalkan karya baru, tema nya perlu di tulis. Lintasan
akornya perlu tertulis. Dan bahkan ada catatan-catatan tindakan yang juga harus
terpapar secara tertulis.
Jangan pernah
lupa, kultur modern sekarang ini melahirkan apa yang disebut sebagai JAZZ LITERER. Yakni Jazz yang
improvisasinya DITULIS DAN TERTULIS dan tidak lagi bersifat spontan dan
instingtif. Daniel Barenboim, sang
pianis hebat main Jazz literer. Roland
Dyens, gitaris hebat malahan membuat dan memainkan Jazz literer. Orkestra Quincy Jones juga mempagelarkan Jazz
literer. Jadi, please deh… Lintas
Baca dalam Jazz MUTLAK PERLU sebagaimana
adanya.
BENTUK SIGHT READING DALAM MUSIK JAZZ
Sekarang mari
kita tengok sejenak, bagaimana sajian lintas baca dalam Jazz.
RASA JAZZ DAN AKOR
Selintas, jika
anda seorang pemain piano klasik, score di atas amat sangat sederhana sekali. Dengan
satu mata saja anda bisa memainkannya. Eeeiiiiitttt
…. Nanti dulu ciiing ….. Ini JAZZ. Potongan tersebut HARUS DIMAINKAN DENGAN
RASA JAZZ. Jadi quaver harus disertai
groove
dan bahkan pemindahan aksen. Nah Loh!!!
Tidak cukup sampai disitu. Anda harus secara selintas mempersiapkan akor untuk
dibunyikan dengan tangan kiri. Hmm… Amshiong
deh?!
Bagi
instrument piano, membangun akor secara selintas tidak lah sesulit pada gitar.
Gitar memiliki area geografi yang sangat terbatas. Jadi harus pandai, cerdas, dan
brilian untuk MEMILIH nada mana saja dalam sebuah akor yang akan disentil.
Karena SANGAT TIDAK MUNGKIN BAGI GITAR untuk membunyikan semua nada dalam
sebuah akor yang disonan dan progresif.
Bagaimana
pula dengan yang satu ini?
IMPROVISASI DAN COMPING
Mari kita
simak baik-baik. Di kiri atas tertulis SOLO.
Artinya, ini adalah naskah yang mana anda memainkan solo improvisasi secara
lintas baca. Akornya sudah ditulis. Comping
left hand juga tertulis. Ada clue
note yang berada dalam kotak. Meski demikian, Anda dituntut untuk
menyajikan improvisasi yang punya feel
dan passion. Bukan improvisasi yang
membosankan dan seperti anak ayam ditimpuk jagung. Artinya Anda perlu memakai
semua MODUS TANGGANADA yang cocok dan memungkinkan di setiap bar nya. Hmm…. Gimana tuh? Kabuuur saja ke toilet
yaaaaa… Hahaha…
TIPS SIGHT
READING DALAM MUSIK JAZZ
Banyak music educator yang memberi tips untuk
sesorang agar bisa melakukan lintas baca dengan memuaskan. Namun perkenankan
saya sekedar mereview, apa saja yang
perlu dipersiapkan, jika anda menghadapi kilas baca dalam Musik Jazz?
1. DASAR TEORI MUSIK
Berbeda
dengan lintas baca pada Musik Klasik, yang tingkat kesulitannya seiring jalan grade nya, Jazz tidak demikian. Saat
akan berjuang dalam kancah lintas baca Jazz, Anda dituntut untuk sudah sangat
fasih dalam teori musik. Sebagai prasyarat, adalah baik jika Anda telah lulus
setidaknya grade 5 ABRSM untuk teori musik. Sebabnya adalah, lanskap komposisi
Jazz banyak mempergunakan sinkopasi dan juga susunan interval yang dissonant. Hal-hal semacam itu tidak
bisa diatasi sembari jalan mengiringi kenaikan grade.
2. MENDENGAR MUSIK JAZZ
Sangat
disarankan dan bahkan sangat dianjurkan, agar Anda sesering mungkin mendengar
dan mendengarkan Jazz. Simak pula berbagai video konser dan penampilan Jazz. Hal
ini akan secara tak sadar mengasah feel dan
groove Anda untuk fasih memainkan
naskah Musik Jazz dengan rasa Jazz.
3. ANALISA FORM DAN FOKUS
Seperti
halnya dalam lintas baca pada Musik Klasik, Anda membutuhkan konsentrasi. Pahami
dulu apa yang tertulis. Misalnya jenis irama apa yang akan Anda mainkan? Jangan
sampai karena gemetar, Anda kehilangan konsentrasi. Sehingga tempo Ballad yang Anda mainkan dengan
terburu-buru menjadi Double Swing
yang terseok-seok seperti tukang ojek
mabok.
Perhatikan
juga sinkopasi dan alur pola nya. Naskah Jazz tradisional pasti memiliki pola
keteraturan yang tidak terlalu komplikatif. Berbeda dengan Jazz modern yang pola
nya bisa sangat acak. Namun apapun itu, se-ekstrem apapun sebuah komposisi
Jazz, pastilah memiliki pola. Jangan pernah lupa bahwa RANDOM dan CHAOS pun
sebetulnya memiliki pola dan adalah pola itu sendiri.
4. KEPERCAYAAN DIRI
Hal lain yang
sangat penting adalah SELF CONFIDENCE. Rasa percaya diri. Ingat senantiasa
bahwa Anda berada dalam ranah lintas baca Jazz. Jangan berhenti jika melakukan
kesalahan. Bukankah Jazz itu sendiri adalah sesuatu yang SALAH menurut tata harmoni
baku musik barat? Buat kesalahan menjadi sesuatu yang improvisatif. Nampaknya
memang IT’S EASIER SAID THAN DONE. Namun berbekal mendengarkan dan rajin
bermain, lintas baca Jazz akan terasa seperti Anda membaca komen dalam facebook.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.