Monday, 1 September 2025

GURU MUSIK - by: Michael Gunadi | Staccato, September 2025

“GURU MUSIK”
By: Michael Gunadi
Staccato, September 2025


Karena media ini adalah media dalam ranah musik, maka tentu yang dimaksud GURU dalam tulisan ini adalah GURU MUSIK. Anda tidak perlu khawatir dan tak perlu juga merasa jengah, karena tulisan ini sama sekali tidak membicarakan tentang hal-hal basi yang membosankan dan memuakkan seperti misalnya: apa fungsi dan peran guru musik atau apa jasa-jasa guru musik. Tidak, bukan hal-hal semacam itu. Tulisan ini dihadirkan di hadapan Anda untuk berbicara tentang hal-hal yang mungkin terluput dari perhatian Anda dan bisa jadi malahan tak pernah Anda pikirkan dan bayangkan sebelumnya. Ok? Baik, ayo kita mulai.
 
Hal pertama yang bisa jadi tak pernah diusik oleh rasa ingin tahu anda adalah pertanyaan seperti ini. Guru Musik itu orang yang mengajar musik atau orang yang memberi pendidikan musik? Jawaban dari pertanyaan seperti itu sangat berdampak luas bagi pemahaman orang akan guru musik. Dalam batas tertentu, guru musik bisa sangat bersahaja untuk dipahami definisinya. Namun juga sangat bisa menjadi ruwet, ribet, dan sangat kompleks untuk dimaknai. Apalgi jika dipertautkan dengan dinamika kehidupan sosial seperti di era sekarang ini.
 
Sebetulnya, ada 3 tingkatan guru musik. Yang pertama adalah yang disebut sebagai Music Instructor atau Instruktur musik. Pada tingkat atau level ini, guru musik hanya menjalankan fungsi menjadikan seseorang bisa bermaian atau memainkan alat musik sampai taraf layak menurut standar umum yang berlaku. Seorang Instruktur musik, hanya mengajar berdasarkan hal empirik yang dia trima dari instrukturnya saat dia belajar. Dia tidak peduli bagaimana keunikan siswanya. Dia juga masa bodoh dengan kesulitan siswa dalam berlatih. Tugasnya adalah menularkan ilmu dan ketrampilan seperti yang dia peroleh. 

Apakah ini jelek? TIDAK. Baik saja adanya. Dan memang tugas dan fungsinya hanya sebatas itu. Level ini banyak diisi oleh para penampil atau performer. Biasanya, sambil menunggu jadwal konser yang bisa berlangsung sangat lama dan tak menetntu kapan dia akan diundang untuk konser, para artis performer ini mengajar. Ya mengajar karena dapur nya kan harus tetap mengepul agar dia bisa makan untuk hidup. Di level ini, ijazah formal sama sekali tak dibutuhkan. Cukup portofolio performance nya saja. Biasanya dari Channel Youtube atau Instagram dan Medsos lainnya.


Yang kedua adalah Music Teacher. Dalam level ini, guru musik bukan sebagai instruktur atau pemberi instruksi semata, melainkan sudah memasukkan unsur-unsur pendidikan atau educational elements. Seperti misalnya: Psikologi Pendidikan, Metodologi Didaktik, Aspek komunikasi segitiga pendidikan dengan Parents, dan berbagai upaya agar musik bukan semata sebagai seni ketrampilan melainkan adalah pendidikan tentang kehidupan itu sendiri. Dalam level ini jelas ijazah dan pendidikan formal mutlak diperlukan.


Yang ketiga adalah Music Educator. Dalam level ini Guru Musik memiliki kemampuan untuk menelaah keunikan siswa termasuk merancang silabus dan bahkan kurikulum secara mandiri. Level ini biasa diisi oleh para expert S2 dan/atau S3. Lalu pertanyaan berikutnya: Lho kalau begitu ya kita jelas pilih yang Music Educator dong !! Eitttt tunggu dulu, gak sesimpel anda makan mie ayam ya, cing. Music Educator itu Fee nya mahal. Jadi tergantung apa kebutuhan Anda. Jika Anda hanya ingin have fun yaaaaa sekedar main Für Elise salah salah dikit, atau nampang di Ulang Tahun main Pop nyanyi nyanyi yaaaa belajar dengan Instruktur cukup lah. Bagus juga. Pas dengan kebutuhan Anda. Dan satu lagi, Music Educator itu expert, mereka selektif dalam memilih siswanya. Lalu bagaimana dengan Music Teacher. Jika anda menginginkan meniti jalur Professional bidang musik, cari lah itu. Baru kemudian lanjut ke Music Educator kalau beliaunya mau mengajar Anda atau anak Anda.
 
Hal berikutnya adalah apakah guru musik sebuah profesi yang terhormat nan luhur mulia? Begini. Sebelum 2010, di USA, profesi guru musik adalah sebuah profesi yang sangat dihormati. Seorang yang Graduated dari Fakultas keguruan musik dianggap berbudi luhur, beradab, memiliki cita rasa seni yang bagus, dan memiliki intelektual yang mumpuni. Dengan berkembangnya jaman, ada digitalisasi, Covid, situasi ekonomi global yang seperti ayam cincang, di USA saat ini, Guru Musik dianggap sebagai profesi yang....... Layak dikasihani.


Situasi di Indonesia agak unik lagi. Satu sisi para parents hormat dan respect. Guru musik diberi kado Natal, Idul Fitri, hadiah Ultah. Kalo datang rumah diajak makan malam nan mewah. Tapi di sisi lain, itu siswa bisa minta ganti jadwal lesson berkali-kali dalam sebulan dengan alasan yang tidak masuk akal. Papi ada meeting dengan partner Golf nya. Mami ada pesta Ultah dengan artis. Oma ngajak ke Bogor. Opa ngajak milih mainan kreta api listrik. Sopir gak masuk. Ya naik transpor online dong kan anaknya SMP. Ihhhhhh gimana sih. Takut knapa-knapa. Haiyaaaah. Sebetulnya ini adalah sebuah ironi. Respect terhadap guru dipersandingkan dengan gonta ganti jadwal yang tentu dalam batas tertentu dapat dimaknai bahwa lesson yang diberikan si guru tersebut tidak dianggap penting.
 
Terhadap fenomena demikian, ada saja yang mengatakan bahwa yaaa itu adalah resiko profesi. Ok. Resiko profesi. Namun menjadi menarik jika kita menelisik sejenak, apakah keribetan-keribetan tersebut sebanding dengan salary rata -ata guru musik. Guru musik itu dalam hal income tergolong unik. Karena jumlah siswa yang dapat ditangani jumlahnya sangat terbatas. Jika dalam satu minggu seorang guru musik memiliki 40 siswa, dapat dikatakan dia sungguh beruntung dan terberkati secara finansial. Terbatasnya jumlah siswa yang ditangani umumnya terpengaruh oleh jadwal start on lesson. Lazimnya hanya dari jam 2 siang sampai jam 8 malam. Selain jam tersebut agak susah mendapat siswa yang fleksibel diluar jam-jam tersebut sehubungan dengan sekolah formalnya. Mari sekedar kita perbandingkan salary atau ya sudahlah sebut sebagai GAJI dari beberapa negara.
 
Gaji guru musik di Amerika Serikat bervariasi menurut negara bagian dan sekolah, namun berikut adalah beberapa gaji rata-rata: Gaji tahunan rata-rata untuk seorang guru musik adalah $54,498, dengan kisaran $44,000–$77,000 . Gaji rata-rata per jam untuk seorang guru musik adalah $26, dengan kisaran $21–$37. Gaji bervariasi di setiap negara bagian, dengan Oregon memiliki gaji rata-rata tertinggi sebesar $62,895 dan Florida memiliki gaji terendah sebesar $37,714. Pada Oktober 2024, gaji Tahunan rata-rata untuk guru musik di Berlin, Jerman adalah €48,000 atau setara dengan 800 jutaan. Sebulannya yaaaa 70 jutaan ya. Di Singapura, gaji rata-rata untuk guru musik adalah antara $3,000 dan $4,933 per bulan, dengan kisaran $3,167–$9,500 per bulan. Di Indonesia hanya 4 sampai 6 juta saja sebulannya. Hmmmm. Tentu ini juga bergantung pada GNP tiap tiap negara.
 
Namun, jujur saja, anda akan terkesima melihat data tersebut. Rentang pendapatan guru musik di tanah air tercinta tergolong sangat kecil dibanding negara lain (yang dianggap makmur tentu saja). Lalu apakah ini berarti guru musik di negara negara “makmur” tersebut hidupnya lebih sejahtera? Jawabannya adalah TIDAK. Kenapa? Yang pertama harga harga consumer goods di negara negara tersebut sangat mahal bahkan bagi native nya sendiri. Jasa-jasa pelayanan juga sangat mahal. Ditambah lagi adanya pajak yang boleh dibilang besarnya bisa hampir setengah pendapatan. Plus ditambah dengan asuransi yang wajib. 

Di Jerman malahan ada tambahan potongan Dana Gereja meski you tidak menggereja. Meski demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa di Indonesia pendidikan musik masih tidak dianggap sebagai hal primer. Meski dalam KURIKULUM MERDEKA untuk TK SD SMP SMA SMK , musik dicantumkan sebagai salah satu “hal wajib. Inilah yang membuat income Guru Musik di Indonesia hanya so lala belaka. Tapi tak mengapa. Karena taraf konsumsi di Indonesia, harus diakui, masih sangat memungkinkan untujk rentang income sedemikian.


Sekarang terlepas dari income atau pendapatannya, dunia musik mencatat beberapa keunikan tentang para Guru Musik. Yang pertama adalah guru piano dari Evgeny KissinEvgeny Kissin adalah Maha Pianis. Legenda Piano. Bahkan dikatakan sebagai salah satu manusia yang paling luar biasa menaklukkan musik piano. Dia Super Talented. 


Orang banyak mengira bahwa Kissin pasti belajar dengan banyak Doktol dan Plopessol Piano. Kenyataannya tidak. Kissin hanya belajar pada satu guru saja. Anna Pavlova Kantor. Bu Anna ini guru piano kampung. Tapi dia bertangan dingin dan mampu menjadikan Kissin seorang Legenda yang takkan pernah terlupakan sepanjang hayat musik piano di dunia.


Berikutnya adalah SANG PUJANGGA PIANO, yakni Chopin. Chopin ini aneh. Dia TIDAK PERNAH BELAJAR DENGAN GURU PIANO. Gurunya adalah seorang PEMAIN BIOLA. Chopin sejatinya tak tahu menahu tentang dunia Piano yang sejak jaman itu sebetulnya sudah penuh dengan persaingan yang tajam dengan intrik dan licik-licikan. Ada cerita begini: Chopin ini tidak tahu, bahwa pada jamannya ada HAL TABU TENTANG MAIN PIANO. Yakdi SANGAT TABU JIKA JEMPOL MAIN DI TUTS HITAM atau Black Keys. Ketika mengetahui hal tersebut, Chopin terkejut dan terheran-heran. Chopin kemudian membuat satu Etude yang kemudian terkenal sebagai THE BLACK KEYS ETUDE. Secara sangat artistik dan cerdas serta tajam, Chopin MENGHANCURKAN MITOS LARANGAN JEMPOL MAIN DI TUTS HITAM. Secara cerdas, Chopin mau mengatakan begini: Loe loe orang mentabukan jempol main di black keys kan .... nih coba loe loe orang main etude gw yang ini tanpa jempol...kencing di celana loe !!!
 

Berikutnya adalah kisah Beethoven dan gurunya yakni Joseph Haydn. Haydn ini sebetulnya hidup dengan kacau. Istrinya sama sekali tidak mengerti musik. Karya-karya Haydn banyak yang dijadikan tatakan makanan, bungkus dan lap oleh istrinya. Ya maklum karena gak ngerti. Haydn pun tidak marah. Dia trima nasibnya. Ada kenehan dan kelucuan dalam hubungan guru murid antara Haydn dan Beethoven. Haydn ini tahu bahwa Beethoven itu jenius. Sebagai pianis maupun komposer. Namun sejatinya, Haydn ini sama sekali gak ngerti tentang komposisi yang dibikin Beethoven. Yaaa maklum karena Beethoven dengan kejeniusannya mendobrak semua pakem musik pada jamannya. Sementara Haydn adalah seorang yang sangat kolot dan konservatif dalam hal komposisi. 
 
Meski demikian, Haydn sangat mengapresiasi karya Beethoven dan meski gak ngerti, Haydn pura-pura: Waaah iyaaa iyaaa wuihhh iya hebat ya kamu... Dramatis lho. Beethoven pun tahu bahwa gurunya hanya berpura-pura. Ya terjalin saling mengerti dan main mata lah. Tapi sejatinya itulah musik. Ketidaksepahaman tak selalu harus hadir dalam perdebatan yang memuakkan.


Menutup semesta pembicaraan ini, kita tak dapat melewatkan legenda yang satu ini. Nadia BoulangerBu Nadia ini luar biasa. Dia adalah sosok guru yang menerima keadaan siswanya apa adanya. Dia sangat maklum dan tetap menghormati Astor Piazzolla yang saat itu adalah pemain Akordeon di klub klub bugil. Menurut Almarhum Mas Slamet Abdul Syukur, bu Nadia ini sangat pandai. Berbicara 30 menit dengannya ibaratnya seperti mendapat ilmu satu semester.


“Music is a more potent instrument than any other for education because rhythm and harmony find their way into the inward places of the soul. The world is in great need of more music education.”

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.