Wednesday 1 August 2018

VARIASI - by: Michael Gunadi (Staccato, August 2018)

“VARIASI”
by: Michael Gunadi
Staccato, August 2018


RUTINITAS YANG MONOTON
Musik adalah CERMIN KEHIDUPAN. Bahkan musik adalah rona dari kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kehidupan, musik tak pernah statis. Karena dinamika itu adalah esensi dari kehidupan. Hidup memang bisa saja monoton, menjenuhkan dan membosankan. Begitu juga dengan musik. Musik bisa saja tersaji secara begitu begitu saja. Materinya itu-itu saja. Teknik komposinya selalu cara yang itu-itu doang. 

Lagi-lagi, sebagaimana kehidupan, musik bisa mengandaikan variasi. Orang berangkat ke kantor tiap pagi berkendara mobil pribadi. Adakalanya ia merasa jenuh dan bosan. Ia berganti wahana menjadi motor, taxi, ojek, atau bisa juga Transjakarta. Tapi tujuannya tetap sama yakni PERGI KE KANTOR. Material utamanya juga sama yakni BERPINDAH DARI SATU TITIK KE TITIK LAIN DENGAN BERKENDARA. Begitu juga musik. Dan hakekat variasi yang muncul baik secara konseptual maupun secara spontan instingtif, selalu mengabdi pada tema sentralnya.





DEFINISI VARIASI DALAM MUSIK
Secara teknis, definisi variasi dalam musik, menurut HARPER DICTIONARY OF MUSIC, adalah:

“In music, variation is a formal technique 
where material is repeated in an altered form. 
The changes may involve melody, rhythm, harmony, counterpoint, 
timbre, orchestration or any combination of these.”

Dari definisi tersebut, perlu kita catat beberapa butir penting:
  • Bahwa variasi dalam musik adalah teknik yang bersifat formal. Jadi ada aturan, kebiasaan dan bentuk yang BAKU
  • Dimana sebuah material diulang dengan altered alias ada pengembangan. Jadi syarat variasi dalam musik, tema utamanya harus tetap terasa atau dirasakan penikmatnya.
  • Perubahan (sebagai konsekuensi pengembangan) bisa MELIBATKAN. Ingat kata MELIBATKAN. Jadi bukan TERFOKUS. Melodi, irama, harmoni, kontrapung, warna bunyi atau bahkan kombinasi dari semua unsur tersebut.

Dalam perkuliahan jurusan komposisi, istilah VARIASI mengandung berbagai makna daripada hanya merujuk pada pengertian “selingan” semata. Dalam buku program acara Konser dan/ atau Resital, orang sering menjumpai istilah variasi. 



Misalnya: VARIASI ATAS SEBUAH TEMA DARI BEETHOVEN karya komposer A. Saat membaca kalimat tersebut, beberapa orang tersadar bahwa si A yang komposer itu, selama beberapa waktu bertekun, bergulat dan bercinta serta menyetubuhi sebuah tema karya Beethoven. Si A itu, memvariasi temanya Beethoven. Apa artinya? Yakni bahwa si A mengolah tema Beethoven dengan cara melodis, harmonis, dan ritmis sendiri. Hasilnya adalah sebuah karya musik tersendiri juga. Bagi para penikmat musik, hasil olahan ini selalu menimbulkan rasa penasaran dan daya pikat. Kayak apa sih? Beethoven mau diapain nih? Sesulit apa, serumit apa, apa kesan yang baru?

MAX REGER

ASAL MULA VARIASI DALAM MUSIK
Seni variasi dalam musik, tergolong sangat tua usianya. Publikasi tertulis yang tertua diyakini adalah naskah variasi (disebut DIFERENCIAS) untuk VIHUELA (kakek moyang gitar) karya LUIS DE NARVAEZ abad ke-16. Setelahnya, banyak para komposer yang membuat variasi variasi. Baik variaso dari tema yang dibuat si komposer, maupun variasi dari tema yang dibuat komposer lain. 

Beethoven misalnya, membuat variasi dari tema karya Anton Diabelli. Sedangkan Mozart malahan gemar membuat variasi-variasi dalam skala orkestra. Di era yang “lebih baru”, orang mengenal komposer, pianis, dan dirigen, MAX REGER yang membuat variasi variasi menawan terutama pada tema dari Beethoven.

VARIASI TWINKLE TWINKLE LITTLE STAR
Berikut ini ada sedikit contoh dan sedikit pula ulasan tentang bagaimana komposer membuat variasi dari sebuah tema. Contoh kita adalah karya dari Mozart. Tema utamanya disajikan dalam 8 birama.


TEMA TWINKLE TWINKLE LITTLE STAR

VARIASI MELODI
8 birama tersebut mungkin anda lebih mengenalnya sebagai melodi TWINKLE TWINKLE LITTLE STAR. Dari tema pokok tersebut, Mozart membuat VARIASI MELODI.


Nampak bahwa note value-nya berubah. Dari seperempatan di tema pokok menjadi perenam belasan pada variasi melodi. Melodi yang tadinya beralur polos, kini menjadi berkelak-kelok. Namun jika diperhatikan dan didengarkan, nada-nada tema (tanda/ marks) masih dapat dikenali dan tidak mengalami dekonstruksi yang ekstrem. Setelah variasi melodi, Mozart membuat pula VARIASI IRAMA. 

VARIASI IRAMA
Tentu saja pembaca telah memaklumi bahwa irama yang tadinya pulsatif sederhana pada tema utama, kini berkembang menjadi ritmis. Kesan ritmis diperkuat lagi dengan pola Bass berjalan. Pola Bass berjalan ini sebetulnya bukan warusan Mozart. Teknik Bass berjalan sudah ada sejak jaman Palestrina dengan musik untuk Misa Gereja. Selain melodi dan irama, variasi kerap pula dilakukan terhadap harmoni.


VARIASI HARMONI
Terlihat jelas pada 4 birama terakhir bahwa harmoni berkembang menjadi progresif bahkan dengan akor yang tidak sepenuhnya konsonan atau selaras. Selain variasi terhadap melodi, irama dan harmoni, kerap juga dilakukan variasi perpindahan kepada MINOR. 


Max Reger's Variation & Bach Fuga

VARIASI: KEHABISAN IDE KOMPOSISI?
Sering timbul anggapan, bahkan di Eropa sendiri yang adalah pusat Musik Klasik, bahwa Variasi dibuat karena seorang komposer telah kehilangan ide karya. Anggapan tersebut sama sekali tidak betul. Silahkan simak variasi karya Max Reger berikut ini terhadap karya Bach.

Karya Bach yang terkenal sangat kompleks, bebas namun taat aturan dan memiliki konstruksi yang sangat terkonsep, masih bisa dibuat variasi oleh Max Reger. Malahan Reger sendiri mampu membuat konsep kontrapung khas dirinya yang sama sekali berbeda dari tata norma kontrapung yang lazim dikenal dan merupakan bentuk baku. Silahkan simak bagaimana Max Reger mengolah kontrapung dalam sebuah fuga.



Garis biru adalah tema utama atau SUBJECT. Selesai SUBJECT, suara kedua membunyikan Tema Subject dalam kunci berbeda. Suara pertama saat suara ke dua main Subject, melanjutkan dengan Counter Subject. Setelah suara dua selesai membunyikan Subject, semestinya menurut tata norma kontrapung Fuga yang baku, suara tiga membunyikan Subject. Eeeeeee ini malah suara satu dan dua keasyikan main kontrapung sendiri dan suara tiga baru membunyikan Subject pada garis hijau.

Sebagaimana kehidupan, adakalanya variasi malahan lebih indah dari rutinitas. Bahkan hampir selalu demikian. Namun apapun tafsirnya, hidup memang perlu variasi sebagaimana musik memerlukan variasi sebagai sebuah entitas seni.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.