Wednesday, 31 March 2021

Armando's Rhumba in Heaven - by: Michael Gunadi | Staccato, April 2021

“ARMANDO'S RHUMBA IN HEAVEN”
by: Michael Gunadi
Staccato, April 2021


KEPERGIAN TOKOH JAZZ DUNIA

Tanggal 9 Pebruari 2021 dunia musik berduka. Blantika musik berbelasungkawa. Ranah musik Jazz menangis. Deretan tokoh tokoh dunia menjadi tercekat dan pilu. Armando Anthony Corea atau dikenal sebagai Chick Corea, meninggal akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Bagi orang yang skeptis, mungkin akan berkata begini: “Yaaaaa sudahlah. Dah mati. Kita doain aja deh. Ok. Itu bagus. 

Bagi orang yang agak konsen dengan prospek musik mungkin akan mengatakan: Ya, mari kita lanjutkan karya dan perjuangannya. Apalagi COVID-19 belum kelar. Musik nggak boleh mati”. Hmmm sangat bagus juga. Bagi orang yang sangat kritis, plus sedikit usik, mungkin pertanyaannya akan menjadi seperti: “Emangnya siapa tuh Chick Corea? Hebat banget ya? Jasa apa dia sama musik?” Tidak salah. Baik dan sah saja.


SOSOK CHICK COREA

Membicarakan Chick Corea bukan semata membicarakan pemusik. Tak semata membicarakan ketokohan dalam musik. Tak Cuma sekedar mengenang karya. Chick Corea lebih dari itu. Chick Corea adalah sosok yang memaknai dengan lebih idiom Musik Jazz yang menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan harkat serta martabat. 

CHICK COREA

Beberapa musikolog menempatkan sosok Chick Corea sebagai tokoh pelopor aliran Free Jazz. Bersama sama Miles Davis, trumpetis legendaris. Oh ya, sebelum lupa, barangkali ada yang “lupa”, Chick Corea ini main piano ya. Bukan pemain Drums. Free Jazz yang dipelopori Chick Corea, sepintas adalah aliran Jazz yang seolah membebaskan diri dari semua tatanan norma yang menjadi pakem Jazz klasik atau Swing Jazz. Namun, membebaskan pakem bukan berarti menjadi tanpa aturan. Dan itulah salah satu kehebatan Chick Corea. Ia menempatkan kebebasan sebagai sebuah norma yang tak normatif. Kok norma gak normatif sih, Pak... gimana maksudnya?”

Tentu saja, seorang tokoh sekaligus pelopor seperti Chick Corea takkan pernah habis dibicarakan. Dansepertinya sebuah artikel semacam ini tak perlu lagi membicarakan Chick Corea dari sisi: Dimana lahirnya. Kapan. Siapa ortunya. Sekolah dimana. Cinta ma siapa. Apa aja karyanya. Membosankan, kuno, klise dan pembaca tentu bisa dengan mudah untuk tahu hal-hal tersebut dengan googling. Ada sisi sisi lain yang perlu dikedepankan. Bukan hanya untuk mengenang. Bukan hanya untuk memahami karyanya. Lebih dari itu. Bahwa musik tak terlepas dari sisi-sisi passion yang humanis. Dan mohon maaf, hal itu hanya mungkin jika saya, maaf, mengikutsertakan pengalaman pribadi saya. 

SPAIN - CHICK COREA


CIRI MUSIK CHICK COREA

Tentu saja, saya TIDAK KENAL secara pribadi dengan Chick Corea. Pertama kali saya mendengar permainan Chick Corea adalah dari kaset saat saya kelas 6 SD. Waktu itu saya sudah sangat terbiasa dengan Mainstream Jazz karena papi saya adalah penggemar dan kolektor rekaman Jazz. Ketika saya mendengar musik SPAIN DAN NITE SPRITE, saya kaget bukan kepalang. Ini berbeda. Sungguh berbeda. Chick Corea mengetengahkan warna SPANYOL dengan sentuhan native traditionil Flamenco tanpa harus terjebak menjadi kegitar-gitaran yang kitsch dan bikin muntah. 

Musiknya beda dengan Benny Goodman, Glenn Miller, Oscar Peterson, Hank Jones dan Wes Montgomerry. Tentu dan saya yakin pertanyaan itu pun masih menggema di banyak orang sampai hari ini. Apakah musiknya Chick Corea itu Jazz? There is no swing. There is no changing beat syncopated.Sama sekali tidak ada ayunan irama Swing. Tapi ternyata YA. Musik Chick Corea adalah Jazz dalam artian secara gramatik dan idiom nya. 

Dan saat memainkan improvisasi dalam musik NITE SPRITE, Chick Corea menggunakan Moog Polyphony synthesizer. Hal yang di tahun 80-an sungguh tabu bagi pemusik Jazz Mainstream. Tidak ada grand piano. Hanya Synthesizer dan Rhodes suitcase piano (disebut suitcase karena piano elektrik merk Rhodes itu seperti koper, bisa diringkas dan dijinjing). 

Betapa Chick Corea secara berani mendobrak tradisi Jazz Mainstream. Bahwa musik benar benar seni bunyi dan bukan seni yang dibatasi timbre satu instrumen saja. Kemudian scale yang dipakai. Bukan lagi Church Mode, Tangganada Gregorian seperti Lydian, Mixolydian dan sebangsanya. Chick Corea memanipulasi Phrygian scale yang memang nuansanya penuh sentuhan Spanyol, dengan gramatika dan idiom Jazz tradisional. Hasilnya adalah bagaikan sebuah kopi. Cangkirnya porselain ceramic bunga, kopinya luwak blended dengan aneka fruity. Sedap dan nikmat.

CHICK COREA

Tak perlu susah-susah. Dua album saja anda dengarkan, anda akan dapat mencandrai karakter musik Chick Corea. Terciri. Punya ciri. Jarang Jazzer yang punya ciri. Mohon maaf. Oscar Peterson itu hebat. Apakah dia punya ciri? TIDAK. Orang tanpa melihat, sulit mengatakan bahwa ini solo dari Oscar Peterson. Bagaimana dengan Hank Jones? Sama saja. Sedikit Jazzer yang punya ciri dan kemandirian. Padahal kemandirian itu sebetulnya adalah pijakan Jazz. Agar kebebasan benar terjaga tanpa menjadi pengekor gaya dan ciri pemusik lain.

Setelah menggelegar sukses dengan SPAIN, kemudian Chick Corea meluncurkan album dengan gaya yang sangat berbeda. Dalam album tersebut terdapat komposisi THE CHILDREN SONG yang sama sekali tidak Jazz. Bahkan lanskap kompositorisnya mirip dengan etuda lanskap piano abad 20. Children Song ini sangat popular dan dimainkan banyak pemusik dunia dengan berbagai instrumen. Manuel barrueco menggelar konser dengan memainkan Children Song ini. Selesai Children Song, Chick Corea merilis album solo piano. Dengan lanskap kompositoris yang tidak seperti Jazz Mainsteam. Chordnya ultra disonan. Alurnya tak terduga. Bentuknya tak lagi binary dan ternary form. Ini adalah pendekatan musikal yang sangat khas dari Chick Corea. Lanskapnya kemudian mengilhami pianis pianis masa kini termasuk Brad Mehldau.

 


CHICK COREA ELEKTRIK BAND

Tak lengkap membicarakan Chick Corea tanpa mengulas CHICK COREA ELEKTRIK BAND. Elektrik nya pake K ya dan bukan C. Apa maksudnya. Untuk menggambarkan sebuah keistimewaan. Bahwa ini adalah musik intrumen listrik yang tidak terjebak menjadi musik eksplorasi bunyi. Album ini sangat fenomelnal. Teaser video nya, Chick Corea menggunakan keyboard gendong dari Yamaha tipe KX-5. Duet dengan Frank Gambale gitar dengan gaya melompat lompat seperti kelinci yang sangat lucu. Segera saja keyboard Yamaha KX-5 jadi laris manis. Semua latah ikut ikutan pakai. Termasuk si Ari Wibowo pengarang lagu MADU dan RACUN.

Entah bagaimana ceritanya, setelah saya kuliah, muncullah album CHICK COREA ACOUSTIC BAND. Yang diproduksi oleh Dave Grusin dan Larry Rosen dengan label GRP Production. Bersama Dave Weckl pada Drums dan John Pattitucci pada Contrabass. Diantaranya terdapat SPAIN yang diaransir ulang. Lebih progresif. Intro nya yang adalah nukilan Adagio dari Concierto D Aranjuez karya Joaquin Rodrigo, diaransir dengan harmoni super duper dissonan yang sangat berani. Ada rekan saya pemain gitar yang waktu itu sama sama di Aussie sekolah, bilang gini: “Ini sih akornya bukan miring lagi... tapi nyungsep nungging“. Sementara rekan yang ambil performance piano, bilang: “lho... ih... kok fals gitu sih?!”. Sebetulnya ini merupakan revolusi kedua dari Chick Corea. Berkebalikan. Elektric baru kemudian akustik. Biasanya, termasuk George Duke berawal dari akustik duluan.


SPAIN

SPAIN memang adalah hits dari Chick Corea. Malah SPAIN adalah Chick Corea. Dan setelah di aransemen ulang untuk keperluan akustik, tahun 2001 dirilislah SPAIN dalam format Sextet dan Orkestra. Tentu ini menunjukkan kepiawaian Chick Corea dalam bergumul dengan Orkestra. Sebetulnya, kedekatan Chick Corea dengan Orkestra bukan hal baru. Ia pernah memainkan Konserto untuk 2 Piano dalam D besar karya Mozart bersama Keith Jarret. Sempurna. Tanpa cela. 

Saat itu mata dunia terbelalak. Bahwa: Ooooo ternyata Chick Corea itu sekolah yaaaaa. Main bukan instingtif, tapi sekolah. Debut orkestrasinya dilanjutkan dengan duet bersama Makoto Ozone (baca: Ozone, bukan Ozon ya). Nah dalam duet ini, Chick Corea menunjukkan kelasnya sebagai pemusik sejati yang legendaris. Di tengah format Orkestra klasik yang kaku, ketat dan disiplin, ia masih bisa “membelokkan” musik dengan improvisasi Jazz yang sangat menawan. 

Selain Spain, Hits yang menjadi trade mark nya adalah ARMANDO RHUMBA. Sebetulnya musik ini adalah dalam format duet piano dan Vibraphone dari album RHUMBATA tahun 1999, bersama Vibraphonist Gary Burton. Musik ini fenomenal karena kental nuansa kampung halaman Chick Corea dan nampak seperti ringkasan otobiografi. Pada Tiny desk Concert, Chick Corea bertukar instrumen. Gary Burton nya main piano dan Chick memainkan Vibraphone. Tak ada habisnya menceritakan sosok Chick Corea.

Saat pandemi melanda, Chick Corea masih aktif membawakan tutorial Jazz dari kediamannya. Sambil menyiarkan setiap menu latihannya. Jangan kaget jika sarapan paginya adalah selalu karya Bach. Kini Chick Corea sudah tiada. Bisa jadi saat ini ia sedang memainkan ARMANDO RHUMBA di alam sana. Entahlah. Bisa jadi, Armando Rhumba adalah danza macabre yang mampu menggerakkan setan-setan di neraka untuk turut menari. Lalu apa yang bisa kita petik dari semua itu? Tidak ada. Kita disini masih cemas dan kebingungan karena Covid yang belum tuntas dan musik yang sepi.

"I call myself a teacher because they want me to call myself a teacher, but actually, what I'm doing is I'm studying."

"My one thing is I continue to be interested and want to be a student. I don't want to be a master. When I'm learning something, I'm in my element."

"Every time I see a musician - it doesn't matter what age - that inspires me, there's always a secret little wish that maybe we'll play together, because that's how I learn and grow and so forth, you know. But hopefully there's a lot more."

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.