Sunday 28 February 2021

Perempuan Perkasa di Balik Beethoven - by: Michael Gunadi | Staccato, March 2021

PEREMPUAN PERKASA 
DI BALIK BEETHOVEN
by: Michael Gunadi
Staccato, March 2021


Nama Nannette Streicher seakan terpinggirkan oleh kancah sejarah dunia. Namun, ia sebetulnya adalah salah satu pembuat dan pemilik pabrik keyboard terbaik di masanya.

Kisahnya diawali dengan sebuah dokumen dari sketsa original Piano Sonata karya Beethoven. Sketsa tersebut dimiliki oleh Museum dan Pustaka The Morgan. Pada bagian tepi, seorang penerbit dari Inggris, Vincent Novello menuliskan bahwa dokumen tersebut sampai kepadanya dari seorang sahabat dekat Beethoven yakni Nyonya Streicher.

Pada Desember 2020 kita semua, pencinta Musik Klasik memperingati 250 tahun kelahiran Beethoven. Namun sosok perempuan hebat seperti Nannette Streicher tetap tak dianggap dan terpinggirkan dalam ljalur lini masa napak tilas sejarah hidup Beethoven. Padahal dapat dikatakan, Nannette Streicher adalah seorang perempuan tangguh. Pengrajin keyboard/piano kelas wahid di zamannya. 



Perempuan pengusaha pabrik alat musik. Ia mempekekerjakan suaminya, Andres Streicher, sebagai marketing, pembukuan dan juga promo produk. Karena si Andre nya ini guru piano sekaligus juga pianis. Tragisnya, diantara begitu banyak penggemar Beethoven, malahan menganggap si Andres inilah pembangun piano Beethoven. Dan si Nannette tak lebih dijadikan patron budaya primordial perempuan. Hanya sebagai pelengkap penderita.

Nannette terlahir dari keluarga tukang furniture yang juga sekaligus desainer piano. Ayahnya adalah salah satu penemu mekanik hammer pemukul dawai yang sangat tersohor di jamannya. Karena sangat presisi dan anti macet. Nannette sendiri sebetulnya seorang pianis berbakat. Saat berusia 8 tahun, ia berkesempatan menunjukkan kepiawaian permainan pianonya di hadapan Mozart. Mozart yang eksentrik dan menikmatinya sambil lalu, sebetulnya sempat melontarkan pujian, bahwa Nannette mengerti dan bakat main piano.


Pada tahun 1792, Nannette meneruskan manufaktur ayahnya. Bersama dengan saudaranya. Ia kemudian bahu membahu membuat manufaktur piano secara profesional. Kala itu, permintaan alat musik piano sangat tinggi. Rumah bordil, salon, kediaman keluarga elit, kelas menengah, semua menginginkan alat musik piano yang bagus secara dekoratif namun juga mempunya bunyi yang resonansinya besar keras dan menggelegar.

Perkenalan Nannette dengan Beethoven sendiri terjadi tahun 1796. Waktu itu Beethoven butuh piano yang bermutu untuk konsernya. Ia menghubungi si Andreas, suami Nannette, ya maklum, kan Andreas nya guru piano dan pianis, sementara Nannette nya perempuan zaman itu yang kuper. Beethoven sebetulnya ingin meminjam saja piano yang saat itu digembar-gemborkan sebagai produk yang lumayan. Setelah menerima pianonya, Beethoven sempat sangat komplain. "Lhoooo ini piano sangat lucu. Kok bunyinya lirih banget. Seperti harpa. Hahahahahahaha."

PIANO STEIN

Rupanya, desain piano bikinan Nannette yang terkenal dengan sebutan merk STEIN, sangat tidak cocok dengan gaya permainan Beethoven. Kasar, emosional dan brutal. Si Andreas nya sangat tersinggung, dan bahkan menulis sebuah artikel dan komentar, bahwa ada seorang pianis dan komposer yang bahkan lebih pas disebut sebagai seorang pembunuh yang brutal.

Namun sebetulnya, ada sisi sisi kelam yang merupakan salah pengertian bagi Andreas. Tahun itu, Beethoven mulai tuli. Beethoven bukan brutal dan kasar. Melainkan ia, karena mulai tuli, tidak bisa mengkontrol permainannya. Bagi Nannette sendiri, semua kritik ia jadikan landasan pengembangan produknya. Di tahun 1806, anatomi piano karyanya berkembang. Menjadi 6 oktaf lebih. Lhooooo.... jika demikian, yang mau dipinjem Beethoven itu oktafnya pendek yaaaa. Ya begitulah.


Sukses manufaktur Nannette terus berjalan dan gemilang. Tahun 1812, ia membangun Concert Hall dengan 300 tempat duduk dan sekaligus sebagai showroom bagi produksi pianonya.

Dan anehnya, meski suami Annette tersinggung dengan sikap Beethoven, Concert Hall itu tetap memasang figur wajah Beethoven sebagai dekorasinya. Dan Andreas pun sebetulnya, terlepas dari ketersinggungannya, sangat memuja Beethoven. Itu pulalah yang terjadi, saat Gedung Konser diresmikan oleh Arch Duke Rudolph. Mulailah persahabatan Beethoven dan Nannette.

Dalam perkembangannya, Nannette benar benar menjadi teman dekat, teman curhat dan tak dapat dipungkiri juga adalah inspirasi bagi Beethoven. Tak kurang dari 60 surat ditulis Beethoven untuk Nannette. Isinya remeh remeh. Sekedar curhat. Kemudian minta tolong untuk laundry baju, daleman, kaos kaki dan hal-hal begituan.

Bagi orang awam hubungan seperti Beethoven ini tergolong agak aneh. Namun seperti itulah hubungan atau relasi dalam berkesenian. Kita tidak melihat aspek negarif sexual arrousal nya. Melainkan komunikasi estetis dalam kesamaan hasrat antar dua insan yang berbudaya. Memang benar, banyak spekulasi bahwa Nannette tak sekedar perempuan hebat di “belakang layar” karir dan kegemilangan Beethoven. Hal itu menjadi lumrah mengingat keterlibatan Nannette yang dapat dikatakan cukup dalam pada relung pribadi Beethoven.


Misalnya saja ketika di bulan Agustus 1817, Nannette bersedia menerima “tugas” tambahan dari Beethoven. Yakni mengurus perabotan rumah Beethoven yang sangat berantakan. Maklum, Beethoven adalah seniman, komposer yang bekerja tak mengenal waktu dan untuk mendapat ide ide gubahannya ia harus berusaha keras mencari sumber ide sehingga pasti lalai merapikan perabotan rumahnya. 

Bukan hanya karena kesibukan sebagai komposer saja yang menuntut Beethoven merapikan perabotan rumahnya. Krisis finansial yang mendera dirinya.Pendengaran, yang adalah asset utamanya sebagai pemusik, mulai berkurang. Ditambah lagi, Beethoven harus menyediakan sebuah rumah dan kehidupan yang layak bagi seorang anak lelaki yang terusir akibat perseteruan rumah tangga saudara iparnya. 

Sampai disini, spekulasi tentang jalinan asmara antara Beethoven dan Nannette semakin kental Publik jaman sekarang pun bertanya, apa yang menyebabkan Nannette mau meluangkan waktunya begitu banyak untuk “mengabdi” pada Beethoven. Ujung ujungnya adalah praduga jalinan asmara.

Sebagai artis, sebagaimana artis masa kini, sebelum pandemi Covid-19, tentu punya banyak fans. Terutama perempuan. Bagi Beethoven, jalinan asmara adalah hal yang hampir selalu menyakitkan. Beethoven adalah sosok lelaki yang tak pernah beruntung dalam menjalin hubungan dengan perempuan. 

Ada banyak putri bangsawan yang mengagumi Beethoven, namun cinta selalu kandas sebelum pelaminan. Sosok Nannette, yang tidak banyak tingkah, nyaris polos dan lugu, dengan wajah yang aduh... penuh lekuk... dan tatapan mata setajam elang, sebetulnya tidak tergolong cantik dan rupawan.Namun, Nannette punya ketulusan luar biasa. Hingga Beethoven pun menjulukinya “ORANG SAMARIA BUDIMAN” (dari kisah Injil).

Hubungan yang terjalin dengan Nannette dapat dikatakan adalah relasi tersukses sepanjang hidup Beethoven.Yang lebih penting lagi adalah, bahwa jalinan relasi tersebut membuahkan sebuah bentuk relasi baru. Yang di kemudian hari membuka mata dunia. Yakni akan pentingnya relasi antara pemusik dan pembuat instrumennya. 

Banyak kita tahu bahwa tak sedikit pemusik yang sukses karena jasa pembuat intrumennya. John Christopher William dengan Greg Smallman pembuat gitarnya. Andres Segovia dengan Hermann Hauser. Dan sekarangpun, relasi antara pemusik dan pabrikan instrumennya tetap dipertahankan. Sebut saja Steinway & Sons yang memproduksi seri piano Lang Lang signature series.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.