Thursday, 7 April 2016

GITAR KLASIK DI FLS2N - by: Michael Gunadi Widjaja

"GITAR KLASIK DI FLS2N"
by: Michael Gunadi Widjaja


APA ITU FLS2N?
FLS2N adalah FESTIVAL DAN LOMBA SENI SISWA NASIONAL. Sebagai penyelenggara adalah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH serta DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH. Ini adalah sebuah acara lomba seni bertaraf nasional dan resmi diadakan, diurus, dan diatur oleh Pemerintah Pusat. Pelaksanaannya pada bulan April 2016. Untuk tingkat SD, SMP, SMA, termasuk kejuruan. Dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan kota, karesidenan, propinsi, dan nasional. Final tingkat nasional senantiasa diadakan bergilir di ibu kota Propinsi. Sesuai dengan data, final FLS2N berlangsung dengan sangat bagus sebagaimana layaknya pertunjukan seni berkelas internasional - mulai dari tata panggung sampai administrasi manajemen pelaksanaannya.

Pada tahun 2016 ini, FLS2N mencamtumkan satu mata lomba seni yakni GITAR KLASIK. Menjadi menarik untuk mencoba menarik benang merah pemaknaan peristiwa ini. Sebagai sebuah penelaahan diri sekaligus permenungan. Tujuannya agar di masa mendatang pelaksanaan acara semacam ini dapat diselenggarakan dengan lebih layak lagi.


MAKNA GITAR KLASIK DALAM SEBUAH LOMBA
Dicantumkannya GITAR KLASIK sebagai mata lomba FLS2N, mau tidak mau memunculkan logika demikian: bahwa pemerintah kita, secara formal menaruh perhatian besar pada seni musik yang adalah musik seni. Bahwa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai penyelenggara menaruh perhatian besar terhadap GITAR KLASIK. Tidak dicantumkan LOMBA PIANO. Padahal jika kita teliti, jumlah siswa piano di Indonesia jauh lebih besar dibanding siswa Gitar Klasik. Nampaknya, pemerintah dalam hal hal ini KEMENDIKBUD, masih menganggap bahwa gitar klasik adalah alat musik yang “murah meriah” namun mengakomodir daya musikalitas secara mumpuni. Tentu saja jika misalnya diadakan lomba piano, panitia di daerah akan sangat kerepotan memfasilitasi pianonya. Yang meski telah ada piano digital, tetap harganya tidaklah murah dibanding gitar klasik. Ingat bahwa ajang ini dimulai dari tingkat DESA.

Dalam tulisan ini,saya akan mengambil contoh materi lomba gitar klasik FLS2N untuk tingkat SMP. Alasannya adalah, karena SD rentangnya terlalu lebar dengan 6 kelas. Sementara SMA sudah terlalu sibuk dengan urusan masuk perguruan tinggi yang makin ketat persaingannya. Materi lombanya adalah sebagai berikut:

Dari Petunjuk Pelaksanaan FLS2N Tingkat SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2016
 yang dapat diunduh gratis di situs resmi Kementrian Pendidikan Nasional

  • Moorish Dance: Traditional Spanyol Arransemen F.Noad 
  • Waltzer: F.Carulli 
  • Waltz in C Major op. 121, No. 1: F.Carulli 
  • Allegro op. 50: Mauro Giuliani
  • Menanam Jagung: Ibu Sud Arransemen Eddy Husni Rachim 
  • Desaku: L.Manik  Arransemen Eddy Husni Rachim 
  • Terima Kasihku: L.Sri Widodo Arransemen Eddy Husni Rachim 
  • Potong Bebek Angsa: Lagu Timor Arransemen Eddy Husni Rachim      
 

MENYIKAPI MATERI LOMBA GITAR KLASIK
FLS2N adalah sebuah program hasil kebijakan Pemerintah. Sebuah kebijakan Pemerintah adalah kebijakan yang bersifat publik. Karenanya sangat perlu dikaji dan ditelaah. Bukan sebagai kritik. Namun lebih pada cerminan upaya kepedulian.

PESERTA TERBATAS
Dari materi lomba, nyata bahwa peserta lomba akan sangat terbatas. Sangat tidak mungkin dan bahkan mustahil di saat ini jika Daerah seperti Tegal Jawa Tengah, Wamena Papua, dan sebagian besar kota di Indonesia memiliki siswa yang dapat memainkan partitura semacam itu. Yang bisa terjadi adalah: misalnya seorang anak tinggal di Jakarta. Anak itu belajar gitar klasik lebih dari dua tahun. Kemudian bapaknya jadi pejabat di Tegal, si anak ikut pindah kemudian memperkuat sekolahnya dalam lomba ini. Namun hal semacam itu nampaknya sebuah keajaiban alam ya.

BALANCING REPERTOIRE
Arransemen lagu nasionalnya, sangat sederhana. Hanya berupa passing bass sebagaimana pelajaran 6 bulan pertama Gitar Klasik. Jelas sangat tidak sebanding dengan karya Aguado dan Carulli, dalam tingkat kesulitan dan teknik. Lagu nasional tersebut sebagai MATERI PILIHAN. Disini terjadi kelucuan dan kekonyolan. Justru dalam lomba gitar klasik pada umumnya, termasuk yang berskala internasional, materi pilihan lah yang memberi peluang pada peserta untuk tampil maksimal. Bukan malah melorot turun tingkat kesulitan dan teknik nya.


KATEGORI DAN KUALITAS JURI
Kemudian yang penting adalah juri nya. Musik Klasik, termasuk GITAR KLASIK, memiliki aspek musikalitas yang sangat kompleks. Tidak sekedar main tanpa salah. Pertanyaannya adalah apakah daerah seperti Tegal, Wamena, Muncar, dan kota kecil lain di pelosok nusantara mampu menghadirkan juri semacam itu? Mau impor juri dari kota besar? Waaaah tunggu dulu, Bung! Dinas Pendidikan Tingkat Kota akan langsung jadi defisit dan kepala dinasnya bisa-bisa ngantor cuma pake celana dalam.

Berbeda misalnya dengan seni tari dan vokal. Lulusan universitas keguruan jumlahnya sangat buanyak bin melimpah binti meruah untuk tari dan menyanyi. Jadi gampang saja mencari juri untuk lomba tari dan menyanyi di desa dan kota kecil. Kalau untuk Instrumen? Waaaaah nanti dulu, Bung! Nih kalau mau tahu, di universitas keguruan yang ada di Indonesia tuh, cari instrumen gitar klasik kelas konser saja langka! Saya tandaskan lagi. Di kota Tegal Jawa Tengah, dalam waktu 15 menit saya bisa mendatangkan 50 guru tari profesional dan 150 guru nyanyi profesional. Tapi untuk guru Gitar Klasik? Bung, 15 tahun belum tentu ketemu! Terus ngapain KEMENDIKBUD mengadakan lomba macam begini ya? Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang deh!


LOMBA SOLO GITAR KLASIK VS GITAR TUNGGAL
Dilihat dari kacamata pekerja musik, lebih masuk akal jika KEMENDIKBUD di tahun berikutnya menyelenggarakan lomba semacam berikut ini: Judulnya BUKAN LOMBA SOLO GITAR KLASIK. Tapi cukup LOMBA GITAR TUNGGAL. Materinya bukan lagu klasik baku, melainkan hanya MELODI LAGU DAERAH. Dari melodi ini, silahkan siswa mengolah menjadi sebuah kelayakan solo guitar. Ada bass, melodi, dan harmoni. Ini lebih masuk akal dibanding jika anak dusun harus muntah membaca partitura Musik Klasik. Dengan keleluasaan tersebut, anak kampung bisa main gitar tunggal secara layak. Misalnya dengan gaya TARLING Cirebonan. Teknik petik gitar Banjarmasin bahkan adaptasi teknik petik KEDIRE Sulawesi. Tanpa harus teralienasi dengan arpeggio Musik Klasik.

Kemudian sebagai penilaian adalah ORISINALITAS meliputi ide dan konsep garapan. Dan sama sekali bukan aspek teknik baku yang dalam batas tertentu malahan membuat alienasi budaya.

2 comments:

  1. Tidak semua materi lomba seni harus dilaksanakan di tiap daerah.
    Di Jakarta ada satu opsi yg mengharuskan peserta memainkan lagu daerah dengan aransemen sendiri ( dibuatkan pelatih/gurunya dan tertulis ). Ini baik untuk menambah khasanah partitur lagu daerah indonesia. Karena biasanya gitaris kita enggan utk menulis part. Tentang judul lomba gitar klasik dapat juga diartikan jenis instrumennya, ( bukan gitar elektrik, atau akustik folk). Partitur musik klasik yg dilombakan sy beependapat bahwa agar ada standar penilaian yg baku untuk teknik, interpretasi dlsb. Jika tidak demikian penilaian akan sangat subyektif, karena pada dasarnya rasa seni /art tidak dapat diperlombakan.
    .thanks, salam Gitar.

    ReplyDelete
  2. Untuk lomba gitar solo (bukan hanya klasik) dengan materi lagu daerah sudah dilombakan di jenjang SMA. Untuk SMP (mungkin) panitia sengaja mengkhususkan klasik murni, karena alasan yang pertama adalah akademis, yang harus disiplin dengan not. yang kedua memperkaya jenis lomba karena gitar solo secara umum (bisa klasik, fingerstyle, dll) sudah diwadahi di jenjang SMA.

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.