Sunday, 3 December 2023

WES - by: Michael Gunadi | Staccato, December 2023

“WES”
Staccato, December 2023
By: Michael Gunadi


Judul ini sama sekali bukan plesetan istilah WIS dalam bahasa Jawa yang artinya sudah. WES dalam judul ini adalah WES MONTGOMERY. Legenda Jazz Guitar yang juga influencer Musik Jazz yang tentu saja tanpa melalui Instagram. Seperti biasa, kaum sok tahu, sok ritis, belagu bergaya musisi top dengan sikap tidak peduli alla Cosmopolitan dan Metropolitan, akan bertanya: Apa untungnya tahu hal macam begini? Untuk apa juga kita tahu hal begini. Jawabannya seperti biasa. Tidak ada untungnya sama sekali. Apalagi dari sisi materi. Sama sekali tidak ada untungnya. Lho?! Ya. 


Dan memang apa juga untungnya belajar Piano setengah mati. Meskipun misalnya anda juara dunia 29 kali, apakah ada untungnya dari sisi materi? Belum tentu dan bahkan TIDAK. Jawaban pertanyaan untuk apa adalah, tahu hal begini harapannya akan ada sedikit relung yang bisa menginspirasi kita semua. Agar hidup ini tidak makin sulit dan makin menderita dalam cacaruca carut marut dunia yang makin disruptif dan deseptif.



Wes Montgomery adalah legenda gitar jazz yang mempengaruhi banyak musisi lain sampai dengan detik artikel ini ditulis,dengan gayanya yang khas. Dia dikenal karena penggunaan oktaf dan melodinya yang halus dan mengalir. Penggunaan Oktaf yang dipelopori Wes, sampai sekarang seakan menjadi hal wajib bagi Gitaris Jazz terutama saat memainkan single line melodic. Sementara Montgomery biasanya menggunakan senar Rounded wound. Sesekali dia bereksperimen dengan jenis senar lain, termasuk Flat wound dan Half Wound. Secara umum, dapatlah dikatakan bahwa Om Wes ini lebih menyukai senar yang relatif mudah untuk memainkan teknik Bending, yang membantunya menciptakan bunyi khasnya.



Teknik permainan Wes sungguh juga sangat unik dan khas. Wes tak memakai kuku.Tak memakai Plectrum untuk memetik.Wes menggunakan bagian daging ibu jarinya. Dan memang ia HANYA MEMETIK DENGAN IBU JARINYA SAJA. Bukan dengan 4 jari seperti pemain gitar klasik. Tekniknya adalah DOWN STROKE saat memainkan melodi dan/atau solo Improvisasi, Up Stroke saat membunyikan Chord. Wes, meskipun memiliki beberapa rekaman awal dengan Jazz Guitar Gibson ES-175, telah memainkan berbagai model Gibson L5-CES selama karir rekaman dan pertunjukannya.



Awal ketertarikan pada Gitar, dimulai ketika sang kakak, Monk Montgomery membelikan Gitar untuk Wes yang saat itu berusia 12 tahun. Lebih tepatnya, Gitar pertama Wes bukan Gitar sebagaimana lazimnya melainkan lebih mirip Ukulele Tenor empat senar. Untuk mempelajari cara bermain Gitar Jazz, Wes menyerap musik Charlie Christian, yang menginspirasinya untuk mengejar karir di bidang tersebut. Dari perjalanan karir bergumul dengan Jazz Guitar, Wes seringkali tidak puas dengan bunyi stand-alone atau amplifier tabung Fender, dia biasanya lebih menyukai Amplifier Standel solid-state.



Sudah tentu yang membuat dunia terperangah adalah kekhasan bunyi Gitar Wes. Tebal, dan Fluty. Ada banyak faktor yang membuat bunyi Gitar khas Montgomery berkembang. Pertama dan terpenting adalah penggunaan teknik petikan hanya dengan ibu jari, yang sebetulnya dia pelajari dari ayahnya. Teknik ini memungkinkan dia untuk bermain dengan suara yang jauh lebih penuh daripada gitaris lain pada zamannya. Dia juga memiliki nada yang sangat besar dan bertenaga, yang sebagian tak dapat dipungkiri, juga disebabkan oleh penggunaan gitar Gibson L-5. Sebagai Musisi Jazz, tentu seorang Wes Montgomery adalah ahli improvisasi, dan solonya sering kali memancarkan kehidupannya sendiri. Semua elemen ini bersatu untuk membuat bunyi yang unik.

 

Dalam catatan perjalanan Musik Jazz, banyak pernyataan dan memang, Wes tak pernah mengenyam pendidikan formal dalam hal musik sebagaimana Pemusik Jazz “sekolahan” di jaman now. Meskipun demikian, penggunaan  konsep harmonik dari seorang Wes adalah sangat inovatif Frasa melodi, dan penggunaan tanda birama yang tidak biasa, itukah yang membedakannya dari banyak rekannya. Hasilnya, ia dinobatkan sebagai salah satu gitaris terbesar dan paling terkenal di dunia.



Akar musik Wes Montgomerry sebetulnya tetaplah Genre blues. Bagi pemusik Jazz sejati, terutama pemusik Negro, Blues selalu menghadirkan tantangan tersendiri bagi yang memainkannya. Dalam musik Blues ini, penekanannya sering pada emosi yang terpendam dan penggunaan akor sederhana dengan ketukan atau Metrum yang stabil. Di tangan Wes, sambil menjaga suara blues tetap hidup, ia memasukkan Jazz, Soul, dan pengaruh lainnya ke dalam permainannya. Pengaruhnya terasa hari ini bahkan untuk musik dari Gitaris Blues top saat ini, dan malahan tak berlebihan jika Wes adalah (juga) seorang master Blues. Dalam ranah Blues,Wes bukan hanya pionir di bidang Gitar, tapi dia juga pionir dalam hal karya solonya yang membara dan vokal yang penuh perasaan.

 

Wes Montgomery, memang adalah Gitaris otodidak. Namun ia adalah salah satu gitaris terhebat sepanjang masa.Dan telah mempengaruhi bahkan menginspirasi begitu banyak Gitaris di seluruh dunia. Kemampuannya untuk bermain dengan baik dikaitkan dengan  tangan kanan dan ibu jari kanannya yang sempurna. Sebetulnya,jika hanya dengan ibu jari, sangat sulit bagi sebuah eksekusi petikan untuk menghasilkan bunyi yang sangat penuh perasaan dan terasa bagai vokal seperti milik Montgomery. Selain itu, dia menggunakan tangga nada yang akordis untuk menyelaraskan tangga nadanya dalam akord, yang memungkinkannya membuat nuansa bunyi yang sepenuhnya unik.

 

Gambar adalah LICK dari Wes. Dalam budaya musik Pop, Jazz dan Rock sangat lazim terdapat Lick. Lick itu sebetulnya adalah perbendaharaan stok pola-pola, baik melodi maupun iringan. Yang menjadi ciri khasnya. Lazim juga dalam ranah Pop, Jazz, dan Rock, orang mempelajari Lick ini. Maksudnya adalah: Pertama si murid meniru saja memainkan Lick dari para legenda dan Super Star. Kedua, dengan meniru, diharapkan orang yang belajar, atau si murid akan dapat mengembangkannya sendiri.



Dalam gambar bisa terlihat. Semua nada nada dibunyikan secara Oktaf. Pakai Jempol tok saja. Dan perhatikan juga bagaimana Wes dengan sangat lihai, dalam Bar 1, dia tidak memainkan nada G yang menjadi Gravity Chord Am7, melainkan ia menambah nada B untuk membuat nuansa Chord Am7 menjadi Am7(9). Begitu juga Bar 2, D7 menjadi D7(11) dengan adanya nada G. Hal hal seperti ini menunjukkan bahwa Wes bukan orang biasa. Ia memiliki kepekaan dan naluri tentang harmoni, meskipun dia tidak pernah sekolah Konservatori. Tentu jangan sampai ada pernyataan: Tuhhhh kan. Wes Montgomery gak sekolah musik aja bisa gitu.... Itu pernyataan yang sungguh idiot dan imbisil. Selalu ingat bahwa sebagian terbesar yang belajar Jazz bukanlah Wes Montgomery. Yang Maha Kuasa tidak memberi Talent pada banyak orang untuk menjadi seperti Wes.

 

Beberapa hal menarik tentang Wes, sebetulnya mengajarkan pada kita akan banyak hal/ bahwa seorang Wes Montgomery adalah satu dari banyak manusia super talented dalam bidang musik. Tanpa edukasi formal musik, namanya melegenda. Hal itu mengajarkan pada kita semua, bahwa dalam ranah musik, sebetulnya pendidikan tetap sangatlah pentng, namun yang tak kalah penting adalah bagaimana orang mengasah talentanya. Bagaimana orang mengeksplor batas kemampuan bakatnya sampai beyond The Personal Talent Limit. Hal-hal yang bertalian dengan Wes juga memberi inspirasi, bahwa terlepas dari adanya bakat yang luar biasa, penting untuk memulai karir musik di usia sedini mungkin. Lalu bagaimana dengan Adult Learner. Ya silahkan saja. Adult maupun Older learner silahkan saja. Kan beliau beliau tersebut belajar musik bukan untuk meniti karir, melainkan sebagai personal enrichment atau memperkaya personalitas diri.

 

Legenda tentang Wes juga mengajarkan pada semua musisi, bahwa di belahan dunia, orang hebat main gitar bukan Cuma yang memetik dengan 4, 5 jari. Pakai Jempol tok bisa okay. Bisa cepat, bisa akurat, bisa bikin color. Sebab dalam esensinya, teknik bermusik mewujudkan musikalitas. Musikalitas itu sendiri ada pada benak dan jiwa pemusiknya. Orang yang sama sekali tidak memiliki teknik bermusik yang memadahi sekalipun, adakalanya bisa jadi pemusik yang baik. Tentu sejauh ia bisa jujur dan penuh rasa mengungkapkan karya musiknya.Ini sangat penting, terutama agar persepsi para penikmat musik menjadi semakin layak. 

 

Masih banyak, bahkan teramat banyak orang menganggap bahwa bermain musik yang hebat adalah yang bisa main cepat seperti bidadari kencing dan tanpa salah. Anggapan tersebut tidak salah, melainkan baru sebagian saja dari unsur bermusik dengan hebat. Tetap selalu dipertanyakan dimana letak musiknya. Wes mengungkapkan hal tersebut. Permainan gitarnya bukanlah solo dengan kecepatan bidadri kencing. Permainan gitarnya adalah bagaimana ia mengolah bunyi gitar menjadi sarana yang paling pas untuk mengekspresikan musiknya.

 

Wes terus-menerus mengasah permainannya sendiri, bahkan setelah dirinya menjadi pemain Jazz tingkat Internasional.Sebetulnya, perspektif Wes tentang musik agak sederhana. Bahkan andai pun jika musiknya memakai konsep yang berpikiran maju dan (masih) memiliki pengaruh besar, Wes sampai titik tertentu masih saja naif. Dia masih percaya bahwa dia adalah "musisi yang bekerja" dan tugasnya adalah untuk menyenangkan penonton dan menghidupi keluarganya dengan pekerjaannya. Hmmm.

 

Bberapa fakta tentang Wes memang sangat mengejutkan.Tidak ada ego sama sekali dalam sikap Wes terhadap musik dan kehidupan! Ditambah dengan keinginannya yang konstan untuk menjadi lebih baik dengan kepribadian yang manis dan hangat.Kepribadian dan pola pikir yang sederhana ini membentuk karakter yang  tetap perfeksionis dalam musik. Bagi Wes, "baik saja" tidak pernah cukup baik. Bahkan di studio, dia sering bersikeras untuk merekam ulang dan mendapatkan rekaman baru sehingga dia bisa melakukan pekerjaan solonya dengan lebih baik. Ada anekdot tentang seorang produser yang mencatat selama sesi rekaman yang menyebutkan bahwa yang sering terjadi adalah "Wes sering tidak menyukai solonya sendiri , tetapi semua orang di band menyukainya!" 

 

Keberadaan Legenda Wes Montgomery nampaknya tak akan pernah padam, meski Jazz itu sendiri kian lama kian meredup dan bahkan dapat dikatakan mati suri. Pada 1993, Gitaris Lee Ritenour merilis album CD berjudul WES BOUND, sebagai tribute terhadap Wes Montgomery. Album tersebut berisi lagu lagu Hits dari Wes. Namun tentunya diarransir ulang dengan nuansa kekinian. Dalam album tersebut, Lee Ritenour benar benar mengadaptasi teknik permainan Wes berupa petikan hanya dengan Jempol dan main Oktaf.

 

Jadi dari faktual tentang Wes mestinya ada sedikit permenungan. Bagaimana Anda melihat perfeksionisme berlaku untuk situasi musik Anda? Sebagai musisi, kolega, teman, atau orang tua, kita tahu kapan "kita mengambil jalan pintas" dan kapan kita memiliki kesempatan untuk melangkah lebih jauh. Berusahalah untuk menemukan peluang ini, mereka akan membangkitkan perfeksionis batin Anda!

 

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.