Sunday 3 December 2017

Pertanyaan Populer Seputar Musik Film - by: Michael Gunadi (Staccato, December 2017)

PERTANYAAN POPULER SEPUTAR MUSIK FILM
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2017


Tulisan kali ini akan membahas pertanyaan- pertanyaan yang paling sering diajukan dan dikemukakan di seputar MUSIK FILM.  Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap kali muncul saat saya memberikan workshop dan seminar tentang musik untuk teater, dan juga saat memimpin diskusi KINE CLUB di beberapa kota di Jawa. Ajang tersebut saya penuhi dalam kapasitas sebagai komposer yang sempat aktif membuat musik film khususnya dokumenter berupa pesanan dari beberapa produser di Jerman dan Australia, meski sudah agak lama. 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya anggap perlu ditulis dan dimunculkan kembali, mengingat Musik Film adalah salah satu terobosan di tengah lesunya industri musik di hampir semua bagian dunia. Juga agar pembaca semakin mengapresiasi nilai seni musik dalam film dan tentunya, meski hanya sekilas, menorehkan apa dan bagaimana prospek ke depan nya.

BAGAIMANA MASA DEPAN MUSIK FILM DI TANAH AIR?
Pertanyaan tersebut sangat khas orang Asia. Jika ada ranah asing, terutama dalam kesenian, hal yang pertama ditanyakan adalah PROSPEKNYA. Dengan kata lain, kalau tak bisa untuk cari nafkah sudah nggak usah banyak cerita deh. Film di tanah air dapat dikatakan sempat menjadi industri yang marak. Era 70-an dan 80-an adalah era emas. Banyak sutradara teater jempolan berkiprah disana. Teguh Karya, Sjumanjaya, Wim Umboh, Imam Tantowi, Arifin C Noer.  Sempat diproduksi film kolosal mahal. NOPEMBER 1828 oleh Teguh Karya. Serial TUTUR TINULAR oleh Imam Tantowi. Kemudian film kita mati suri.



Yang masih tumbuh adalah horror bertema seks dengan ratunya, Suzanna, Lela Anggraeni yang diproduksi oleh Raam dan Gobind Punjabi. Setelah itu muncul sineas sekolahan seperti mas Garin Nugroho. Saat ini film Indonesia mulai menggeliat dan menggelinjang meski jangan disamakan dengan indistri film di China, Singapore dan Thailand. Di beberapa mall, Studio XXI buka cinema khusus film Indonesia.

Dalam kancah seperti itulah Musik Film di tanah air. Era oom Idris Sardi, oom Gatot Sudarto The Disc, digantikan oleh bro Suka Hardjana sebelum kini digantikan oleh anak-anak Institut Kesenian Jakarta. Bagaimana prospeknya? TAK JELAS. Bagai layangan terombang ambing angin. Karena, film Indonesia belum berskala industri. Jadi, masih sangat menekan biaya. Tentu, belum ada budget bagus bagi komposer sekolahan. Ya cukup ditangani pemain organ tunggal deh. Malahan, dalam SINETRON, alias sinema versi elektronik, musiknya dikerjakan oleh mantan sopir saya yang orang Tegal, karena murah dan ya pokoknya ada bunyi-bunyian ‘kan?


SEBETULNYA APA SIH MUSIK FILM?
Sebutan Musik Film sebetulnya SANGAT TIDAK LAZIM. Di Universitas musik terkemuka di seluruh dunia, termasuk tempat saya sekolah di Australia, nama resminya adalah FILM SCORING. Di Indonesia malahan disebut ILUSTRASI MUSIK saat zaman oom Idris Sardi, dan hanya MUSIK saja di era mas Garin Nugroho. Musik Film BUKAN FILM MUSIKAL. Musik Film adalah musik dalam film yang fungsinya SEBAGAI LATAR SUASANA DAN CUE ALIAS PATOKAN ADEGAN DAN DIALOG. Definisi tersebut berlaku dimanapun dan rupanya akan sampai kapan pun.


SEBETULNYA APA YANG DIKERJAKAN DALAM MUSIK FILM?
Dalam film scoring ada dua bidang pekerjaan, yaitu: MUSIC COMPOSER dan MUSIC EDITOR. Terkadang, untuk film- film yang membutuhkan musik sebagai pembangun dialog yang “berat” diperlukan juga MUSIC SUPERVISOR. Music Composer membuat apa yang dikenal sebagai ORIGINAL SCORE. Original score ini sebetulnya hanya satu musik, namun alurnya terdiri dari: MAIN THEME atau biasa disebut THEME SONG. Dan musik pembangun impressi. Impressinya bisa macam-macam tergantung kisah filmnya. Namun selalu formatnya: paparan, klimaks, dan anti klimaks. 

Contoh yang bagus dalam hal original score adalah KITARO saat membuat original score untuk film HEAVEN AND EARTH tentang gadis Vietnam yang dirundung malang saat perang Vietnam lawan USA. Kitaro membuat hanya satu musik namun terdiri dari berbagai movement dengan berbagai impresi atau kesan.

Music Editor mengedit original score. Mengedit dan menempatkannya sebagai cue atau patokan atau pertanda bagian tertentu. Contoh yang paling gampang adalah musik dari film serial JAMES BOND 007. Misalnya dalam adegan saat James Bond mengendap-endap, music editor memasukkan sekuens (lihat gambar) berwarna merah, di bagian tengah score gambar. Kemudian saat ketegangan memuncak, music editor memberi cue pada sekuens warna biru, bagian bawah.  Dan saat perkelahian selesai dan James Bond nya menang, oleh music editor diberi HIT CUE sekuens warna kuning, yang di bagian atas gambar.


Nampak jelas bahwa music editor mengacak acak susunan komposisi musik untuk memberi cue adegan khusus untuk Theme song, acapkali dikerjakan oleh seorang komposer secara khusus. Dan komposer ini BELUM TENTU menangani keseluruhan soundtrack nya. Jadi hanya melulu Theme Song saja. Kok bisa? Ya karena Theme Song seringkali juga dikomersilkan secara terpisah untuk menambah pemasukan film dari pos non show.

Contoh dalam hal ini adalah seorang HENRY MANCINI. Dia membuat banyak Theme Song yang sangat terkenal bahkan lebih terkenal dari filmnya. Antara lain: PINK PANTHER, BREAKFAST AT TIFFANY, SUNFLOWER, MOON RIVER. Di Indonesia banyak juga sebetulnya Theme Song film yang menjadi terkenal. Satu diantaranya adalah MERPATI PUTIH dari soundtrack film BADAI PASTI BERLALU. Dinyanyikan oleh Chrisye almarhum dan musiknya dikerjakan oleh Eros Djarot dan Embi C Noer.


FILM SCORER = COMPOSER?
Film Scoring itu dalam nomenklature musik berada dalam ranah MUSIC PROGRAMME. Jangan keliru dengan Programme Music ya. Musik program itu musik yang dibuat untuk keperluan selain musikal. Termasuk di dalamnya: Jingle iklan, musik teater, musik Ballet dan tari, musik pembukaan pameran termasuk musik untuk film dokumenter. Nah untuk bisa membuat musik program, orang harus tamat dan khatam segala teori musik, harmoni, instrumentasi, form and analysis, history, teknik komposisi. Masih ditambah lagi dengan PENGETAHUAN AFEKSI DAN IMPRESSI MUSIKAL.

Afeksi dan impressi tuh misalnya gini: Bagaimana membuat musik untuk menggerakkan tumnuh-tumbuhan. Bagaimana membuat musik saat perempuan pamerin ketek. Atau saat perempuan buka baju. Juga bagaimana membuat thrikker saat mobil dilindas truck. Itu semua sangat tidak mudah. Makanya, dalam dunia film, film scoring diberi penghargaan juga. Yang paling terkenal adalah Piala Oscar dari The Academy Award.


Terlampir gambar para langganan piala Oscar untuk film scoring. Dari kiri atas searah jarum jam: HANS ZIMMER, JOHN WILLIAM, ENNIO MORRICONE yang menang tahun lalu dan DAVE GRUSIN. Selain piala Oscar adalagi penghargaan bergengsi untuk Film Scoring yakni GOLDEN GLOBES AWARD. Kitaro pernah memenangkan piala ini melalui original score film HEAVEN AND EARTH. Di Indonesia dulu pernah ada PIALA CITRA untuk kategori penata musik terbaik. Oom Idris Sardi langganan sampai belasan kali.


BELIAU ITU BUAT MUSIKNYA PAKE ORKESTRA ATAU BISA SEMBARANG ALAT?
Karya film scoring sangat bergantung pada PRODUCER dan bukan sutradara. Biar kata sutradara maksa pake orkestra kalo produsernya nya pelit ya gak akan kesampaian. Namun juga tentu bergantung kebutuhan akan kisah film nya. John William kerap menggunakan orkestra beneran. Dave Grusin saat mengerjakan MILLAGRO BEANFIELD WAR memakai orkes kamar dan synthesizer. Bahkan bunyi gitar akustik pun dimainkan oleh synthesizer.

Hans Zimmer saat membuat musik LION KING kartun, menggunakan digital sampler untuk impresi nuansa Afrika dan super sequencer untuk orkestrasinya.Dan baru-baru ini Indonesia ada INDRA PERKASA LIE yang buat musik bagus untuk film TABULA RASA. Indra menggunakan ensemble kecil dan digital sampler untuk mengcover musik tradisional nusantara

Jadi pengen sekolah film scoring? 
Monggo saja silahkan. Yang penting jangan nangis bombay saat anda kalah laku dengan mantan sopir saya yang cuma modal satu keyboard.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.