Saturday, 1 December 2018

GELIAT MUSIK KLASIK - by: Michael Gunadi (Staccato, December 2018)

“GELIAT MUSIK KLASIK”
By: Michael Gunadi
Staccato, December 2018


MENOLEH SEJENAK
Makhluk hidup itu mempunyai ciri IRITABILITA. Yakni peka terhadap rangsang. Apapun dan bagaimanapun bentuk rangsangannya. Sebagai reaksi dari kepekaannya terhadap rangsang, makhluk hidup, tentu termasuk manusia, dapat melakukan aktivitas berupa MENGGELIAT. Menggeliat ini dilakukan jika makhluk hidup tersebut: mulai tersadar dan mencoba bangkit dari kelelapan tidurnya. Atau juga makhluk hidup tersebut merasakan sebuah rangsangan yang membuatnya terekstase.

Musik Klasik, dalam esensinya adalah perwujudan dari karsa manusia seutuhnya. Karsa, termasuk di dalamnya adalah ide dan fantasi, diwujudkan dalam bentuk karya. Karya yang adalah seni bunyi. Membicarakan Musik Klasik, menjadi tak ubahnya dengan membicarakan manusia itu sendiri. Geliat manusia, sekaligus menjadi geliat karya estetiknya, Musik Klasik. 

Persolannya menjadi: ada rangsang apakah gerangan, sehingga Musik Klasik sampai harus menggeliat? Di awal 2019 ini ada baiknya kita menoleh ke belakan sejenak. Bukan karena cengeng, melainkan untuk menarik utas tali yang merentang prakiraan kita untuk masa yang akan datang.


Monday, 5 November 2018

TO BE A MUSICIAN - by: Michael Gunadi (Staccato, November 2018)

“TO BE A MUSICIAN” 
By: Michael Gunadi 
(Staccato, November 2018)


BERKACA DI AKHIR TAHUN
Di penghujung tahun 2018 ini, perkenankan saya menyampaikan sekelumit permenungan. Permenungan tentang keberadaan kita, dalam kaitannya dengan musik sepanjang tahun 2018. Tentu, maksudnya adalah sebagai bahan refleksi. Agar kita dapat senantiasa menggandeng asa yang takkan pupus, jika kita masih bisa merenung dan mempermenungkan diri sebagai bekal menapaki yang di kemudian.


Renungan dan permenungan ini akan dimulai dengan sebuah adagium. Adagium yang mengatakan bahwa setiap orang, siapapun dia, berhak dan pantas untuk memiliki cita-cita. Ada ungkapan begini: Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Tak ada salahnya bercita-cita. Cita-cita memupuk harapan yang adalah separuh kenyataan. Dan masih banyak ungkapan lainnya. Tentu, ungkapan tersebut elok, indah, enak dibaca, dan bagi sebagian orang dapat menjadi motivasi. Persoalannya menjadi begini: Orang memang berhak memiliki cita-cita. Dan orang berhak pula bercita-cita se-ekstrem dan se-mustahil apapun. Benarkah? 

Friday, 5 October 2018

JUST LISTEN!: Etika Mendengarkan Musik Kontemporer - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2018)

“JUST LISTEN!”
ETIKA MENDENGARKAN MUSIK KONTEMPORER
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, October 2018)


CHAOS DI PERTUNJUKKAN MUSIK
Paris, 29 Mei 1913. Tak ada yang menyangka sebelumnya bahwa hari itu akan tercatat nan abadi dalam sejarah perkembangan musik. Pertunjukan perdana “THE RITE OF SPRING” atau Ritus Musim Semi karya Igor Stravinsky. Pertunjukan berupa Ballet dan karya orkestra. Pengunjung terbilang meluap. Maklumlah, sebelumnya mereka dibuat penasaran oleh provokasi program tentang debutan baru yang menggabungkan Ballet tradisional Rusia dan seni Ballet modern, serta komposisi musik yang juga modern. 

Pertunjukan pun dimulai. Orkes mengepakkan keperkasaannya. Hadirin memekik… Serasa akan pingsan… sebagian lagi berteriak. MUSIK APA INI? Aneh… Bisa bikin musik nggak sih tuh orang? Ramai… riuh… Sebagian penonton ada yang tetap ingin menikmati pertunjukan. Mereka bersitegang dengan penonton yang marah… Riot… Chaos… Kursi berterbangan… Namun tak ada yang terluka.


Wednesday, 29 August 2018

DUKA NESTAPA: Kisah Sedih Beethoven - by: Michael Gunadi (Staccato, September 2018)

“DUKA NESTAPA”
KISAH SEDIH BEETHOVEN
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, September 2018)


KEJAYAAN DAN KETERPURUKAN 
Di dunia ini ada DUA status yang sebetulnya bikin geleng-geleng kepala. Geleng-geleng kepala karena bingung sekaligus tak kunjung paham. Dua status itu adalah ATLET DAN ARTIS. Olah Raga dan Seni. Saya sempitkan lagi seni nya menjadi MUSIK. Seorang atlet, ketika meraih kemenangan, ia akan dielu-elukan (bukan di loe loe kan ya). Berbagai bonus menanti. Uang, mobil, bahkan rumah. Juga, ini yang penting, kesempatan untuk jadi BINTANG IKLAN. 

Namun jika sekali waktu ia kalah bertanding, wah, jangan deh, BISA KELAR HIDUP LOE. Segudang sumpah serapah dan caci maki telah menanti. Dan bukan tidak mungkin, kontrak sebagai endorser produk olah raga akan dihentikan seketika itu juga. Yang membuat kita geleng dan geleng kepala adalah, saat kegemilangan dan keterpurukan bisa terjadi dalam rentang waktu yang sangat singkat, cepat dan seketika.

Artis musik pun nasibnya sama. Ketika berjaya, segudang puja puji dan harta. Namun bisa seketika itu trend publik berubah. Ia menjadi tercampakkan dan mengais rejeki di lorong sepi. Komposer pun demikian. Era musiknya suatu saat akan berakhir tergerus trend yang lebih kekinian. Dalam musik apapun. Termasuk MUSIK KLASIK.

Wednesday, 1 August 2018

VARIASI - by: Michael Gunadi (Staccato, August 2018)

“VARIASI”
by: Michael Gunadi
Staccato, August 2018


RUTINITAS YANG MONOTON
Musik adalah CERMIN KEHIDUPAN. Bahkan musik adalah rona dari kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kehidupan, musik tak pernah statis. Karena dinamika itu adalah esensi dari kehidupan. Hidup memang bisa saja monoton, menjenuhkan dan membosankan. Begitu juga dengan musik. Musik bisa saja tersaji secara begitu begitu saja. Materinya itu-itu saja. Teknik komposinya selalu cara yang itu-itu doang. 

Lagi-lagi, sebagaimana kehidupan, musik bisa mengandaikan variasi. Orang berangkat ke kantor tiap pagi berkendara mobil pribadi. Adakalanya ia merasa jenuh dan bosan. Ia berganti wahana menjadi motor, taxi, ojek, atau bisa juga Transjakarta. Tapi tujuannya tetap sama yakni PERGI KE KANTOR. Material utamanya juga sama yakni BERPINDAH DARI SATU TITIK KE TITIK LAIN DENGAN BERKENDARA. Begitu juga musik. Dan hakekat variasi yang muncul baik secara konseptual maupun secara spontan instingtif, selalu mengabdi pada tema sentralnya.


Saturday, 30 June 2018

DICARI: Instrumen Musik Ramah Lingkungan - by: Michael Gunadi (Staccato, July 2018)

DICARI: 
INSTRUMEN MUSIK RAMAH LINGKUNGAN
By: Michael Gunadi
(Staccato, July 2018)


KESEIMBANGAN ALAM
Umur bumi tempat kita berpijak, sudah tua. Sudah lanjut, bahkan sudah uzur. Karenanya keadaan bumi yang sudah uzur itu, perlu dijaga. Agar tetap sehat. Karena jika bumi sampai sakit, jelas kita yang berpijak di atasnya akan ikut sakit dan bahkan tidak mungkin IT’S THE END OF THE WORLD alias Kiamat.

Cara menjaga kesehatan bumi, adalah dengan menjaga keseimbangan ekosistem. Yakni keseimbangan antara lingkungan hidup dan unsur-unsurnya. Terlalu banyak hewan, bahaya. Bisa-bisa kita yang dimangsa. Terlalu sedikit hewan juga bahaya. Karena persediaan protein jadi berkurang dan keseimbangan lingkungan akan terganggu akibat langkanya unsur pemangsa atau Predator. 

Prinsipnya: SEMUA HARUS SEIMBANG. Seberapa seimbang? Itu yang menjadi persoalan. Dan karenanya semua negara di dunia, termasuk Indonesia, membentuk sebuah BADAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP. Apapun dan whatever will be will be (Que sera sera) bentuk hirarkinya.

BAHAN BAKU INSTRUMEN MUSIK
Dengan berjalannya waktu, badan-badan lingkungan hidup di seluruh dunia melakukan konservasi terhadap alam, flora dan fauna. Termasuk upaya melestarikan flora dan fauna yang mulai langka alias hampir punah. Nah dalam rangka itulah, rantai berimbas pada musik. Berimbas pada keberadaan alat musik. Alat musik mulai dikuya kuya uya kuya.

Thursday, 31 May 2018

IRONIKAL - by: Michael Gunadi (Staccato, June 2018)

“IRONIKAL”
by: Michael Gunadi Widjaja
(Staccato, June 2018)


MUSIK ITU PENTING NGGAK SIH?
Apakah dunia membutuhkan musik? Apakah manusia membutuhkan musik? Apakah KITA membutuhkan musik? Sungguh suatu pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Mengapa? Karena kita akan bertemu, berpapasan, bersinggungan, dan bahkan bertautan dengan hal-hal YANG IRONIS. Sebuah IRONIKAL.

Sudah sejak lama orang mendengang-dengungkan dan berteriak-teriak, bahwa dunia butuh musik. Manusia butuh musik. Kita semua butuh musik. Faktanya, beberapa negara bahkan sama sekali tak ada musik. Oleh karena satu dan lain hal, MUSIK DILARANG. Semua jenis musik dan bahkan bebunyian yang berkonotasi musik. (Dikarenakan sensitivitas materi, penulis tidak menyebut nama negara-negara tersebut). Namun Penulis yakin, para pembaca mampu menerka dengan benar. 


DUNIA TANPA MUSIK
Apakah masyarakat negara-negara tersebut hidup berantakan? Nggak tuh. Di negara-negara yang tidak memiliki musik, kehidupan pun tetap berlangsung. Orang tetap melakukan aktivitas dan vitalitasnya. Memang dalam sudut pandang yang “lebih bebas” dikatakan bahwa masyarakat di negara-negara yang tidak memiliki musik – tidak lagi manusiawi. Hidup mekanik bak robot ataupun bahkan mayat hidup. Stress, depresi, dan dicekam ketakutan. Benarkah demikian? Kita tidak tahu. Tapi yang jelas kehidupan di negarta tersebut berlangsung untuk menghidupi masyarakatnya. Sebuah IRONI. Klaim bahwa musik adalah bagian integral dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia, menemui anomalinya.

Monday, 30 April 2018

SCHUMANN'S TRÄUMEREI: "AROMA MIMPI" - by: Michael Gunadi (Staccato, May 2018)


SCHUMANN’S TRÄUMEREI:
“AROMA MIMPI”
by: Michael Gunadi
Staccato, May 2018


Alkisah ada seorang anak yang berbakat dan cinta musik. Sejak awal ia bercita cita jadi pemusik, namun seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, keluarga terutama ayahnya, mendesak dia supaya menjadi ahli hukum. Si anak pun menuruti ayahnya untuk sekolah hukum. Seperti biasa, kuno, klise dan membosankan, cinta musik nya lebih besar daripada kuliah hukum.

Ia pun berhenti dan malah mengambil kursus musik memperdalam apa yang telah didapatinya. Singkat cerita anak itu akhirnya jadi pemain piano. Entah bagaimana hal ikhwalnya. Dia pacaran dan menikahi anak guru musiknya. Cerita belum habis, si pemain piano ini, setelah menikah mendadak stress, kena sifilis, agak eksentrik, cengeng, dan berusaha bunuh diri sampe tangannya cacat. Karena sudah tidak bisa lagi bermain piano, jadilah ia seorang KOMPOSER!

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN

ROBERT SCHUMANN & CLARA SCHUMANN
Si anak tersebut adalah ROBERT SCHUMANN. Seorang komposer akbar Musik Klasik yang karyanya seolah “wajib” dimainkan oleh siapa saja yang belajar piano. Dan istrinya, anak dari si guru musik, adalah CLARA SCHUMANN. Perempuan bersahaja dan sederhana, namun sebetulnya adalah pianis hebat dan dalam hal komposisi, malahan lebih hebat dari suaminya.

Robert dan Clara Schumann. Pasangan pemusik yang melegenda. Bukan saja karena karyanya, melainkan karena hubungan asmara mereka yang aneh, unik, dan seolah terselubungi kabut sutera misteri. Clara tipe perempuan soleha yang menerima dengan tulus keadaan suaminya yang stress depresi dan menjadi eksentrik cengeng kekanak-kanakan.

Robert Schumann sendiri adalah sosok yang asyik dengan dirinya sendiri. Imajinasi dan khayalannya sangat ngungun menggapai asa. Ia adalah komposer yang boleh dibilang sangat produktif dalam berkaya. Banyak karyanya yang menjadi benar-benar klasik hingga hari ini. Salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi trade mark nya adalah TRÄUMEREI.

Sunday, 1 April 2018

DISIPLIN BERMUSIK - by: Michael Gunadi (Staccato, April 2017)

DISIPLIN BERMUSIK
by: Michael Gunadi
(Staccato, April 2017)


MODAL UTAMA BELAJAR MUSIK
Mungkin suatu saat anda akan ditanya begini: “Apa sih MODAL utama belajar musik?”. Bisa saja dengan spontan anda menjawab: “BAKAT, brooo.” Atau kawan anda bisa saja dengan setengah bersungut-sungut akan berkomentar: “Bakat? Bakat apaan? Yang penting tuh DUIT!”. Les piano emang bisa dibayar es cendol? Terus beli piano, beli gitar, emang bisa dituker ama beras ketan?!

Semua jawaban tersebut sah-sah saja adanya. Namun kurang tepat. Memang BAKAT dan UANG adalah moda penting untuk belajar musik. Tetapi, bakat dan uang BUKAN MODAL UTAMA dalam belajar musik. Modal utamanya adalah DISIPLIN.



DEFINISI DISIPLIN
Disiplin memang memiliki banyak batasan leksikografi. Salah satunya adalah seperti yang tertera dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Disiplin berarti TATA TERTIB. Jelas musik memiliki TATA TERTIB. Anda tidak bisa mulai lesson dengan berbusana daster atau swimpack.

Anda tidak bisa konser tanpa ada tata tertib dalam persiapan penyelenggaraannya. Anda tidak bisa membuat komposisi musik, jika Anda tak mengerti tata tertib dan aturannya. Dan sebetulnya Anda pun tidak bisa mendengarkan musik yang Anda suka tanpa mengindahkan tata tertib lingkungan Anda.

Disiplin berarti KETAATAN. Les musik bukan ajang demokrasi. Anda dituntut taat aturan dan petunjuk guru dan/atau instrukturnya. Konser musik akan berurusan dengan polisi dan hukum jika penyelenggaranya tidak disiplin alias taat peraturan. 

Wednesday, 28 February 2018

EROICA - by: Michael Gunadi (Staccato, March 2018)

EROICA
by: Michael Gunadi
(Staccato, March 2018)


SOSOK BEETHOVEN
Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar nama BEETHOVEN? Bagi Anda yang hanya tahu sedikit tentang Musik Klasik, mungkin segera terlintas di benak Anda melodi “ODE TO JOY” yang sangat terkenal. Atau mungkin juga tema Sinfoni ke-5 nya yang mirip irama ketukan pintu.

Bagi Anda yang sama sekali tak kenal sosok Bethoven, rasanya anda perlu mendengar meski tak harus mendengarkan, karya musiknya. Agar anda ikut mencecap dan mencicip karya musik dari salah satu orang yang paling berpengaruh dalam perjalanan peradaban budaya umat manusia.

Bagi Anda yang bergelut dalam Musik Klasik, hampir pasti hal-hal berikut yang akan terlintas dibenak Anda: keras, kasar, temperamental, sakit tuli, miskin, dan selalu gagal dalam jalinan cinta. Sifat-sifat dan keadaan tadi memang seolah menjadi trade mark Beethoven.

BEETHOVEN'S SYMPHONY NO. 3 in E-flat Major (BBC Prom)
Conductor: Daniel Barenboim

IKON KEPAHLAWANAN
Ada satu lagi hal yang tidak adil jika tak dikemukakan. BEETHOVEN ADALAH IKON PERJUANGAN. IKON KEPAHLAWANAN dan bahkan sampai hari ini, Jerman masih mengadakan festival bertemakan sosok Beethoven sebagai bentuk perjuangan dan pahlawan kebudayaan.

Wednesday, 31 January 2018

KRI-TIKUS - by: Michael Gunadi (Staccato, February 2018)

 KRI-TIKUS
by: Michael Gunadi
Staccato, February 2018


KRITIK DI SEMUA SEGI KEHIDUPAN
Mungkin anda pernah mendengar ungkapan semacam: “Pena nya setajam pisau silet” atau Uraian nya pedas bak sambal Jawa“. Ungkapan semacam itu adalah metafora bagi sebuah sosok. Sebuah sosok yang juga adalah sebuah profesi. KRITIKUS alias tukang kritik. Kritikus ini terdapat di hampir semua segi kehidupan. Pemerintah kerap kali dikritik. Rumah Makan kerap kali dihujani kritik. Guru sekolah, bahkan pengurus institusi keagamaan pun tak luput dari kritikan. Sudah barang tentu, musik pun tak dapat menghindar dari jamahan dan bahkan sayatan kritik.

SUKA DIKRITIK?
Di dunia ini, tidak ada orang yang suka kritik. Sama sekali tidak ada. Ada memang orang yang bisa menerima kritik. Namun meskipun menerima, jelas bukan berarti mereka senang. Ada beberapa orang memang yang secara terbuka, mengatakan “SILAHKAN KRITIK SAYA”. Pernyataan itu pun bukan berarti orang tersebut suka dan senang dikritik. Pernyataannya semata menunjukkan bahwa meski tidak senang, orang tersebut sangat paham manfaat kritik.

REAKSI ORANG YANG DIKRITIK
Reaksi orang pun bermacam-macam ketika dikritik. Bagi yang memiliki kekuasaan, ia akan mampu membungkam semua kritik. Pribadi semacam ini kerap disebut sebagai kebal kritik. Ada pula yang balik menyerang si pengkritik. Malahan dengan serangan yang seringkali jauh lebih tajam dibanding kritikannya. Pribadi semacam ini lazim dikenal sebagai pribadi yang “bertelinga tipis“.

Monday, 1 January 2018

VOCALICIOUS - Menelisik Seni Olah Vokal, by: Michael Gunadi (Staccato, January 2018)

“VOCALICIOUS”
MENELISIK SENI OLAH VOKAL
by: Michael Gunadi
Staccato, January 2018 


ISTILAH SOUND & VOICE
Sudah menjadi maklum dan jamak adanya, bahwa manusia dinyatakan BERSUARA dan BUKAN BERBUNYI. Dalam bahasa Inggris, istilah semacam itu dinyatakan dengan istilah SOUND dan VOICE. Tak pernah ada ungkapan HUMAN SOUND (kecuali dalam hal-hal ekstrem), melainkan HUMAN VOICE. Penggunan istilah semacam ini tampak sepele dan sah saja jika pembaca menganggap hal semacam itu sebagai mengada-ada. Namun disitulah kita akan memulai penelaahan kita.

SUARA MANUSIA SEBAGAI ALAT MUSIK
Suara manusia, bertalian dengan kodrat nya tentu berbeda dengan suara burung dan suara babi, monyet serta hewan lainnya. Suara manusia sangat unik, khas, dan memiliki kemampuan yang sebetulnya sangat mencengangkan. Suara manusia adalah ALAT MUSIK.

Sebagai alat musik atau organum musik, suara manusia dilazimkan dengan istilah VOKAL. Vokal sangat unik. Vokal adalah alat musik YANG TERMURAH sekaligus juga YANG TERMAHAL. Vokal menjadi alat musik yang termurah karena sudah terbayar sejak manusia lahir. Namun vokal juga adalah alat musik yang termahal karena perawatannya berkaitan dengan kondisi kesehatan tubuh manusia itu sendiri.