Saturday, 10 December 2016

COLLABODIGI: KOLABORASI MUSIK DIGITAL - by: Michael Gunadi (Staccato, December 2016)

“COLLABODIGI: 
KOLABORASI MUSIK DIGITAL”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, December 2016


SOLO DAN ENSEMBEL DALAM MUSIK
Sajian musik itu sangat beraneka ragam. Ada musik yang disajikan secara tunggal (solo). Ada yang main berdua, bertiga, berempat, dan terbentuklah ensembel. Ada juga yang main dengan jumlah pemain yang banyak, yang kemudian dikenal sebagai orkestra. Ada juga yang iseng dan karena energi kreatifnya luar biasa banyak, membuat sajian teatrikal interaktif. Bukan hanya pemain di panggung yang main musik, penontonnya juga diminta untuk main musik. Tentu dengan diberi pengarahan sederhana sebelumnya.

Selain ditilik dari jumlahnya, sajian musik juga memiliki keragaman ditilik dari alat atau piranti musiknya. Ada yang satu alat saja. Dua, tiga, empat alat, dan seterusnya sampai membentuk kesatuan organum yang lazim dikenal sebagai orkestra, simfoni, philharmoni, atau apapun itu namanya.

ENSEMBEL VS KOLABORASI MUSIK
Dengan demikian, kita pahami bahwa sebetulnya, sepanjang jalan peradabannya, manusia mengenal sajian musik sebagai sebuah wujud KERJASAMA. Bukan dalam artian kerja barengan, melainkan dengan tujuan yang sama. IDENTIFYING SAME MUSICAL GOAL ACHIEVEMENT. Begitu kata Professor saya semasa saya sekolah di negara kangguru. Kerjasama sedemikian itu, kemudian diistilahkan sebagai COLLABORATION ATAU DIINDONESIAKAN MENJADI KOLABORASI.

Monday, 3 October 2016

TAKE FIVE - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TAKE FIVE”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

PEMBAHARUAN DALAM MUSIK JAZZ
Popularitas Musik Jazz memang menurun drastis dalam satu dekade belakangan ini. Meski demikian, di beberapa negara di Amerika dan sebagian Asia, sekolah-sekolah umum tetap memasukkan Musik Jazz dalam pelajaran seni dan budaya. Di beberapa konservatori terkemuka, Jazz juga masih tetap diajarkan. Terutama dalam segi progresi harmoni dan keterampilan improvisasi.

Rupanya meski sudah terseok-seok dan sekarat, napak tilas Musik Jazz tidak pernah berhenti. Senantiasa menorehkan pesan dalam perjalanan peradaban manusia. Pesan yang diusung Musik Jazz adakalanya terasa usang. Karena peradaban modern sudah tak lagi bercumbu dengan kejamnya rasialisme dan kesenjangan sosial yang merajalela. Namun pesan yang diusung Musik Jazz dalam hal cultural enrichment atau pengayaan budaya, nampak akan tetap up to date untuk selang waktu yang lama.

Jazz dalam napak tilasnya memang menawarkan pembaharuan. Pembaharuan cara pandang sosio-kultural. Pembaharuan sikap dan mentalitas persamaan warna kulit. Dan jangan pernah dilupakan bahwa dalam esensinya, Jazz adalah mazhab yang anti kemapanan. Dalam arti senantiasa bersifat progresif untuk mengarah pada sesuatu yang lebih baik. Hal ini berlaku pula pada budaya yang senantiasa bersifat konservatif atau nyaris kolot. Mereka tak luput dari rambahan dan jamahan tangan Jazz. Untuk diperbaharui dalam ranah yang lebih membumi dalam esensi manusiawi.

TEPUK TANGAN - by: Michael Gunadi (Staccato, October 2016)

“TEPUK TANGAN”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2016

MAKNA TEPUK TANGAN
Tepuk tangan adalah peristiwa yang menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Tepuk tangan dalam esensinya, bukan saja monopoli para artis. Pengusaha, politisi, dan bahkan ibu rumah tangga pun sebetulnya tidak bisa terlepas dari hiruk pikuknya kegiatan ini. Tepuk tangan adalah satu bentuk kegiatan, yang nampaknya memiliki banyak sisi untuk dimaknai.

Bagi para seniman panggung, tepuk tangan adalah tanda kesuksesan pertunjukannya. Tepuk tangan adalah bagian dari gaya hidupnya. Gaya hidup yang direpresentasikan dalam sebuah imagi citra sebuah kesuksesan pertunjukan. Dan tepuk tangan adalah salah satu parameternya. 

Bagi penggemar olah raga, penggemar pertunjukan dan mereka yang sering menonton konser musik, tepuk tangan juga adalah bagian dari gaya hidupnya. Gaya hidup yang salah satu cerminannya adalah ungkapan rasa puas atas sesuatu yang telah dinikmatinya secara visual dan auditif. Para seminator, dan bahkan seorang Kepala Negara pun bisa saja menjadi akrab dengan tepuk tangan. Bagi mereka, tepuk tangan adalah bentuk respon apresiatif publik bagi pemaparan visinya.

Monday, 5 September 2016

GITAR KLASIK DAN SOSIAL MEDIA - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, September 2016)

 “GITAR KLASIK DAN SOSIAL MEDIA”
oleh: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, September 2016


GOOD MORNING, SOSMED!
Sejak ditemukan dan aktifnya Internet, banyak sekali perubahan drastis yang dialami oleh umat manusia. Perubahan drastis tersebut berlangsung bukan secara evolusi, melainkan secara evolusi. Jejak yang paling nampak adalah bahwa dunia terasa semakin kecil. Jarak bukan lagi masalah. Gaya hidup manusia pun tentu akan berubah dengan semakin terasa sempitnya semesta kehidupan. Orang tidak lagi berduyun-duyun untuk membeli teh atau kopi sebagai sarapan pagi, melainkan INFORMASI-LAH yang kini menjadi menu utama sarapan pagi. Tentu hal sedemikian membawa pula konsekuensi. Ada baik buruknya. Namun apapun itu, ini adalah realita yang sekarang kita alami dan nampaknya akan terus kita alami, malahan dengan pembaharuan dan perubahan yang semakin gencar dan malah bisa sangat dramatis.

KECANGGIHAN DUNIA MAYA
Produk internet yang paling digjaya, tak dapat dipungkiri adalah adanya SOSIAL MEDIA, atau biasa dikenal sebagai SOSMED. Sosmed ini ada banyak rupa. Yang paling terkenal adalah: FACEBOOK,TWITTER, YOUTUBE, dan INSTAGRAM. Dengan sosmed, orang bisa berbagi informasi apa saja. Mulai dari sesuatu yang umum, sampai dengan ketelanjangan yang benar-benar vulgar dan bugil. Berita juga adakalanya disampaikan dan tersaji lebih cepat dan malahan bisa lebih detail dan akurat dibanding liputan dari kantor berita Professional.

GITAR KLASIK: "LUWES NAN TAJIR" - by: Michael Gunadi Widjaja

GITAR KLASIK:
“LUWES NAN TAJIR”
by: Michael Gunadi Widjaja


KEINDAHAN GITAR SPANYOL
Sepertinya sudah membudaya, bahwa kecantikan dan keindahan perempuan diidentikkan dengan hal-hal yang bersifat alamiah. Kita tentu masih belum lupa, bahwa pernah ada ungkapan seperi ini: “Wah, wajahmu seelok bulan.” Tentu untuk zaman sebelum Indonesia merdeka, istilah rayuan semacam itu sangat laris manis dan membuat perempuan tersipu-sipu, seperti kucing terpleset kulit pisang.

Zaman terus berjalan. Manusia mampu menginjakkan kakinya di bulan. Dan ternyata wajah bulan TIDAK MULUS dan malahan penuh dengan bopeng-bopeng. Jadi jika zaman sekarang anda masih merayu perempuan dengan mengatakan bahwa wajahnya seindah bulan, siap-siap saja untuk ditampar sambil disiram kopi panas. Hmm…

Selain bulan, keindahan perempuan juga sering diidentikkan dengan GITAR SPANYOL. Kita tentu masih ingat dan masih terngiang akan adanya ungkapan seperti ini: “WAAAAAAAH BODY NYA AMBOI CING… GITAR SPANYOL!” atau “WUUUUIHHHHH PINGGANG DAN PINGGULNYA GITAR SPANYOL BINGITZ DEH!” Terus terang, jujur saja saya agak bingung dengan ungkapan seperti itu.

ANALOGI GITAR DAN PEREMPUAN
Kebingungan saya yang pertama adalah: Kenapa sih harus menyebut Gitar Spanyol? Kok tidak gitar saja ya? Ya karena gitar tuh kan aslinya Spanyol. Iya, he eh... betul. Sejarah mencatat bahwa gitar yang memainkan peran dalam napak tilas perkembangannya, tidak harus buatan Spanyol. Andres Segovia, sang Maestro, empu dari segala empu gitar, memakai HERMANN HAUSER yang adalah bikinan Jerman. John Christopher William, sang pujangga gitar, memakai gitar bikinan Greg Smallman yang adalah Australia. Zaman modern sekarang ini, bahkan teknologi pembuatan gitar klasik berdawai nylon, lebih banyak dieksplorasi oleh negara-negara di luar Spanyol, seperti Korea, Jepang, Jerman, Perancis, Australia, dan bahkan Thailand serta Filipina.

Sunday, 7 August 2016

GITAR KLASIK: "SI KAYA YANG TERMISKINKAN" - by: Michael Gunadi Widjaja

GITAR KLASIK:
"SI KAYA YANG TERMISKINKAN"
by: Michael Gunadi Widjaja


PENGANTAR
Tulisan ini mengambil bentuk paparan dan sama sekali bukan berupa, dan tidak dimaksudkan sebagai kajian ilmiah. Meski beberapa data faktual disajikan, hal tersebut semata-mata adalah materi penunjang terhadap hal-hal yang bertalian dengan pokok paparan. Sifat paparan yang dipergunakan adalah telaah popular. Jadi dengan demikian, pembahasan tentang sejarah pun merupakan sebuah tinjauan popular dan sama sekali bukan penyampaian telaah historis.

Metode penalaran paparan, adakalanya menggunakan penalaran induktif. Hal ini berlaku bagi misalnya sebuah sajian fakta sejarah. Penalaran secara deduktif juga dipergunakan terutama ketika menyampaikan gagasan yang berdasar pada premis yang tentu secara subyektif telah terujikan. Penggunaan pustaka, baik buku maupun sumber dari internet, termasuk video, saya pergunakan sebagai materi pendukung metodologi penalaran. Itulah mengapa dalam paparan ini tidak saya pergunakan catatan kaki. Beberapa pustaka yang kiranya dapat menunjang penelaahan lebih lanjut, tetap saya cantumkan dalam daftar pustaka.

Tema pokok pemaparan adalah sebuah keterkaitan, baik secara masif, masif holistik maupun masif parsial dan parsial, pada Musik Klasik di tanah air dalam pertaliannya dengan seni, sejarah dan masyarakat. Penulis meletakkan inti pemaparan pada sebuah rangkai peristiwa yang menurut penulis, cukup unik dan dapat mewakili dengan layak tentang keadaan dan keberadaan Musik Klasik di tanah air, dalam rentang waktu dua sampai tiga tahun terakhir. Rangkai peristiwa tersebut menyatu pada GITAR KLASIK. Gitar Klasik dalam paduannya sebagai seni dan dalam ranah seni, Gitar Klasik dalam napak tilas keberadaannya di tanah air dan sosio-kultural masyarakat terhadap alat musik “Klasik” yang semestinya sangat memasyarakat, namun juga termarjinalkan.

JAZZ SIGHT READING - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, August 2016)

“JAZZ SIGHT READING”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, August 2016


APA ITU SIGHT READING?
Agak susah untuk memadankan istilah SIGHT READING ke dalam Bahasa Indonesia. Saya pribadi lebih suka memakai istilah LINTAS BACA sebagai padanan istilah sight reading. sight reading terdapat pada ujian musik. Terutama ujian musik internasional, seperti: ABRSM, Trinity Guildhall, bahkan Yamaha Music, dan juga sekolah atau kursus ataupun konservatori (dalam tanda petik) di tanah air.

Dalam pelaksanaannya, sight reading berwujud: seseorang disodori sebuah naskah musik. Kesulitannya sepadan dengan grade nya. Kemudian naskah musik tersebut DIBACA SELINTAS. Umumnya yang dimaksud selintas adalah sekitar 30 detik saja. Dan bisa sampai 5 menit untuk sight reading grade Diploma. Setelah melakukan lintas baca, kemudian naskah musik tersebut dimainkan.

Parameter keberhasilannya adalah MEMAINKAN NASKAH MUSIK TERSEBUT PERSIS SAMA, TERMASUK DETAIL KECILNYA – sesuai dengan apa yang tertulis. Bagi sebagian orang, lintas baca atau sight reading ini adalah sebuah adegan horor nan mencekam yang sampai bisa bikin stress, gemetaran, dan bahkan perasaan mual.


TUJUAN SIGHT READING
Sebetulnya, apa sih tujuan nya ujian musik internasional menyertakan sight reading? Kenapa kok tidak cukup hanya MAIN LAGU dan tangganada saja? Kan katanya ujian performance? Ya pokoknya perform lagu, bagus, tanpa salah, kelar kan? Kok pake dimacem-macemin suruh lintas baca segala? Hmm... Bagi siswa yang menekuni Musik Klasik, sight reading adalah hal yang mutlak perlu! Mengapa? Jangan pernah lupa, bahwa Musik Klasik adalah BUDAYA LITERER. Jadi Musik Klasik HARUS DIBACA. Perkara sudah baca kemudian main dengan hafalan dan khataman itu lain cerita.

Baca lintas juga merupakan indikator penguasaan konsep dasar musik, yakni struktur dan pola. Jika seseorang mampu melakukan lintas baca dengan memuaskan, hampir dipastikan bahwa ia sangat paham dengan struktur dan ragam pola dalam sebuah sajian musik.

Friday, 15 July 2016

MUHAMMAD ALI DALAM KENANGAN JAZZ - by: Michael Gunadi (Staccato, July 2016)

“MUHAMMAD ALI 
DALAM KENANGAN JAZZ”
oleh: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, July 2016

MUHAMMAD ALI IN MEMORIAM
Petinju legendaris Muhammad Ali, telah meninggal dunia belum lama ini pada usia 74 tahun. Dunia merasa kehilangan salah satu tokoh, yang ikut mengukir perjalanan sejarah napak tilas peradaban manusia, khususnya di abad ke-20. Muhammad Ali dinobatkan sebagai salah seorang atlet terbesar di abad ke-20. Ali juga dirayakan sebagai atlet yang namanya paling berkibar di abad ke-20. Sosok Muhammad Ali bukan semata seorang petinju. Tak cuma atlet olah raga keras. Dan juga bukan seorang yang dengan jumawa mengobral rangkaian omong kosong. Muhammad Ali adalah sosok yang ikonik. Sebuah nama besar dalam pribadi tangguh. Sosok legenda sejati dan yang terpenting, sepanjang karir dan masa hidupnya, Ali telah banyak memberikan kontribusi bagi kemanusian dan ikut mencerahkan wajah dunia.

BENANG EMAS MUHAMMAD ALI & MUSIK JAZZ
Menjadi menarik,untuk sejenak melakukan renungan dan permenungan. Menarik benang emas antara sosok Muhammad Ali dan Musik Jazz. Bukan sebagai hal yang mengada-ada. Bukan mencari sensasi dengan mencocok-cocokkan fakta. Namun mencari esensi sisi kemanusiaan dan budaya. Bukankah sebuah budaya pada hakekatnya adalah cerminan napak tilas kemanusiaan yang nyata dan bukan sekedar angan yang ngungun dan utopis belaka?

Monday, 6 June 2016

NAPAK TILAS SEBUAH DAWAI GITAR - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, June 2016)

"NAPAK TILAS 
SEBUAH DAWAI GITAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, June 2016


GITAR KLASIK YANG DIPAKSA BERDAWAI METAL
Yang sebetulnya dikenal orang awam nan umum adalah, bahwa untuk gitar non elektrik, ada dua jenis. Yang dawai nya menggunakan nilon dan yang dawainya menggunakan kawat alias metal. Kalau kita bergaul dengan pemain-pemain gitar amatir, baik di kampung, kota kecil, atau bahkan di pinggiran kota besar, kerapkali dan acapkali terjadi hal konyol dan menggelikan seputar dawai gitar non elektrik.

Karena kocek tipis, nggak mau repot, seringkali terjadi gitar tipe klasik dipaksa dipasang dawai kawat atau metal. Ya tentu saja base bridge nya jadi peyot hancur. Tuning machine nya bengkok dan tentu juga merusak nuansa nya. Tapi anehnya, banyak dari para amatir tersebut berdalih, bahwa gitar klasik dipasang dawai metal adalah dalam rangka agar bunyinya gemerincing dan keras. Ironis, konyol, dan nampak bodoh. Namun jika kita mau jujur, kekonyolan semacam itu masih terjadi sampai detik saya mengetik artikel ini.



SAX - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, June 2016)

"SAX"
by: Michael Gunadi Widjaja 
Staccato, June 2016


Hmmm... saya seorang pria yang pastinya sangat menikmati indahnya perempuan... ehem... saya seorang pemusik imajinasi saya lebih banyak berawal dari musik. Seperti contohnya saat saya berpikir tentang saxophone... saya akan berimajinasi tentang ekpresi perempuan saat mereka mendengar suara saxophone atau memainkan alat musik ini... felling beauty and sexy! Really? No… No… No… saya bukan salah menulis judul. Tulisan saya kali ini memang tentang SAX bukan SEX. Apa itu SAX? Bagaimana SAX?? siapa SAX? Mari kita mulai mengenalnya... sudah cukup saya bermain dengan imajinasi saya...


PENEMU SAXOPHONE
Dinand-Belgium Sax adalah nama panggilan akrab dari ADOLPHE SAX. Sang penemu alat musik SAXOPHONE. Nama si penemu yang satu ini memang tidaklah setenar hasil temuannya. Bahkan sangat jauh tenggelam dibanding artis musik yang memainkan alat temuannya. Jika kita sempat melancong ke New York, di kawasan 42nd street dekat On Broadway maupun Off Broadway, kita akan menemukan begitu banyak orang memainkan saxophone.

Friday, 6 May 2016

P3K GITARIS KLASIK - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, May 2016)

"P3K GITARIS KLASIK"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, May 2016

Saya kira, pastilah anak SD pun tahu dan paham bahwa P3K adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan - a first aid for accident injury. Lho?! Lalu??!! Apa hubungannya dengan gitaris klasik??!! Waduuh... rasanya kok ngeri-ngeri gimana gitu yauw... Atau jangan-jangan... main gitar klasik bisa cidera ya ... kok sampai perlu ada P3K nya segala? Hmm... please calm and cool, Mas Bro dan Mbak Sis sekalian.


CIDERA DALAM BERMAIN INSTRUMEN
Cidera dalam bermain instrumen musik, apapun bentuknya memang sangat mungkin terjadi. Main Piano, jika salah postur dan gestur akan mengakibatkan cidera otot dan syaraf jari bahkan tangan dan lengan. Para maestro biola, ketika menghadapi latihan yang spartan, seringkali mengalami luka lecet pada bantalan jarinya. Demikian pula dengan gitaris klasik. Lecet kecil pada bantalan jari, sudah umum terjadi terutama pada pemula. Luka lecet ini dengan berjalannya waktu sembari terus menerus latihan, akan menjadi Calluses atau kapalan. Postur duduk pemain gitar klasik, untuk beberapa dekade dapat mengakibatkan masalah baru seperti peradangan sendi pada pinggang. Hal yang dialami oleh maha gitaris klasik seperti John Christopher William dan Julian Bream.

FOOT STOOL DAN NECK UP
Cidera pada gitaris klasik memang adalah hal yang mengerikan dan menakutkan. Namun dengan cara pembelajaran teknik yang baik dan benar serta didukung oleh kemajuan teknologi, hal semacam itu sangat dapat dihindari. Posisi duduk misalnya. Gitaris klasik konvensional kerap kali menggunakan foot stool. Posisi duduk dengan satu kaki bertengger di atas foot stool lah yang menjadi biang keladi lahirnya peradangan seni pinggang. Dengan kemajuan teknologi, zaman sekarang dibuatlah NECK UP sebagai pengganti foot stool. Neck Up sangat bersifat ergonomis dan memberi keleluasaan relaksasi semua otot dan persendian, saat seorang gitaris klasik duduk berlatih selama berjam-jam.

OTAK MUSISI JAZZ: "JAZZ AMAZING!" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, May 2016)

OTAK MUSISI JAZZ: 
"JAZZ AMAZING!"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, May 2016


FENOMENA EFEK MOZART
Ketika EFEK MOZART diperkenalkan, dunia tercengang. Saat itu diyakini bahwa memang ada keterkaitan perkembangan otak janin yang baik ketika diberi asupan musik-musik karya Wolfgang Amadeus Mozart, yang tentu saja telah diseleksi terlebih dahulu. Belakangan efek Mozart ini mulai menuai kontroversi. Ada yang melakukan sanggahan, bahkan ada yang mengkait-kaitkan dengan sekte aliran kepercayaan yang sesat, dan malahan dituduh sebagai propaganda agama tertentu.

BLACK BOX MECHANISM
EFEK MOZART memang harus diakui, bekerja dengan sistem BLACK BOX MECHANISM. Black Box Mechanism ini kerap kita jumpai dalam dunia kedokteran. Misalnya saat kita mengkonsumsi obat, KITA DAN BAHKAN SI DOKTER SENDIRI PUN TIDAK PERNAH TAHU JALANNYA SI OBAT SECARA DETAIL.Yang ditengarai dokter adalah RESULT ATAU HASIL AKHIR DAN EFEK SAMPINGNYA. Tapi rincian KASAT MATA nya tidak pernah diketahui. Itulah Black Box Mechanism. Efek Mozart pun demikian. Dunia tidak pernah melihat dengan kasat mata bagaimana melodi-melodi, harmoni, dan ritme karya Mozart bisa membuat pertumbuhan otak janin secara lebih prima.

Sampai disini, dunia dan tentu saja kita, menjadi terselimuti oleh teka-teki. Pertanyaan besar dalam ranah musik: APAKAH MEMANG BENAR MUSIK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN OTAK? Jikapun YA, apakah pengaruhnya BISA DILIHAT SECARA KASAT MATA? Simak jawabannya dalam artikel kali ini!

Thursday, 7 April 2016

JAZZ ITU BIRU - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, April 2016)

"JAZZ ITU BIRU"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, April 2016


MAKNA WARNA BIRU
Warna BIRU, dalam psikologi warna, dimaknai sebagai ungkapan: kedalaman dan kesetimbangan. Warna biru juga dipertautkan dengan hal rasa percaya, kesetiaan, kebijaksanaan, pengabdian tanpa pamrih, iman, kebenaran, dan nuansa Surgawi. Terlepas dari nilai subyektifitas yang tentu sangat kental mewarnainya, ada satu hal yang tak dapat dipungkiri: sejuk! Jika Anda manusia normal dan masih dalam kondisi sehat rohani, Anda pasti akan merasakan dan berujar, bahwa biru adalah sejuk dan menenangkan.

Jadi jika ada ungkapan semacam: biru nya rinduku. Hmm ... mungkin maksudnya adalah kerinduan tulus, namun tidak mengumbar napsu secara liar. Kemudian bagaimana jika ada sebuah lembaga atau badan atau sebuah usaha yang melabelkan biru? Tentu. Dan ini sangat jelas. Harapannya adalah agar badan usaha tersebut sedikit banyak akan “berpola tingkah” seperti makna filosofis biru.

Denny Bensusan

THE BLUE NOTE
Dalam ranah Musik Jazz, biru bukan hanya sebuah label. Biru bukan hanya warna yang jika dipandang memberi kesejukan. Dalam Jazz, biru adalah sebuah fenomena. Bahkan tak berlebihan, jika dikatakan bahwa JAZZ ITU BIRU. Kisahnya diawali pada 30 September 1981. Danny Bensusan mendirikan kafe, resto, dan club di 131 West 3rd Street di kawasan Greenwich Village, kota New York. Nama kafe, club, serta restorannya adalah BLUE NOTE.

 
HERBIE HANCOCK "CANTALOUPE ISLAND" at BLUE NOTE 

GITAR KLASIK DI FLS2N - by: Michael Gunadi Widjaja

"GITAR KLASIK DI FLS2N"
by: Michael Gunadi Widjaja


APA ITU FLS2N?
FLS2N adalah FESTIVAL DAN LOMBA SENI SISWA NASIONAL. Sebagai penyelenggara adalah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH serta DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH. Ini adalah sebuah acara lomba seni bertaraf nasional dan resmi diadakan, diurus, dan diatur oleh Pemerintah Pusat. Pelaksanaannya pada bulan April 2016. Untuk tingkat SD, SMP, SMA, termasuk kejuruan. Dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan kota, karesidenan, propinsi, dan nasional. Final tingkat nasional senantiasa diadakan bergilir di ibu kota Propinsi. Sesuai dengan data, final FLS2N berlangsung dengan sangat bagus sebagaimana layaknya pertunjukan seni berkelas internasional - mulai dari tata panggung sampai administrasi manajemen pelaksanaannya.

Pada tahun 2016 ini, FLS2N mencamtumkan satu mata lomba seni yakni GITAR KLASIK. Menjadi menarik untuk mencoba menarik benang merah pemaknaan peristiwa ini. Sebagai sebuah penelaahan diri sekaligus permenungan. Tujuannya agar di masa mendatang pelaksanaan acara semacam ini dapat diselenggarakan dengan lebih layak lagi.

Sunday, 6 March 2016

HARMONI DALAM JAZZ - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, March 2016)

"HARMONI DALAM JAZZ"
(MENELUSURI JALUR KLASIK SAMPAI JAZZ)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016



APA ARTI HARMONI?
Secara sederhana tanpa menggampangkan, harmoni dapat dimaknai sebagai TELAAH TENTANG AKOR DAN PERGERAKANNYA. Akor sendiri dibangun dari beberapa nada. Jadi jika satu nada saja, namanya bukan akor. Sebagai konsekuensinya dalam mempelajari harmoni, berarti kita mutlak untuk mempelajari musik yang bersifat POLYPHONIC dan BUKAN MONOPHONIC.

MONOPHONY, POLYPHONY, DAN SISTEM TONAL
Musik primitif, tentu saja bersifat monophony. Pada abad ke-12, Leonin dan Perotin mengarang apa yang dikenal sebagai ORGANUM. Bentuk komposisi dimana sebuah suara berdengung pada satu nada yang tetap, sementara suara lain “bergerak”. Prinsip semacam ini pada abad pertengahan berkembang ketika para rahib di zaman Paus Gregorius I “bernyanyi” dengan menggunakan CANTUS FIRMUS. Bukan lagi hanya satu suara yang bertahan, melainkan banyak suara yang fungsinya kemudian menjadi lagu pokok. Ini adalah dasar pertama bagi musik polyphony. Dari satu suara, kemudian banyak suara dan mengalir, muncullah apa yang dikenal sebagai FUGA atau FUGUE. Dalam fuga, aliran dan tabrakan suara mulai mengenal ATURAN YANG KETAT. Meski dalam Fuga perdana, teknik yang diapakai adalah TEKNIK IMITASI (IMITATION). Yakni suara lain bergerak sebagai “tiruan” jalur suara dasar.


ROMANCE DE AMOUR: "KETIKA CINTA MENJADI POPULAR" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, March 2016)

"KETIKA CINTA MENJADI POPULAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016


Jika seseorang mempelajari gitar klasik, hampir dapat dipastikan bahwa ia akan mengenal lagu ROMANCE DE AMOR. Sedemikian terkenalnya lagu ini, khususnya di kalangan para penggemar gitar klasik, hingga ada semacam “impian” bagi para siswa gitar klasik untuk dapat membawakan lagu ini. Sebetulnya, apa pernak-pernik yang menjadikan Romance de Amor sedemikian popular.

NAMA LAIN ROMANCE DE AMOR
Judul asli Romance De Amor, dalam napak tilas perjalanan sejarahnya, sangat beragam. Yang paling formal adalah "Romance Anónimo" (Anonymous Romance) atau sebuah kisah cinta dari “si A“. Juga dikenal sebagai "Estudio en Mi de Rubira" (Study in E by Rubira). Sebuah Etude, atau lagu pelajaran yang dibuat oleh Rubira. "Spanish Romance", "Romance de España," karena bagi beberapa orang lagu ini “kental” sekali nuansa Spanyol nya. "Romance of the Guitar," sehubungan lagu ini sudah menjadi semacam trademark bagi gitar klasik. "Romanza" dan "Romance d'Amour dalam Bahasa Perancis.


ASAL MUASAL ROMANCE DE AMOR
Asal muasal Romance De Amor menyisakan sebuah pertanyaan. Namun yang pasti, Romance De Amor adalah sebuah lagu solo dari abad ke-19 bagi gitar klasik. Romansa ini sering dipertautkan dengan beberapa nama. Antonio Rubira, Vicente Gomez, Miguel llobet, dan bahkan sang Maestro gitar Francisco Tarrega. Romance De Amor umumnya tersaji sebagai “ANONYMOUS” atau dikarang oleh seseorang.