"HARMONI DALAM JAZZ"
(MENELUSURI JALUR KLASIK SAMPAI JAZZ)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, March 2016
APA ARTI HARMONI?
Secara sederhana tanpa menggampangkan, harmoni dapat dimaknai sebagai TELAAH TENTANG AKOR DAN PERGERAKANNYA.
Akor sendiri dibangun dari beberapa nada. Jadi jika satu nada saja, namanya bukan akor. Sebagai konsekuensinya dalam mempelajari harmoni, berarti kita mutlak untuk mempelajari musik yang bersifat POLYPHONIC dan BUKAN MONOPHONIC.
MONOPHONY, POLYPHONY, DAN SISTEM
TONAL
Musik primitif, tentu saja
bersifat monophony. Pada abad ke-12, Leonin dan Perotin mengarang apa
yang dikenal sebagai ORGANUM. Bentuk komposisi
dimana sebuah suara berdengung pada satu nada yang tetap, sementara suara lain
“bergerak”. Prinsip semacam ini pada abad pertengahan berkembang ketika para rahib
di zaman Paus
Gregorius I
“bernyanyi” dengan menggunakan CANTUS
FIRMUS. Bukan lagi hanya satu suara yang bertahan, melainkan banyak suara
yang fungsinya kemudian menjadi lagu pokok. Ini adalah dasar pertama
bagi musik polyphony. Dari satu suara, kemudian banyak suara dan mengalir, muncullah apa yang
dikenal sebagai FUGA atau FUGUE. Dalam fuga, aliran dan
tabrakan suara mulai mengenal ATURAN YANG KETAT. Meski dalam Fuga perdana, teknik yang
diapakai adalah TEKNIK IMITASI
(IMITATION). Yakni suara lain bergerak sebagai “tiruan” jalur
suara dasar.
Ketika zaman mulai berubah dan peradaban semakin berkembang, maka instrumen
musik pun
mulai berbicara
untuk dirinya sendiri dan bukan menjadi
pengiring nyanyian belaka. Perkembangan ini menjadikan peradaban mulai
mengenal SISTEM TONAL pada abad ke-16. Dimana satu suara berubah
menjadi BUNYI dan menjadi sebuah POROS. Hasil
dari poros ini adalah munculnya konsep tentang TANGGA NADA, jenis akor, serta progresi akor. Apa beda suara dan bunyi, ya? Hehehe… hayooo!?
Pada era Baroque di abad ke-17 akor
tidak hanya dikenal, tetapi juga mulai dinotasikan secara sistematis. Caranya adalah dengan
menentukan jalur bass. Jalur bass ini berfungsi sebagai
sebuah figur atau sosok bagi nada yang lain. Oleh sebab itu pola bass semacam ini di era Barok dikenal sebagai FIGURED BASS. Pada zaman itu akor masih berisi tiga nada. Yang menarik disini adalah bahwa sebetulnya di zaman Barok, komposer sudah mulai memikirkan variasi bentuk akor. Salah satu
upayanya adalah dengan apa yang dikenal sebagai COUNTERPOINT atau KONTRAPUNKT.
Dimana banyak
melodi mempunyai alurnya masing-masing dan ketika alur-alur ini bergerak (ibarat berjalan-jalan,) maka terbentuklah aneka rasa akor. Hmmm... namanya
jalan-jalan tapi kok pusing ya?
Salah satu komposer yang paling sering menggunakan teknik komposisi counterpoint pada abad ke-17 adalah Johann Sebastian Bach. Meski JS. Bach telah menggunakan teknik komposisi sangat canggih, anehnya musik monophone masih juga digemari dan tidak kehilangan pamornya. Pada abad ke-18 Joseph Haydn dan Wolfgang Amadeus Mozart sebetulnya menggarap komposisi yang konsepnya adalah musik satu suara (monophony). Barulah ketika Ludwig van Beethoven muncul, dengan canggihnya ia mengeksplorasi efek dramatis untuk dan dalam musik. Caranya dengan menggunakan lima nada untuk akor dan bukan lagi tiga nada seperti di zaman Barok. Dari kelima nada tsb oleh Beethoven, sebetulnya sudah ditengarai kehadiran akor DOMINANT SEPTIM MINOR 9 (V7b9). Hmm… Wuiiih, Beethoven canggih ya? Hmm… Beethoven hebat ya? Zaman segitu dah bisa buat akor yang kompleks? Hmmmm .... Prrrrt lah!
SISTEM POLITONAL DAN ATONAL
Dari akor rumit
yang dirancang Beethoven, pada abad ke-19 zaman
Romantik muncullah MODULASI. Dimana terjadi perpindahan dari
satu poros ke poros lain yang terkadang tidak ada
hubungannya sama sekali. Richard Wagner disebut-sebut sebagai
biang keladinya saat meluncurkan “TRISTAN UND ISOLDE.” Sampai dengan karya Wagner, sebetulnya sistem tonal sudah terhenti. Ketika sistem tonal sudah
mentok, nggak bisa diapa-apain lagi. Lha
eee… muncullah Arnold Schoenberg.
Konsepnya begini: “Kalau sistem tonal ‘dah
mentok, ya kita bikin sistem ATONAL.”
Dimana musiknya tidak lagi mempunyai
poros. Wow! “Ah, apaan
wow wow wow? Paham nggak
sih? Hmm...”
TRISTAN CHORD
(from: Richard Wagner's "Tristan und Isolde")
Ketika harmoni
dalam komposisi musik sudah bersifat ATONAL, maka sistem dan konsep harmoni yang berbeda pun mulai marak diterapkan. Diantaranya adalah
DUODECAPHOMISM, dimana tangganada
terdiri dari 12 nada. Kemudian ada SERIALISME, dimana nada diurutkan
bagai deret bilangan aritmatika dan diatur dengan parameter yang sangat ketat
layaknya matematika.
TWELVE TONE MATRIX
Sistem MODAL yang tadinya tumbuh akibat prinsip
komposisi zaman
Gregorian pada abad pertengahan, kini pada abad ke-20 mulai bangkit kembali.
Terutama dalam karya Claude Debussy dan Maurice Ravel. Meskipun sistem modal yang dipakai di abad ke-20 mempunyai prinsip yang sama, namun penerapan dan keluwesannya sangat berbeda dengan sistem modal pada zaman Gregorian. Juga sistem modal alla Debussy dan
Ravel lebih luwes dibanding sistem tonal pada umumnya. Di sisi lain, komposer Darius Milhaud
melakukan eksperimen dengan menggabung dan mencampur lebih dari satu tonalitas dalam sebuah
karya. Konsep eksperimennya dikenal sebagai musik POLITONAL.
Awal abad ke-20 Jazz mulai merasuki
komposer papan atas Amerika seperti George
Gershwin. Akar harmoni Jazz adalah musik Afro-Amerika yang tradisinya dapat dirumut pada Gospel, Blues, dan Ragtime. Ketiga aliran
musik tersebut sangat menitikberatkan sistem tonal yang dimanipulasi melalui nada Bass.
- Musik Gospel banyak memakai Kadens Plagal ( IV – I)
- Blues mewarnai harmoni tingkat IV, I, V dengan bunyi nada Dominant 7th, dan penambahan bluesy nuance dengan nada #9
Kemudian
lahirlah BE BOP. tentu dengan ciri harmoni tersendiri. Harmoni Be Bop bercirikan
akor disonan dengan tambahan nada 9, 11, 13 seperti dapat didengarkan pada permainan Charlie Parker, Dizzie Gillespie, dan Miles Davis. Di masa itu, Dizzie Gillespie melakukan
kerjasama dengan para pemusik dari Cuba dan mengembangkan irama serta harmoni
musik Jazz Cuba. Hal ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Miles Davis.
Pengembangan yang dilakukan Miles Davis kemudian dikenal sebagai COOL
JAZZ. Cool Jazz mengeksplorasi dan bahkan mengimitasi
struktur harmoni pada ensembel besar namun dengan susunan instrumen musik yang saat itu dapatlah
dikatakan kurang lazim.
Mulai muncul
pula ensemble Jazz namun memainkan lagu-lagu pop. Bentuk awalnya adalah
sebuah ensemble Quintet. Di sekitar tahun 1950, harmoni gaya ini menjadi semakin mantap dengan
komposisi susunan akor yang lebih pas. Pada tahun 1959, muncul Jazz yang
menggunakan konsep harmoni MODAL sebagaimana pernah dialami dalam napak tilas Musik Klasik. Yang terkenal
dari JAZZ MODAL ini adalah kelompok Wayne Shorter, Herbie Hancock, Tony
Williams,
dan Ron Carter. Pada tahun 1960, Jazz Modal mengukuhkan
diri dengan komposisi Jazz yang lebih original, sehingga makin terbebas dari pengaruh aliran Jazz
terdahulu.
Jazz Modal, pada tahun 1960
berkembang menjadi FUSION. Instrumen
elektronik mulai dipergunakan. Pola-pola tangganada Modal dipergunakan dalam
improvisasi, dalam kerangka harmoni yang lebih bebas. Ciri lain Jazz Fusion
adalah Bass mulai melakukan solo improvisasi secara “Groove” dan acapkali
ditingkahi bunyi terompet dan pedal “wah-wah” yang dibunyikan gitar elektrik maupun piano elektrik. Format seperti
ini marak sekali pada tahun 1970-an.
Adalah seorang John Coltrane. Saxophonist yang tadinya
adalah anggota kelompok quintet Miles Davis. John Coltrane melakukan
beberapa lompatan bersejarah dalam Harmoni Jazz:
- Modulasi yang bersifat siklik (berputar-putar)
- Pergerakan Akor II – V – I dalam sebuah relasi dengan interval 3 Mayor
- Musik yang tanpa Harmoni. Hanya melodi mengalir. Seringkali dengan pulsa irama yang sangat berubah ubah
- Menggunakan harmoni Modal yang exotic
- Membidani lahirnya harmoni Jazz kontemporer
- Konsep harmoni simetris yang dengan interval berulang yang dihitung secara matematis
- Tangganada dan malahan motif-motif dari musik tradisional India dipakai. Terutama dalam kerjasamanya dengan master sitar Ravi Shankar.
GEORGE BENSON
MEREGUK SECANGKIR KOPI JAZZ
7th CHORDS
Harmoni Jazz umumnya menggunakan akor yang terdiri dari empat nada (4-note chords atau 7th chords,) sebagai lawan harmoni Musik Klasik yang mempergunakan akor yang terdiri dari tiga nada (triad). Tata harmoni Musik Klasik, seperti: menghindari gerakan sejajar dari interval 5th dan 8th, leading note yang harus melangkah ke tonika, dihindari dalam aturan harmoni.
PROGRESI AKOR LEBIH LUWES DAN FLEKSIBEL
Pemusik Jazz sebetulnya juga masih memakai prinsip LEADING NOTE sebagaimana harmoni Musik Klasik. Hanya bedanya, dalam Jazz pemain “menyelesaikan” leading note tanpa harus menelisik nada-nada yang lain sebagaimana dilakukan pemusik klasik. Karena Jazz bersifat komunal spontan, sedangkan Musik Klasik harus dirancang terlebih dahulu jika akan membuat harmonisasi.
OPTIONAL NOTES
Dalam harmony Jazz, akor jelas lebih padat isinya dan pergerakan akor bisa dengan leluasa menuju kepada akor baru yang sebelumnya tak ada relasinya. Nada-nada 7, 9, 11, 13 dalam harmoni Jazz bukanlah sebuah keadaan disonan, melainkan adalah warna segar dan wangi.
THE POWER OF DOMINANT
7th CHORDS
Harmoni Jazz umumnya menggunakan akor yang terdiri dari empat nada (4-note chords atau 7th chords,) sebagai lawan harmoni Musik Klasik yang mempergunakan akor yang terdiri dari tiga nada (triad). Tata harmoni Musik Klasik, seperti: menghindari gerakan sejajar dari interval 5th dan 8th, leading note yang harus melangkah ke tonika, dihindari dalam aturan harmoni.
PROGRESI AKOR LEBIH LUWES DAN FLEKSIBEL
Pemusik Jazz sebetulnya juga masih memakai prinsip LEADING NOTE sebagaimana harmoni Musik Klasik. Hanya bedanya, dalam Jazz pemain “menyelesaikan” leading note tanpa harus menelisik nada-nada yang lain sebagaimana dilakukan pemusik klasik. Karena Jazz bersifat komunal spontan, sedangkan Musik Klasik harus dirancang terlebih dahulu jika akan membuat harmonisasi.
OPTIONAL NOTES
Dalam harmony Jazz, akor jelas lebih padat isinya dan pergerakan akor bisa dengan leluasa menuju kepada akor baru yang sebelumnya tak ada relasinya. Nada-nada 7, 9, 11, 13 dalam harmoni Jazz bukanlah sebuah keadaan disonan, melainkan adalah warna segar dan wangi.
- Pergerakan akor II – V – I lebih disukai dalam Harmoni Jazz dibanding pergerakan IV – V – I seperti dalam Musik Klasik.
- Nada ke-5 berfungsi sebagai alas akor, sebagaimana kerap dijumpai dalam Musik Klasik, tetap digemari dalam Musik Jazz.
- Harmoni Jazz sangat mengutamakan CHORD SUBSTITUTE atau akor Pengganti. Setiap akor V bisa disubstitusi oleh akor V namun dalam susunan Triton. Misalnya: G7 disubstitusi oleh Db7.
TRITONE SUBTITUTION
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.