Wednesday, 18 July 2012

PERNIK–PERNIK BIRAMA


PERNIK –PERNIK BIRAMA



Nada-nada dalam music mengalir dengan pulsa tertentu. Pulsa di sini merujuk pada ketukan yang teratur dan berulang ulang. Dalam ranah music teori (meminjam istilas Jelia Edu,M.Mus.Edu), pulsa ini ditengarai sebagai beat. Dalam music  contemporer (avant garde dalam segala relativitasnya) pulsa atau beat ini memiliki ranah tafsirnya sendiri. Namun dalam music yang “klasik” pulsa atau beat ini diwujudkan secara teratur dan berulang. Dari keteraturan pulsasi beat inilah kemudian dikonsepkan tentang time signature. Atau dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan tanda birama. Lalu kita semua mengenal tanda birama sebagaimana 2/4,3/4 atau 4/4. Dalam ranah music teori, tanda birama yang demikian, disebut sebagai simple time signature. Terdapat pula compound time signature atau birama majemuk. Contoh paling popular adalah 6/8.



Konsep dasar birama dijabarkan sebagai berikut: Dalam birama 2/4 misalnya. Ada 2 beat (bilangan pembilang) dan masing-masing beat diampu oleh not  quaver atau note value ¼ (bilangan penyebut). Dalam bahasa Indonesia,bilangan pecahan selalu terdiri dari pembilang (top) dan penyebut (bottom).

Dalam komposisi musik, time signature tak semata dinyatakan dengan tanda berupa bilangan pecahan. Melainkan juga disertai pengelompokan nada atau note grouping. Beberapa guru music menganggap note grouping ini sebagai cara penulisan belaka. Semata agar musik lebih mudah dibaca secara tekstual. Padahal, note grouping tidaklah sesederhana itu. Note grouping bisa merubah karakter dan bahkan artikulasi birama itu sendiri. Contoh aplikasinya adalah ¾ vs 6/8.



Banyak orang menganggap bahwa 6/8 adalah ¾ yang di dobel (double).Sehingga timbul pertanyaan aneh seperti ini misalnya: MANA LEBIH CEPAT, 3/4 atau 6/8? Dalam kasus tertentu memang 6/8 bisa dimainkan sebagai ¾. Namun, inti permasalahannya bukan demikian. Saatnyalah kita mendalami grouping the note.
6/8 memang adalah note 1/8 sebanyak 6 buah dalam satu birama.
Namun jangan lupa !!!!! 6/8 bisa saja di note group seperti ini:


Dan jika 6/8 di grouping (dikelompokkan) demikian, maka cara menghitungnya bukan lagi not 1/8 mendapat satu ketukan. Bukan. Melainkan dihitung dua dua atau count in two! Lho kok bisa????????? Ya bisa, karena ternyata music mengenal ALLA BREVE atau CUT TIME. Jadi Alla Breve itu bukan cuma nama lain untuk birama 2/2 melainkan sebuah konsep untuk cut time. Dalam kasus ¾ vs 6/8 setelah mengikut sertakan konsep Alla Breve, dapatlah dikatakan bahwa ¾ lebih terasa sebagai pertigaan sedangkan 6/8 lebih terasa sebagai perempatan.
Aplikasi dari pernik pernik birama tersebut dapat dilihat pada video berikut ini:


Video tersebut adalah TARANTELLA karya Pauline Hall dalam official video ABRSM. Dan Tarantella  merupakan salah satu lagu yang dapat dipilih untuk ujian ABRSM 2012. Lagu tersebut ber birama 6/8. Nampak dimainkan dengan sangat cepat. Jelas dengan speed setinggi itu, tidaklah mungkin jika 6/8 ditafsir sebagai one beat for one semi quaver. Karena ketukannya bisa sangat cepat dan kacau saking cepatnya.Yang terjadi adalah, dalam Tarantella ABRSM, 6/8 ditafsir sebagai Alla Breve 6/8. Atau 6/8 yang “terpangkas”. Sayangnya, ABRSM tak mencamtumkan Alla Breve pada 6/8. Jadi mestinya, sah saja jika Tarantella dimainkan lebih lambat karena siswa mengcounting dengan konsep dasar,yakni one beat for one semi quaver.

Music memang adalah bahasa symbol. Untuk dapat menyalurkan hasrat atau passion, simbolisme ini layak untuk dinyatakan dengan tegas dan konsekuen. Bukan sebagai sebuah tekstual yang dengan liar dan seenaknya dimainkan.

1 comment:

  1. tulisannya sangat berguna..
    terima kasih dan sukses selalu

    ReplyDelete

Note: only a member of this blog may post a comment.