Sunday, 1 July 2012

ASPEK SEXUAL DALAM MUSIK KLASIK


ASPEK SEXUAL DALAM MUSIK KLASIK

Ada beberapa ungkapan di seputar music,seperti: “saat kata-kata kehilangan makna,saatnyalah music  berbicara “.Juga ada pernyataan seperti Music for Life.Music is something passionate and passion. Dari tiga ungkapan tersebut saja,dapat disimpulkan bahwa music berkenaan dengan semua aspek dalam kehidupan manusia.Semua aspek.Tentu dalam hal ini termasuk juga ASPEK SEXUAL.

Beberapa genre music baik secara sadar maupun tidak,sudah menyatakan aspek sexual dalam ranah komposisi dan performansinya.Blues misalnya.Memang aspek sexual ini bias sangat relative,sangat abstrak dan sangat personal bagi tiap individu.Namun ada beberapa generalisasi fenomena yang mau tidak mau,suka tidak suka,mempertautkan ranah kompositoris sebuah genre musical,dengan aspek sexual.Lalu bagaimana dengan Classicasl Music yang seringkali menampilkan persepsi Aristokrat dan agak angkuh.

Sudah menjadi aturan tidak tertulis,bahwa aspek sexual dalam music klasik tabu untuk dibicarakan.Padahal bahwa dalam pagelaran music klasik banyak sekali aspek sexual.Dari mulai figure performer sampai ranah kompositorisnya.Dan…harap diingat,bahwa ASPEK SEXUAL DI SINI BUKANLAH SEBUAH EXHIBISIONIST VULGAR YANG MURAHAN.Aspek sexual dalam music klasik,tetap dalam konteks sex pada ranah kesejatiaannya.

Ada seorang pemain biola anggota orchestra nasional Finlandia.Namanya Linda Brava.Postur bodynya sangat sexy.Linda Brava lebih dikenal sebagai miss Playboy ketimbang teknik biolanya yang sebetulnya sangat baik.Legenda biola JOSHUA BELL juga pernah dianggap memancarkan aspek sexualitas dalam music klasik,saat ia berpose membungkuk di sepeda motor,untuk cover album CD nya.

 


Jika saja kita mau jujur,sebetulnya sejarah mencatat bahwa public Eropa di jamannya pernah tergila-gila oleh Rigoletto dari Giuseppe Verdi.Rigoletto Verdi dianggap memancarkan aspek sexualitas yang luar biasa,meskipun sayangnya,dihubungkan dengan perselingkuhan.

Pada abad ke-19 sebetulnya timbul kesadaran. Kesadaran yang dipertautkan dengan feminisme. Sexualitas dalam aspeknya tidak pernah mencuat dalam ranah music klasik karena aturan yang ketat dan aristocrat.yang secara samar sebetulnya adalah maskulinitas dan bentuk terselubung dari dominasi laki-laki.Kita tidak perlu memperdebatkan isu fenomenal ini. Karena pada esensinya bukan feminism dan hegemoni yang penting, namun bahwa aspek sexualitas sesungguhnya ada dalam ranah music klasik.

Setelah Perang Dunia II di sekitar tahun 1950an terjadi rangkai peristiwa menarik. Karya Olivier Messiaen dan Pierre Boulez mulai mencuat.Materi karyanya adalah gelombang bunyi dan serialisme.Aturan angka-angka dalam komposisi music.Apa ini maksudnya?

Messiaen dan Boelez menggunakan seri angka-angka sebetulnya adalah sindiran dan sebuah normatic deconstruction.Merombak tatanan music klasik yang cenderung maskulin.Perombakan itu sendiri dalam batas tertentu bias ditafsirkan sangat sexy dan “mengundang”.Bahkan bias menimbulkan ecstase positif.Dan lanskap kompositoris Messiaen dan Boulez dalam esensinya tetaplah classical music.

Aspek sexualitas dalam Musik Klasik,setidaknya mengingatkan kembali pada kita.Bahwa adalah benar bahwa music adalah passionate sampai ke relung keberadaan manusia yang terdalam,yakni ranah sexual nya.Dan bukan hal tabu sexualitas dikedepankan sejauh tetap berpegang pada kepatutan yang meski dalam beberapa hal sangat relative.Bukankah sex itu tidak selalu harus buka baju dan pamer bulu ketiak dan pusar.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.