"JAZZ RASA INDONESIA"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, October 2015
BUT FIRST, IT’S COFFEE TIME!
Terlebih dahulu saya awali paparan ini dengan sekelumit
cerita tentang KOPI. Yang pertama kali mengenal biji kopi adalah orang-orang
dari Ethiopia Afrika. Kemudian dengan berjalannya waktu dan peradaban manusia, kopi
menjadi minuman olahan yang digemari di lebih dari 70 negara dan bangsa. Bukan
saja digemari, kopi malahan sekarang ini menjadi salah satu ciri dari peradaban
budaya suatu bangsa.
Orang Italia sangat berbangga dengan seni kopi cappuccino. Orang Amerika sangat girang dengan gaya sajian kopi gaya Amerika atau lebih dikenal sebagai americano. Penduduk Jazirah Arab juga mendapat banyak perhatian dunia dengan produk kopi Arabica. Sementara Brazil dan Costa Rica tersenyum puas dengan kopi nya yang memiliki keasaman tinggi.
Di Indonesia pun, ada beberapa sajian dan jenis biji kopi yang ditaruh respek banyak bangsa. Kopi Aceh dengan aroma rasa dan teknik penyajian yang khas. Papua yang rasa kopinya fruity serta Mandailing dan Gayo. Negara yang baru kelar berperang seperti Vietnam pun mereguk manfaat dengan cara penyajian kopi alla Vietnam dengan poci dan gelas plus filter yang menyatu.
Orang Italia sangat berbangga dengan seni kopi cappuccino. Orang Amerika sangat girang dengan gaya sajian kopi gaya Amerika atau lebih dikenal sebagai americano. Penduduk Jazirah Arab juga mendapat banyak perhatian dunia dengan produk kopi Arabica. Sementara Brazil dan Costa Rica tersenyum puas dengan kopi nya yang memiliki keasaman tinggi.
Di Indonesia pun, ada beberapa sajian dan jenis biji kopi yang ditaruh respek banyak bangsa. Kopi Aceh dengan aroma rasa dan teknik penyajian yang khas. Papua yang rasa kopinya fruity serta Mandailing dan Gayo. Negara yang baru kelar berperang seperti Vietnam pun mereguk manfaat dengan cara penyajian kopi alla Vietnam dengan poci dan gelas plus filter yang menyatu.
JAZZ = KOPI
Jazz sepertinya identik dengan kopi. Berasal dari sebuah asimilasi kultur Afrika Eropa, Jazz berkembang menjadi salah satu bagian integral budaya musikal suatu bangsa.
Orang mengenal Ahmad Jamal, pianis
Jazz yang menawarkan Jazz rasa Timur Tengah. Antonio Carlos Jobim dan Luis
Bonfa serta Mango Santamaria dengan Jazz rasa Latin Amerika Selatan. Makato Ozone yang membuat ramuan Jazz
dengan etnik Jepang, serta masih banyak lagi.
Apa yang membuat Jazz bisa
identik dengan kopi? Berasal dari bangsa A namun kemudian bisa menyublim
menjadi budaya bangsa B C D E dan seterusnya. Jawabannya adalah JAZZ IS MARSHMALLOW. Jazz itu kenyal. Jazz
memiliki sifat dapat melebur, dapat dipengaruhi, dan dapat dikawini kultur apapun dengan hasil yang tetap estetis. Selain itu
Jazz adalah sebuah “bahasa” komunal.
Dalam sesi improvisasi, orang yang main Jazz tidak hanya meluapkan dan membagi
rasa dan pengalaman estetisnya, melainkan juga melakukan DIALOG.
RUANG INTEPRETASI
DALAM MUSIK KLASIK
Hal lain yang perlu mendapat sorotan khusus terhadap
kekenyalan Jazz adalah dalam ranah RUANG
INTERPRETASI. Interpretasi adalah upaya
tafsir. Dalam Musik Klasik, interpretasi selalu HARUS berada dalam koridor
presisi teks dan konteks nya. Kalo anda main Well-Tempered Klavier dari JS.
Bach misalnya. Maka anda akan “dinilai” ketepatan dan kepersisan dalam parameter gramatik, idiom, dan juga retorika musiknya Bach. Jika anda
melenceng sedikit saja, maka bersiaplah dihujani kritik super pedas dan bahkan
caci maki serta “tamparan-tamparan”.
Dalam Musik Klasik selalu ada “rasa” saat individu menafsir karya. Kita tidak bisa dan memang tidak seharusnya “menuntut” seorang Lang Lang asal China untuk main Bach dengan rasa seorang Andras Schiff ataupun Glenn Gould. Lang Lang tetap akan membawakan Bach (kalo dia pernah main Bach), dengan sepersekian persennya “rasa Asia”. Namun tentu rasa Asianya tetap dalam koridor kelaziman dan tatanan adab Musik Klasik.
Dalam Musik Klasik selalu ada “rasa” saat individu menafsir karya. Kita tidak bisa dan memang tidak seharusnya “menuntut” seorang Lang Lang asal China untuk main Bach dengan rasa seorang Andras Schiff ataupun Glenn Gould. Lang Lang tetap akan membawakan Bach (kalo dia pernah main Bach), dengan sepersekian persennya “rasa Asia”. Namun tentu rasa Asianya tetap dalam koridor kelaziman dan tatanan adab Musik Klasik.
INTEPRETASI DALAM
MUSIK JAZZ
Sangat berbeda dengan interpretasi Musik Jazz. Interpretasi
Jazz bersifat sangat personal. Jangan kaget jika “STARDUST” dilagukan bukan lagi Swing Ballad melainkan Jazz Mambo. Jangan
juga pernah bingung jika “DAYS OF WINE
AND ROSES” yang sangat romantis, disajikan dengan frase improvisasi yang
begitu rumit sampai membuat pening kepala.
MELIRIK SEJENAK
JAZZ RASA INDONESIA
Dalam keadaan dan parameter seperti itulah, nampaknya kita
patut melirik sejenak pada Jazz rasa Indonesia. Sebagai sebuah pantulan rasa dan agar karsa kita tidak
ngungun tanpa arah. Bukan sebagai kritik. Bukan juga sebagai paparan
sejarah yang membosankan. Pun tidak sebagai inspirasi. Hanya secercah torehan
agar ke depan kita tidak menjadi orang-orang yang sok tau membawa bendera Jazz
tanpa sadar bahwa yang kita usung dalam sejatinya adalah sebuah musik sampah
klas ensembel kaleng.
ASAL USUL JAZZ DI
INDONESIA
Kapan Jazz pertama kali di kenal di Indonesia? Jawabannya
sangat beragam. Ada yang mengatakan bahwa Jazz di Indonesia diperkenalkan
melalui radio. Banyak pemusik klasik
di Indonesia dan pemusik “otodidak” yang mendengarkan siaran Jazz dari Voice of America. Mereka kemudian
belajar Jazz dengan menirukan dan/atau belajar secara korespondensi via surat
dan buku yang dikirim dari Amerika. Beberapa pemusik malahan mendapat
sertifikat dari kursus Jazz jarak jauh semacam ini.
Sumber lain mengatakan bahwa Jazz masuk ke Indonesia saat
diperkenalkan oleh grup musik hiburan
dari Filipina. Mereka main di Ballroom Dance seperti di Batavia, Semarang, Bandung,
dan Surabaya. Sebagai grup musik alternative pendamping musik kamar klasik.
Band Filipina ini salah satu anggotanya adalah Mayor Sambayon. Selain main Jazz, sang Mayor juga memberi kursus
teori musik, form analysis, dan harmoni bagi para siswa piano - murid dari Mevrouw Roemer dan Herr Bothmer yang jaman itu sangat terkenal.
Mana yang paling historis? Susah dan menjadi tidak
signifikan untuk diperdebatkan. Faktanya adalah Jazz telah masuk ke Indonesia
melalui MEDIA HIBURAN. Sebagai
catatan, Wage Rudolf Supratman, pengarang
lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, adalah
salah seorang pelaku Jazz di awal keberadaan Jazz di Indonesia.
THE INDONESIAN ALL
STARS
Jazz rasa Indonesia, diawali dengan debut fantastis dari “THE INDONESIAN ALL STARS”. Saat itu,
dekade tahun 1950 – 60an, pemusik Indonesia tampil di festival Jazz Den Haag,
Belanda. Sebuah festival yang menjadi barometer Jazz dunia. Mereka terdiri dari
Bubi Chen pada piano. Yopie Chen pada bass, Jack Lesmana pada gitar, Benny Mustafa pada drums dan perkusi, serta
tamu dari USA yaitu Clarinetis Tony
Scott. Di Den Haag mereka membawakan Jaaz rasa Indonesia: Gamelan on Jazz, Gondang
on Jazz, dan Rampak Melayu on Jazz. Dunia terbengang-bengong dan gegap gempita.
Bubi Chen, seorang pianis yang menjalani kursus Jazz via korespondensi, berhasil
membawa Indonesia masuk ke komunitas Jazz dunia, DENGAN TETAP MEMPERTAHANKAN CIRI BUDAYA LOKAL.
Jazz rasa Indonesia diawali dengan Indonesian All Stars. Kemudian
Karimata menggandeng Bob James dan Lee Ritenour dalam album CD Jazz etnik
Indonesia. Untuk member kesan dan rasa etnik, Aminoto Kosin waktu itu mempergunakan teknologi sampling. Jejak ini kemudian diikuti
dengan nuansa berbeda oleh Krakatau
dengan etnis gamelan dalam kerangka Free Jazz. Di sisi lain, ada Christ Kayhatu dan Jopie Item yang mengusung Jazz Rock rasa Ambon. Mereka sangat
sukses dalam penampilannya di pasar malam TONG TONG Belanda. Selain itu ada
Jopie Item dan kawan-kawan yang menawarkan Jazz ringan rasa Indonesia. Dalam
debutan kaset dan piring hitam NADA DAN IMPROVISASI.
PETA JAZZ RASA
INDONESIA
Sekarang mari kita lihat peta Jazz rasa Indonesia saat ini:
1. JAZZ ETNIK
Beberapa Jazzer tanah air, masih
tekun mengikuti jejak seniornya. Mempergunakan unsur etnik Indonesia dalam lanskap komposisi Jazz. Hanya saja, kerap
terjadi bahwa unsur etnik ini menjadi sebuah tempelan belaka. Perlu ada upaya
penelisikan lebih lanjut, agar para Jazzer muda yang saat ini banyak telah
lulus dari Berklee tidak semata mengekspos materi tangga nada Musik Tradisi.
Melainkan sublim pada musikalitasnya. Jangan cuma main nada-nada saluang dan
talempong trus diiringi irama fusion dan/atau Swing. Olah juga idiom asli dari
Talempong dan Saluang. Hal semacam ini masih langka dilakukan bahkan sangat
langka.
2.
LAGU INDONESIA YANG DI-“JAZZ”
KAN (“JAZZY)
Sangat sering bahkan sudah
terlalu sering dan membosankan, bahwa saat sebuah judul Indonesian Jazz
dikumandangkan, yang tampil adalah lagu-lagu
daerah yang hanya dialun menggunakan irama
Swing, Bossa Nova ataupun Fusion
Jazz. Akan sangat bermakna bila ke depannya, para Jazzer muda menoleh
sedikit kearah Jazzer papan atas seperti Don
Grusin, Dave Grusin, dan Suriname Jazz Band. Agar lagu daerah
Indonesia diolah lagi. Disesuaikan materinya dengan lanskap standar komposisi
Jazz. Sehingga bukan lagi Anging Mamiri yang DIPAKSA DIIRINGI SWING DENGAN SCAT VOCAL MENJIJIKKAN, melainkan
Anging Mamiri yang kali ini dilantunkan alla orang Jazz.
3.
KOMPOSISI ASLI JAZZ RASA
INDONESIA
Mohon tidak salah kaprah.
Komposisi Jazz rasa Indonesia bukan cuma tangganada gamelan dipaksa jadi Swing
atau Fusion. Tetap ada tempat bagi personal individual untuk mengkreasi Jazz tanpa latah menempel elemen
etnis. Seperti perkusionis Omar
Hakim yang meski tak pernah melantunkan scale Arab, namun tetap terciri
rasa Middle East. Juga Makoto Ozone
yang tanpa latah ber“shamizen” sudah mengedepankan ciri rasa Jepangnya.
Jazz rasa Indonesia BUKAN sebuah determinasi. Tak perlu
repot untuk mencari formulasi Jazz yang benar-benar mewakili citra budaya
Indonesia. Bangsa ini terlalu kaya untuk bisa dibatasi dengan sebuah genre
musikal.
Jazz rasa Indonesia adalah sebuah “pekerjaan rumah” jika ke depan kita masih berharap pada Jazz sebagai sebuah media komunikasi kultural yang menjembatani kesenjangan pergaulan antar bangsa. Layak diingat bahwa dalam bergaul, kita sama sekali tak perlu sampai mengorbankan dan kehilangan jati diri!
Jazz rasa Indonesia adalah sebuah “pekerjaan rumah” jika ke depan kita masih berharap pada Jazz sebagai sebuah media komunikasi kultural yang menjembatani kesenjangan pergaulan antar bangsa. Layak diingat bahwa dalam bergaul, kita sama sekali tak perlu sampai mengorbankan dan kehilangan jati diri!
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
ReplyDelete-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda!!
Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66 (NEW)
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam ????
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!?