"RASA BALI, AROMA AMERIKA"
by: Michael Gunadi Widjaja
Tak
diragukan lagi jika pulau Bali adalah primadona dalam pariwisata Indonesia. Bali
memang sarat unsur pendukung industri pariwisata. Dari mulai alamnya, adat
istiadat hingga rupa-rupa hasil seni. Tak heran jika beberapa dekade silam. Bali
malahan lebih populer dibanding Indonesia. Tentu kita belum lupa akan
pertanyaan semacam: “Indonesia itu
sebelah mananya Bali?” Pertanyaan
yang mungkin menggelikan namun sempat populer dan memang demikianlah Bali - pesona
eksotisme pada sebuah pulau Dewata.
Diantara
sekian banyak pesona Bali, tentu salah satunya adalah hasil seni budaya. Seni
tari, seni kriya, seni arsitektur tradisional, dan tentu saja GAMELAN BALI. Gamelan Bali adalah satu
orkestra terpopuler di dunia. Bergandeng tangan dengan Javanese Gamelan. Jika kita sempat berkunjung ke Amerika Serikat, tidaklah
sulit bagi kita untuk menemukan fakta bahwa gamelan Jawa dan Bali memiliki
popularitas yang luar biasa dibanding musik tradisionil India, Cina, Jepang, Korea,
dan kawasan Timur Tengah. Banyak faktor yang menjadikan gamelan Bali dan Jawa
demikian populer di USA. Yang jelas adalah karena gamelan Bali dan Jawa
memiliki keunikan, eksotisme, dan bahkan erotisme yang agung dan khas.
Gamelan Bali
Tanpa perlu
menjadi seorang pemusik, orang tentu dapat mengatakan bahwa gamelan Bali jelas
sangat berbeda dengan gamelan Jawa. Sebetulnya, dalam esensi forma musikalnya, gamelan Bali
dan Jawa memiliki kemiripan. Musik Gamelan (Bali dan Jawa) senantiasa terdiri
dari:
- Struktur metrum: Yakni pembagian kerangka musik menjadi pola-pola ketukan
- Cantus Firmus: Bagian ini lazim disebut pokok gendhing atau melodi pokok
- Tafsir: Interpretasi improvisasi dari melodi pokok
- Teknik komposisi pun mengandung kemiripan. Senantiasa ada interlocking, semacam kotekan.
Gamelan Bali Kebyar
Secara khusus, Gamelan Bali terdiri dari banyak macam, jika dilihat dari perangkatnya. Gamelan Pelegongan, Gamelan Angklung, Gamelan Joged Bumbung, dan Gamelan Suci khusus untuk keperluan keagamaan. Dari segi gaya permainan pun, Gamelan Bali memiliki corak yang beraneka macam. Namun yang paling populer adalah GAYA KEBYAR. Istilah kebyar, adalah bunyi onomatopoetis (seperti istilah Dang Dut yang menirukan bunyi gendang), karena dalam setiap pembuka komposisi musik Gamelan Bali gaya Kebyar senantiasa terdengar bunyi “byaaaaaaaaarr.” Gaya Kebyar menjadi populer dikarenakan dalam gaya Kebyar inilah Gamelan Bali memperoleh ruang untuk dikreasi secara bebas. Gaya Kebyar dengan kebebasan kreasi inilah yang nampaknya menggelitik pemusik-pemusik manca negara untuk juga membuat komposisi musik dengan idiom dan tata gramatika Gamelan Bali gaya Kebyar. Salah satu kelompok pemusik yang tertarik dengan hal demikian adalah LOS ANGELES GUITAR QUARTET.
Source: Seasontkt
Los Angeles Guitar Quartet (LAGQ) adalah sebuah ensemble gitar terkemuka di dunia. Kelompok
ini dibentuk tahun 1980 dan bermarkas di kota Los Angeles, USA. Terdiri dari
empat pemain gitar yang juga dosen musik terkemuka di Amerika. Mereka adalah: John
Dearman (spesialis gitar akustik
berdawai 7), Andrew York (kemudian digantikan Matthew Greif), Scott
Tennan, dan William Kanengiser (kemampuan permainan gitarnya paling
menonjol). LAGQ memainkan semua genre musik. Dan dengan empat gitar
kelompok ini mampu memainkan score sebuah orkestra yang rumit dengan sempurna. LAGQ
juga pernah meraih penghargaan Grammy
Award, yang sekaligus menjadikan kelompok ini sebagai artis terkemuka dalam
blantika musik seni.
LAGQ: Scott
Tennant, William Kanengiser,
Matthew Drief, John Dearman (dari kiri)
Matthew Drief, John Dearman (dari kiri)
Dari sekian
banyak karya kelompok Los Angeles Guitar Quartet, yang kali ini dikemukakan
adalah karya musik berjudul “GONGAN”.
Gongan adalah komposisi karya William Kanengiser. Istilah “Gongan” dalam musik
gamelan merujuk pada rentang waktu bunyi gong dalam siklus periodik waktu.
Gongan menjadi menarik karena Gongan adalah komposisi musik dengan Rasa Bali Aroma Amerika.
Los Angeles Guitar Quartet "GONGAN"
Mendengarkan
Gongan serasa mendengarkan sebuah orkestra Gamelan Bali, namun dibunyikan hanya
dengan empat buah gitar akustik saja. Untuk mendapatkan efek bunyi metal dari
Gamelan Bali, LAGQ melakukan inovasi yang unik. Tiap dawai pada gitar, dijepit dengan
menggunakan penjepit dasi. Pantulan senar yang disumbat jepitan dasi, saat
dipetik menghasilkan efek bunyi metal yang sungguh bernuansa Gamelan Bali. Dalam
Gongan semua unsur dan teknik Gamelan Bali terdengar jelas: imbal-imbalan, tiruan
kotekan, bahkan sesi pembuka pun nyata menggunakan pembuka yang lazim dalam
gaya Kebyar Gamelan Bali. Yang unik adalah, meski rasa Bali amat nyata, komposisi
Gongan tetaplah disusun dengan latar budaya Musik Barat. Jelas nampak bahwa
komposisi Gongan disusun dengan konsep yang tergarap matang terlebih dahulu.Hal
ini berbeda dengan proses kreasi musik Gamelan yang senantiasa berkait dengan
spontanitas berdasar nuansa sosial yang terjadi saat itu.
Sementara
orang mungkin akan berpikir dan berujar demikian: “Ya kalaupun tahu ada musik gamelan dimainin pake gitar, trus…mo ngapain?
Apa sih untungnya kita ngedengerin musik macam begitu…?” Secara
tegas harus dikatakan SAMA SEKALI TAK
ADA UNTUNGNYA. Apalagi keuntungan materi. Sama sekali tidak ada. Musik
bukanlah semata lahan industri. Keuntungan dengan eksploitasi musik hanyalah
dilakukan oleh birokrat dan politisi yang sesaat menjadi arogan. Juga oleh para
cukong kaya yang sesaat menjadi tamak. Bagi orang “biasa,” nampaknya sudah
waktunya kita memberi porsi pada musik untuk menyuarakan kesejatian. Kesejatian
dalam mengolah rasa dalam bingkai budaya untuk sosialisasi yang lebih “sehat”.
Dalam Rasa
Bali Aroma Amerika yang diwujudkan dalam karya musik Gongan, setidaknya membawa
kita pada satu kesepahaman, bahwa Gamelan Bali adalah national heritage
sekaligus juga world heritage. Harta kekayaan bangsa dan dunia. Sebagai harta
kekayaan mestinya Gamelan Bali mampu meningkatkan dan mempertahankan kehormatan
kita dalam blantika budaya antar bangsa. Usaha ini akan mentah jika kita
senantiasa mengambil jarak terhadap Gamelan Bali dan musik tradisi kita pada
umumnya. Los Angeles Guitar Quartet dengan rasa Bali aroma Amerika mengajarkan
pada kita, sudah waktunya kita lebih berbangga dan mengedepankan perhatian dan
apresiasi kita pada musik tradisi di tanah air. Hal semacam ini lebih
bermartabat dibanding menjadikan musik hanya
sebagai alat kepentingan politik dan mesin uang dalam industri semata.
ga bisa berkata apa2...saya sangat menikmati komposisi yang mereka bawakan.
ReplyDeleteLuar biasaaa