Monday, 2 January 2023

Bulan itu Bundar - by: Michael Gunadi | Staccato, January 2023

BULAN ITU BUNDAR
By: Michael Gunadi
Staccato, January 2022


Di zaman sebelum kemerdekaan Indonesia, para perempuan akan merasa tersanjung, terbuai sampai klepek-klepek dan bisa salah tingkah jika ada yang menyebut, “Wahhh dik, wajahmu seindah bulan“. Tapi di zaman sekarang, Anda akan digampar keras-keras jika Anda memuji perempuan dengan menyamakannya dengan bulan. Mengapa? Sejak NASA menerbitkan foto wajah bulan yang ternyata bopeng-bopeng dan tidak rata, hmmmm, tentu perempuan akan marah besar jika dipersamakan dengan bulan. Yang berarti wajahnya penuh bopeng dan bergelombang tidak rata.

 

INSIPIRASI BULAN 

Anehnya, meskipun rupa bulan ternyata tidak indah, sejak dulu sudah banyak dan bahkan terlalu banyak seniman terutama komposer yang menjadikan bulan sebagai inspirasinya. Ya bisa saja karena waktu itu mereka belum tahu aslinya bulan. Namun tak semata demikian. Banyak sisi menarik dari bulan. Apalagi sinarnya. Nun lebih asoy lagi sinar bulan pada saat purnama. Mantan Gubernur RMaladi, membuat komposisi Keroncong yang sangat terkenal yakni Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Yang melukiskan kehebatan sinar bulan saat purnama, yang mampu membuat kaum miskin marjinal bisa merasakan gembira meski hanya sesaat.


Tak hanya pengarang lagu elit seperti RMaladi yang terpesona dengan bulan, terutama sinarnya. Seorang Ismail Marzuki pun terinspirasi oleh bulan. Lagu Rindu Lukisan karyanya, syairnya melukiskan bulan sebagai perlambang kasih cinta yang tak seimbang. Cinta yang bertepuk tangan sebelah. Karena perbedaan jarak yang begitu jauh dan diferensiasi berbagai hal yang juga begitu jauh dan dilukiskan bagai seekor kumbang yang merindukan bulan. Ismail Marzuki tidak sendirian. Komposer legendaris Malaysia, PRamlee juga memakai bulan sebagai gagasan lagu karangannya. P Ramlee melukiskan sosok perempuan laksana bulan yang jauh tinggi di angkasa sehingga sulit bagi orang kebanyakan untuk bisa jatuh cinta kepadanya.



Dalam ranah Musik Jazz, seorang komposer besar seperti Glenn Miller sengaja membuat komposisi Moonlight Serenade atau Serenata Terang bulan. Sebuah orkestrasi Jazz Ballad yang sungguh romantis, menawan dan sampai detik ini pun masih melagu menemani pasangan yang sedang kasmaran untuk duduk-duduk di tepi pantai sambil mengobral janji palsu seraya menatap bulan. 

 

Dalam ranah pop pun kita kenal lagu Denpasar Moon karya musisi Inggris Collin Bass dan dipopulerkan oleh penyanyi Philipina, Marybeth. Saya sendiri bingung, enyah ada apa dengan bulan di atas kota Denpasar. Ron Goodwin, Dirigen Pop Orkestra kenamaan juga mempersembahkan sebuah lagu tentang bulan dalam format Pop Orkestra yang ke Arab Araban dan sangat mirip irama Qasidah modern. Judulnya The Moon and I(bukan The Moon and me) karena kosakata aslinya dari bahasa rumpun Arab yang kata gantinya tidak dipandankan dengan me melainkan I.



INSPIRASI BULAN DALAM MUSIK KLASIK

Lalu melangkah lebih jauh menuju sinar bulan purnama, Bagaimana dengan ranah Musik Klasik? Ya ada beberapa karya komposer nan abadi tentang bulan. Dua yang terkemuka adalah CLAIR DE LUNE karya Claude Debussy dan MOONLIGHT SONATA karya Ludvig van Beethoven.

 

Clair de Lune sebenarnya bukan musik yang berdiri sendiri. Clair de Lune adalah bagian dari keseluruhan komposisi yang lebih besar yakni sebuah suite yang disebut “Suite Bergamasque”. Suite tersebut diterbitkan pada tahun 1905. Artinya ditulis pada era musik abad ke-20, yang juga disebut sebagai era modern (100 tahun yang lalu mungkin tidak terlihat modern, tetapi akan terasa sangat modern jika  dibandingkan dengan musik dari 1000 tahun yang lalu).

 

Bergamask itu sendiri, pada dasarnya adalah tarian badut yang ditarikan dengan cara kikuk. Seperti jenis tarian lebay yang akan Anda lakukan jika Anda bercanda. Yang menarik adalah  bahwa karya yang begitu lembut dan indah seperti Clair de Lune akan menjadi bagian dari kumpulan lagu tentang tarian yang canggung atau kikuk. Sebuah anomali yang memang sungguh aneh.



“Saya ingin membuat kreasi… jenis musik yang bebas dari tema atau motif… 

yang tidak ada gangguan dan tidak pernah kembali dengan sendirinya 

(sebagaimana musik era Romantik, misalnya). 

Tidak akan ada, pernyataan ulang dari tema dengan karakteristik yang sama,

 tidak ada pula 'pengisian' yang tergesa-gesa dan berlebihan.”

 

Jadi memang pada dasarnya niat Debussy, bukan untuk menulis lagu yang menarik, melainkan menorehkan sebuah pengalaman, sebuah musik yang mengatur suasana dan membawa kita melewatinya, dengan alur yang khas Debussy.

 

Sekarang kita akan melihat bagian-bagian yang berbeda, dan melakukan sedikit analisis yang sangat sederhana terhadap Clair de Lune. Meskipun tidak memiliki struktur formal, Clair de Lune dapat dibagi secara serampangan menjadi tiga bagian yang berbeda. Jadi, Clair de Lune adalah jenis musik dalam bentuk ternary, atau bentuk tiga bagian. Claude Debussy sendiri, memiliki quotes yang kira-kira berbunyi, "Musik adalah ruang di antara nada," dan kita memang dapat benar-benar merasakan maknanya hanya dengan mendengarkan intronya saja. Ada banyak ruang terbuka dan kosong di bagian pertama, yang sama menawannya seperti jika ada banyak nada cepat di bagian kedua.

 

Tanpa perlu melangkah terlalu jauh dengan jargon musik, nada nada dalam karya ini tidak pernah terasa benar-benar stabil. Nada bunyi yang tidak mapan memberi kesan saat Anda berkata, “Lagu ini ada di kunci C mayor, atau D flat mayor,” atau apapun itu. Akor tertentu memperkuat dan menekankan nada nada suatu lagu (seperti penggunaan akord tonik dan dominan). Itu terjadi dalam musik seperti misalnya musik era Romantik. Tapi apa yang dilakukan Debussy di sini adalah, bahwa ia membuat ambiguitas tonal. Kita tidak akan pernah benar-benar merasa stabil dan mapan dengan kuncinya, yaitu D flat mayor. 

 

Debussy melakukan ini dalam beberapa cara, tetapi satu cara, yang dapat kita lihat langsung dari nada pembuka, adalah bahwa meskipun Debussy mengisyaratkan akor mayor yang lazim dalam tonika Db, karena, ini uniknya, sebenarnya tidak ada nada Db yang dimainkan di mana pun, setidaknya tidak sampai nanti. Juga tidak ada akor dominan (Ab mayor dalam hal ini) yang umumnya berfungsi untuk memperkuat nada.



BEETHOVEN’S MOONLIGHT SONATA

Kita tinggalkan Claude Debussy dengan segala hiruk pikuk keunikan dan keanehan komposisinya. Berikut ini kita akan sedikit menelaah karya Beethoven yang diilhami bulan yakni Moonlight Sonata yang teramat sangat terkenal. Beethoven mendedikasikan Sonata Terang Bulan untuk kekasih dan sekaligus muridnya yang berusia 16 tahun, Giulietta Guicciardi, yang telah dia cintai saat itu. Beethoven melamarnya, tetapi ayah si gadis melarang dia menikah dengan Beethoven  karena tidak punya status sosial yang baik dan miskin.

 

Frédéric Chopin dikatakan terinspirasi untuk menulis Fantaisie-Impromtu dari Moonlight Sonata ini, sebagai penghormatan kepada Beethoven. Seorang analis musik, Enst Oster menulis, Dengan bantuan Fantaisie Impromptu kita setidaknya dapat mengenali fitur khusus dari C minor Sonata yang membakar Chopin. Kami , saat itu,benar-benar dapat menganggap Chopin sebagai guru kami saat dia menunjuk ke coda dan berkata, 'Lihat ini, ini bagus. Perhatikan contoh ini!’ Fantaisie-Impromptu mungkin satu-satunya contoh di mana seorang jenius seperti Chopin, mengungkapkan kepada kita, tak hanya melalui komposisinya sendiri, melainkan apa yang sebenarnya dia dengar dalam karya Komposer jenius yang lain.

 

Judul sonata "Moonlight" terdengar seperti sonata yang agak romantis, dan orang-orang berspekulasi bahwa itu dimaksudkan sebagai semacam lagu cinta untuk seseorang. 

 

Sepanjang gerakan musik didominasi oleh ostinato ritmis, yakni pola triplet Beethoven yang berlanjut tanpa henti di seluruh bagian. Hal ini memberikan perasaan “bergulir” pada karya tersebut. Bagi yang paham “budaya” Musik Klasik, rasanya seolah-olah bergoyang ke depan dan ke belakang. Melodi dari gerakan ini sangat cepat berlalu, menciptakan perasaan secercah cahaya yang bersinar melalui nada-nada rendah yang gelap gulita. Melodi itu praktis memberi kesan berkilau.

 

Moonlight Sonata tak hanya bercerita tentang sinar bulan yang mengispirasi dan menyemburatkan kejeniusan seorang Beethoven. Banyak fakta menarik seputar karya ini. Moonlight Sonata Beethoven yang terkenal ini, diterbitkan pada tahun 1801 sebagai Sonata Op. 27 No 2. Moonlight Sonata ("Mondscheinsonate" dalam bahasa Jerman), nama yang menarik ini, diberikan oleh penyair Ludwig Rellstab 30 tahun kemudian yakni di tahun 1830-an. 

 

Ia mengibaratkan gerakan pertama seperti perahu yang mengapung di danau Lucerne, di Swiss. Menurut Musikolog Edwin Fischer, di sebuah perpustakaan di Wina ia menemukan catatan yang ditulis oleh Beethoven, yang mendukung teori bahwa gerakan pertama terinspirasi oleh adegan pembunuhan Mozart dalam Opera Don Giovanni. Jika demikian, dan jika memang ada catatan demikian, gerakan pertama, yang berayun bergoyang, malahan sebetulnya adalah adegan kematian.

 

Beethoven pribadi menyebutnya sebagai Sonata quasi una fantasia. Artinya: sonata dengan cara sajian  berupa fantasi. Sonata piano ini memiliki atmosfir yang unik, sesuatu yang belum pernah terdengar sebelumnya. Yakni nada nada yang menimbulkan suasana hati yang memesona dan sekaligus juga patah hati pada saat yang bersamaan.

 

Fakta menarik lainnya adalah bahwa Beethoven sendiri menyarankan untuk memainkan seluruh gerakan pertama dengan pedal penopang ke bawah, sehingga harmoni dapat tumpang tindih, memudar satu sama lain: “Si deve suonare tutto questo pezzo delicatissimamente e Senza Sordino”. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh piano modern. Dan tentu, Credo beethoven untuk saat ini diserahkan pada interpretasi pemain. Kebanyakan pianis akan setuju bahwa pada piano masa kini, pedalling yang benar adalah mendorongnya ke pedal ketiga.Fakta lainnya, menurut Komposer akbar Hector Berlioz, gerakan adagio {pertama} adalah salah satu puisi yang tidak dapat dikualifikasikan oleh bahasa manusia.

 

Claude Debussy, Ludwig van Beethoven, para komposer Musik keroncong, Jazz dan Pop, memang terinspirasi oleh Bulan. Ragam corak wujudnya bermacam macam. Namun satu yang pasti. Bulan itu Bundar. Yang berarti bulan seperti lingkaran bundar yang terus menerus menghadirkan metamofosa relung hidup manusia.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.