Saturday 30 March 2013

Artikel @ Audio Pro Maret 2013


TIPS SEPUTAR HOME RECORDING
 Artikel Audio Pro, Maret 2013
oleh: Michael Gunadi Widjaja


Home recording sekarang ini sepertinya sudah tak dapat dipisahkan dari gaya hidup sekaligus keberadaan para pemusik.Dengan home recording berbagai ide musical dapat diramu,diolah dan sekaligus disajikan.Bukan saja sebagai keperluan dokumentasi,melainkan dapat juga berbicara dan bersaing di pasar industry music.Banyak hasil rerkaman home recording yang mampu menjuadi lahan kehidupan yang menjanjikan bagi para pemusik.

Menjadi menarik untuk sejenak mencermati Home Recording.Ditinjau dari efisiensi penggunaan piranti,sekaligus mencoba sedikit mengevaluasi,jika kita telah memiliki home recording sendiri.Tak ada ruginya mengingat kembali,bahwa pijakan utama kita saat membangun home recording adalah BUDGET.Sebuah home recording dapat terbangun dengan biaya sangat minimal,sekaligus juga memakan biaya yang begitu besar hingga tak terhitung.Untuk itulah,pijakan pertama kita seyogyanya adalah BUDGET dan tetap kukuh untuk berpegang pada budget kita.

Budget yang telah kita tetapkan dan kita usahakan agar tak banyak bergeser,mengandung konsekuensi.Yakni kita harus membuat SKALA PRIORITAS.Misalkan kita ingin membangun home recording dengan jalur vocal sebagai unggulan,prioritas kita tentulah pada anggaran piranti vocal yang lebih utama.Sedangkan jika home recording kita ingin difokuskan pada mixing ataupun mastering tentu piranti mixing (bukan hanya mixer) yang akan kita prioritaskan.Prioritas dalam artian mendapat pos anggaran yang paling besar.

Hal berikutnya yang perlu mendapat perhatian extra adalah,SENANTIASA TANGGAP DAN KRITIS TERHADAP IKLAN.Sebuah microphone yang diiklankan sebagai sangat superior,belum tentu pas dan cocok dengan kebutuhan kita.Adalah baik jika senantiasa diingat bahwa Home Recording adalah sebuah system.Misal microphone kita sangat mahal,namun piranti lainnya tidak match dengan microphone tersebut,hasilnya juga akan tersia-sia.

Sekarang misalnya kita telah menset budget dan sudah punya gambaran piranti apa saja yang akan kita beli.Kita masih harus mengatur mindset kita.Bahwa home recording adalah sebuah sisterm.Dan dalam system yang demikian,peranan perasngkat lunak,yakni sumber daya manusia,sangatlah mutlak.Senantiasa cermati kemampuan kita.Serta terus berusaha untuk mengembangkan teknik recording kita.Dalam keadaan nyata,sebuah produksi rekaman yang luar biasa,hadir bukan karena kecanggihan piranti.Melainkan karena ketrampilan dan teknis sound engineering nya.Tentu,pengalaman juga merupakan hal penting.Tidak aka nada gunanya,jika kita membeli satu set perlengkapan home recording super canggih,namun teknik dan ketrampilan kita hanya sebatas operator sound untuk khitanan belaka.


Berikut ini kita akan menelisik lebih dalam,elemen-elemen utama di dalam home recording:

Vocal yang layak
Banyak orang yang menginginkan hasil vocal yang “tebal” sebagai hasil dari olahan home recordingnya.Hal ini dapat5 dicapai bukan semata karena microphone yang sangat bagus,melainkan juga teknik yang mumpuni.Intinya adalah mengatur overdub,atau menumpuk track vocal,sembari melakukan pengaturan pada kadar reverb.Tentu kadar reverb di sini adalah sebuah “ruang maya” hasil rekaan DSP berupa aliran sinyal digital.

Tips yang sederhana adalah : Take lead vocal terlebih dahulu.hasilnya harus diolah agar setidaknya mendekati keinginan kita.Setelah itu,take vocal kembali.Namun kali ini dicoba dengan berdiri sekitar 3 feet dari mic,disbanding posisi semula.Take kedua digabung atau overdub dengan take vocal pertama.Setelah itu baru diatur parameter simulasi,dalam hal ini reverb,pada DSP.Bisa juga ditambahkan sedikit delay.Tapi ini hanya penebal dan pemanis belaka.Berapa itu besar tambahannya,tergantung sumber vocal dan sekali lagi teknik dan pengalaman kita.

Merekam Gitar Elektrik dengan Home Recording
Sudah menjadi rahasia umum,bahwa bunyi gitar listrik,paling ideal adalah dengan miking pada speker amplifier nya.Banyak pemilik home recording yang meletakkan mic berharga sangat mahal untuk miking ke speaker dan amplifier yang juga sangat mahal.Namun hasilnya tetap mengecewakan.Inti masalahnya terletak pada sudut miking.Mic dan cone pada speaker ampli,sebetulnya membentuk sebuah sumbu atau axis.Derajat sudut axis inilah yang sebetulnya menjadi focus utama.tentu dengan trial dan error.Intinya,sudut ini harus tetap diperhitungkan bersama dengan karakter mic dan bahan dari cone speaker juga karakteristik ampli nya.Mic condenser misalnya.akan lebih cenderung menangkap frekuensi-frekuensi dalam ruang nya dibandingkan frekuensi yang langsung dari bunyi speaker.Jadi jika “terlalu jauh”,maka condenser mic malahan akan membuat tangkapan bunyi yang tidak detail.Banyak para sound engineering menempatkan mic condenser sebagai back up bagi dynamic microphone.

Persoalan akan menjadi lebih rumit lagi,jika gitar listriknya menggunakan DI box kemudian dihubungkan dengan aneka guitar gig rig.Jika ini yang dihadapi home recording kita,kita bisa mencari penyesuaian akustik ruang studio kita.Betapapun sempurna tata akustik studio kita,lokus-lokus dalam ruang nya tidak akan mungkin merespon bunyi dengan perilaku yang sama.Jadi kita bisa bereksperimen untuk terlebih dahulu meletakkan ampli dan speaker pada daerah ruangan yang merespon bunyi mendekati keinginan kita.

Hybrid Studio
Bentuk home recording bisa saja sebuah hybrid studio.Yaitu menggunakan dua system kerja piranti.Digital dan analog.Jadi sebagai pengolah utamanya adalah sebuah DAW (digital Audio Workstation) dengan tambahan piranti yang bersistem analog.Hybrid studio dibuat orang karena ada rasa,yang sekian persennya adalah subyektif,bahwa bunyi olahan digital kurang hangat disbanding olahan analog.Pendapat ini tentu sah-sah saja adanya.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.