TIPS SEPUTAR HOME
RECORDING
Artikel Audio Pro, Maret 2013
oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Audio Pro, Maret 2013
oleh: Michael Gunadi Widjaja
Home recording sekarang ini sepertinya sudah tak dapat dipisahkan dari gaya hidup sekaligus keberadaan para pemusik.Dengan home recording berbagai ide musical dapat diramu,diolah dan sekaligus disajikan.Bukan saja sebagai keperluan dokumentasi,melainkan dapat juga berbicara dan bersaing di pasar industry music.Banyak hasil rerkaman home recording yang mampu menjuadi lahan kehidupan yang menjanjikan bagi para pemusik.
Menjadi
menarik untuk sejenak mencermati Home Recording.Ditinjau dari efisiensi
penggunaan piranti,sekaligus mencoba sedikit mengevaluasi,jika kita telah
memiliki home recording sendiri.Tak ada ruginya mengingat kembali,bahwa pijakan
utama kita saat membangun home recording adalah BUDGET.Sebuah home recording
dapat terbangun dengan biaya sangat minimal,sekaligus juga memakan biaya yang begitu
besar hingga tak terhitung.Untuk itulah,pijakan pertama kita seyogyanya adalah
BUDGET dan tetap kukuh untuk berpegang pada budget kita.
Budget yang
telah kita tetapkan dan kita usahakan agar tak banyak bergeser,mengandung
konsekuensi.Yakni kita harus membuat SKALA PRIORITAS.Misalkan kita ingin
membangun home recording dengan jalur vocal sebagai unggulan,prioritas kita
tentulah pada anggaran piranti vocal yang lebih utama.Sedangkan jika home
recording kita ingin difokuskan pada mixing ataupun mastering tentu piranti
mixing (bukan hanya mixer) yang akan kita prioritaskan.Prioritas dalam artian
mendapat pos anggaran yang paling besar.
Hal berikutnya
yang perlu mendapat perhatian extra adalah,SENANTIASA TANGGAP DAN KRITIS
TERHADAP IKLAN.Sebuah microphone yang diiklankan sebagai sangat superior,belum
tentu pas dan cocok dengan kebutuhan kita.Adalah baik jika senantiasa diingat
bahwa Home Recording adalah sebuah system.Misal microphone kita sangat
mahal,namun piranti lainnya tidak match dengan microphone tersebut,hasilnya
juga akan tersia-sia.
Sekarang
misalnya kita telah menset budget dan sudah punya gambaran piranti apa saja
yang akan kita beli.Kita masih harus mengatur mindset kita.Bahwa home recording
adalah sebuah sisterm.Dan dalam system yang demikian,peranan perasngkat
lunak,yakni sumber daya manusia,sangatlah mutlak.Senantiasa cermati kemampuan
kita.Serta terus berusaha untuk mengembangkan teknik recording kita.Dalam
keadaan nyata,sebuah produksi rekaman yang luar biasa,hadir bukan karena
kecanggihan piranti.Melainkan karena ketrampilan dan teknis sound engineering
nya.Tentu,pengalaman juga merupakan hal penting.Tidak aka nada gunanya,jika
kita membeli satu set perlengkapan home recording super canggih,namun teknik
dan ketrampilan kita hanya sebatas operator sound untuk khitanan belaka.
Berikut ini
kita akan menelisik lebih dalam,elemen-elemen utama di dalam home recording:
Vocal yang layak
Banyak orang
yang menginginkan hasil vocal yang “tebal” sebagai hasil dari olahan home
recordingnya.Hal ini dapat5 dicapai bukan semata karena microphone yang sangat
bagus,melainkan juga teknik yang mumpuni.Intinya adalah mengatur overdub,atau
menumpuk track vocal,sembari melakukan pengaturan pada kadar reverb.Tentu kadar
reverb di sini adalah sebuah “ruang maya” hasil rekaan DSP berupa aliran sinyal
digital.
Tips yang
sederhana adalah : Take lead vocal terlebih dahulu.hasilnya harus diolah agar
setidaknya mendekati keinginan kita.Setelah itu,take vocal kembali.Namun kali
ini dicoba dengan berdiri sekitar 3 feet dari mic,disbanding posisi semula.Take
kedua digabung atau overdub dengan take vocal pertama.Setelah itu baru diatur
parameter simulasi,dalam hal ini reverb,pada DSP.Bisa juga ditambahkan sedikit
delay.Tapi ini hanya penebal dan pemanis belaka.Berapa itu besar tambahannya,tergantung
sumber vocal dan sekali lagi teknik dan pengalaman kita.
Merekam Gitar Elektrik dengan Home
Recording
Sudah menjadi
rahasia umum,bahwa bunyi gitar listrik,paling ideal adalah dengan miking pada
speker amplifier nya.Banyak pemilik home recording yang meletakkan mic berharga
sangat mahal untuk miking ke speaker dan amplifier yang juga sangat mahal.Namun
hasilnya tetap mengecewakan.Inti masalahnya terletak pada sudut miking.Mic dan
cone pada speaker ampli,sebetulnya membentuk sebuah sumbu atau axis.Derajat
sudut axis inilah yang sebetulnya menjadi focus utama.tentu dengan trial dan
error.Intinya,sudut ini harus tetap diperhitungkan bersama dengan karakter mic
dan bahan dari cone speaker juga karakteristik ampli nya.Mic condenser
misalnya.akan lebih cenderung menangkap frekuensi-frekuensi dalam ruang nya
dibandingkan frekuensi yang langsung dari bunyi speaker.Jadi jika “terlalu
jauh”,maka condenser mic malahan akan membuat tangkapan bunyi yang tidak
detail.Banyak para sound engineering menempatkan mic condenser sebagai back up
bagi dynamic microphone.
Persoalan akan
menjadi lebih rumit lagi,jika gitar listriknya menggunakan DI box kemudian
dihubungkan dengan aneka guitar gig rig.Jika ini yang dihadapi home recording
kita,kita bisa mencari penyesuaian akustik ruang studio kita.Betapapun sempurna
tata akustik studio kita,lokus-lokus dalam ruang nya tidak akan mungkin
merespon bunyi dengan perilaku yang sama.Jadi kita bisa bereksperimen untuk
terlebih dahulu meletakkan ampli dan speaker pada daerah ruangan yang merespon
bunyi mendekati keinginan kita.
Hybrid Studio
Bentuk home
recording bisa saja sebuah hybrid studio.Yaitu menggunakan dua system kerja
piranti.Digital dan analog.Jadi sebagai pengolah utamanya adalah sebuah DAW
(digital Audio Workstation) dengan tambahan piranti yang bersistem analog.Hybrid
studio dibuat orang karena ada rasa,yang sekian persennya adalah
subyektif,bahwa bunyi olahan digital kurang hangat disbanding olahan
analog.Pendapat ini tentu sah-sah saja adanya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.