GELOMBANG
Artikel kali ini adalah tentang “GELOMBANG”, yakni fisika bunyi. Eitsssss…. Kok langsung mrengut gitu sich? Don’t worry. Keep on reading. Enjoy your stuff and keep reading! Pembahasannya diupayakan akan sangat sederhana, seperti kindergarten, gampang dimengerti dan yang jelas gak bikin kepala Anda nyut nyutan. Baik, kita mulai yach.
Jika Anda ditanya, apa sih sebetulnya yang membedakan bunyi biolin dengan trumpet. Bunyi piano dengan gitar. Bunyi cello dengan klarinet. Sebagian dari Anda pasti akan langsung berpikir. Ini Mas nya sudah kelamaan social distancing jadi stress nih. Ya jelas beda lah bunyinya. Lha bentuknya saja beda. Sumber penghasil bunyinya beda. Biolin digesek. Piano dipukul, ups ditekan. Gitar dipetik. Klarinet, Trumpet ditiup. Ok ok ok…. Ya deh… yaaaaa….
TIMBRE
Sekarang jika keadaannya, misalnya seperti ini: Kok piano si A dan si B merk sama bunyinya beda ya. Yang A punya lebih renyah gitu lho (emangnya krupuk?!..Prrrrt ). Atau kok gitar si Austin bunyinya lebih tebal dari gitarnya Pungki ya, padahal merk dan tipe nya sama. Jadi apa yang menyebabkan telinga dan otak kita mengenali karakter bunyi yang berbeda-beda? Jawabannya adalah TIMBRE atau warna bunyi.
Timbre membedakan setiap instrumen musik yang memiliki merk yang sama dan tipe yang sama. Hal ini merupakan ciri dari sebuah instrumen musik dibanding instrumen yang lain. Pengetahuan tentang hal ini sangat penting jika Anda akan mengorkestrasi musik. Karena Anda harus tahu karakter bunyi tiap instrumen dan sangat penting jika nanti Anda akan melakukan transkripsi. Misalnya dari Cello ke Gitar Klasik.
Istilah Timbre sebetulnya sangat subyektif dan sulit dijelaskan dengan kata. Orang paling hanya lazim menyebut bahwa bunyi biolin lebih tajam (hehehe emangnya pisau ya) dibanding bunyi flute. Atau vokal si Tom waaah lebih tebal dan berat dibanding vokal Andi. Pertanyaannya adalah: peristiwa apakah yang mengakibatkan perbedaan itu. Saatnya kita membuka sedikit baju OVERTONE.
Gambar adalah spectrum gelombang bunyi dari Biolin dan flute. Biolin dan flute sama sama memainkan nada G5. Nada nya sama, kekerasannya pun nyaris setara, namun coba lihat gambaran spektrum gelombang nya. Woooow, yang biolin ternyata diikuti oleh banyak gelombang berpuncak. Sementara yang flute, gelombang berpuncaknya lebih sedikit.
Naaaaahhh gelombang berpuncak itulah yang disebut OVERTONE dan overtone inilah yang menentukan timbre tiap alat musik. Melihat gambar tersebut, Anda yang berpikiran dan bersikap kritis, tentu akan langsung berteriak: Lhooo Mas nya nih gimana sih. Kan nada yang dibunyiin tuh satu doang. Lha kok bisa jadi ada banyak gelombang runcing runcing giciu sich ….ok tenaaaang. Kaleeeeem. Mari lihat gambar berikut supaya lebih terang benderang.
OVERTONE
Pada kenyataannya, saat sebuah instrumen musik membunyikan sebuah nada, yang terjadi adalah tidak pernah hanya satu frekuensi tunggal. Melainkan sebuah campur padu atau mixture dari beberapa frekuensi yang berbeda. Secara fisika, mixture frekuensi ini berupa bilangan bulat yang merupakan kelipatan frekuensi utamanya. Frekuensi yang terendah (sesuai nada yang dibunyikan) disebut Frekuensi Dasar atau Fundamental Frequency. Dan frekuensi-frekuensi kelipatannya disebut OVERTONE atau Frekuensi harmonik.
Saat kita mendengar sebuah nada dengan pitch sesuai frekuensi dasar, overtone nya lah yang memberi warna dan tekstur dari nada tersebut. Dan bukan frekuensi utama dari si nada. Kekuatan tiap overtone atau harmonik menjadi faktor penting yang membuat kita bisa mengenali kekhasan bunyi sebuah instrumen.
Semakin banyak frekuensi harmonic atau overtone pada area berfrekuensi tinggi (lihat gambar biolin dan flute) maka bunyi instrumen tersebut lebih bright. Dari gambar biolin dan flute nampak jelas bahwa biolin, memiliki lebih banyak overtone pada area frekuensi tinggi dibanding flute. Karakter timbre biolin yang bright inilah yang menjadikan biolin hampir selalu mendapat peran utama dalam orkestra. Sementara flute, dalam orkestra, karena kurang bright, diperuntukkan bagi frase yang mellow.
Gambar seri overtone, akan semakin mudah kita pahami dengan mengambil contoh alat musik CELLO. Kenapa kok contohnya cello? Karena begini: Tuning pada cello itu C G D A. Perhatikan gambar seri overtone. Setelah frekuensi dasar, octafnya, interval 5, kemudian interval 4. Jadi jika anda menggesek senar G pada cello, perhatikan bahwa senar D dan senar A ikut bergetar.
Ini sesuai dengan gambar seri frekuensi bahwa overtone setelah frekuensi dasar adalah interval 5 kemudian interval 4. G – D itu fifth interval. Dan D ke A juga fifth interval. Dengan pemahaman tersebut, menjadi jelas bahwa instrumen Lute, dengan jumlah senar lebih banyak, jelas memiliki timbre yang lebih kaya dibanding gitar klasik yang hanya 6 senar. Karena dengan senar yang lebih banyak maka overtone nya menjadi lebih banyak dan timbre nya akan richness.
Selain banyaknya senar, bahan kayu body dan konstruksi body instrumen juga turut menghasilkan overtone. Tentu sekarang anda menjadi mengerti, mengapa piano Steinway bisa berharga milyaran. Karena material body dan rancang body nya turut memberi overtone yang membuat karakter bunyinya menjadi benar-benar kaya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.