Thursday, 5 September 2019

JAS MERAH - by: Michael Gunadi | Staccato, September 2019

“JAS MERAH”
by: Michael Gunadi
(Staccato, September 2019)


SEJARAH DAN JAS MERAH
Jas Merah? Lho, gimana sih? Pertunjukan musik tuh jas nya selalu hitam. Kok ini jas nya merah sih? Mungkin itulah yang segera melintas dibenak pembaca manakala seketika membaca judul artikel ini. Tentu saja artikel ini jelas bukan akan mengedepankan soal warna jas dalam pertunjukan musik. Malahan sebetulnya, artikel ini akan bicara tentang SEJARAH. Ya. Sejarah. Terus apa hubungannya sejarah musik dengan jas merah?

Dalam salah satu kesempatan, Presiden Soekarno memberi judul pidatonya sebagai JAS MERAH. JAS MERAH ini rupanya adalah singkatan. JAngan Sekali kali MElupakan sejaRAH. Apa yang dikatakan Bung Karno memang sudah selayaknya kita teladani. Dan nampaknya kembali menjadi kekinian jika kita pertautkan dengan perjuangan bangsa kita menuju masa depan.


Memang, tabu sebetulnya untuk melupakan sejarah. Sejarah apapun. Sains dan Seni. Politik dan Sosial. Bahkan doktrin dan perintah militer pun sering dan acap bertolak dan bertumpu dari sejarah. Dengan demikian, logikanya, tabu juga bagi pemusik dan siapa saja yang cinta musik, untuk melupakan sejarah musik. 



MUSIC HISTORY VS HISTORY OF MUSIC
Sejarah musik ini dalam nomenklature internasional disebut sebagai MUSIC HISTORY. Dan, mohon berhati hati dan bedakan dengan THE HISTORY OF MUSIC. Apa bedanya sih. The History of Music membahas detail seputar perkembangan musik dari semua genre. Yang menjadi lingkup bahasannya adalah peristiwa peristiwa musik, yang dirasa penting dan besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. 

The History of Music mengedepankan: Oh tahun sekian itu ada pentas luar biasa yang namanya WOODSTOCK Festival. Hasilnya adalah generasi bunga dengan slogan FREEDOM TO BE FREE. Yang saking bebasnya, ok ok dan boleh saja ke supermarket dengan telanjang bulat bugil. Music History, membahas detail napak tilas musik sebagai sebuah seni bunyi. Bukan hanya peristiwa dan pengaruhnya. Melainkan juga  contoh dan analisa. Inilah yang menjadi bahasan artikel ini.



ESENSI SEJARAH MUSIK
Belajar sejarah itu sebetulnya bukan soal menghapal tahun peristiwa. Sama sekali bukan itu esensinya. Sejarah Musik pun bukan hapalan tahun. Bukan hapalan komposer ini karya nya apa saja. Tahun berapa, perdana main dimana. Bukan itu. Sejarah adalah catatan napak tilas. Sebagai acuan dan tumpuan, siapapun dan apapun, untuk bisa bergerak ke masa depan. Tanpa sejarah, kita tidak memiliki panduan. Akan apa yang telah dicapai. Apa kesalahan yang telah dibuat dan diperbuat. Bagaimana menganalisa kekurangan dan kesalahan. Semuanya adalah bekal sekaligus tumpuan yang sangat berharga. 

IKLIM POLITIK DALAM SEJARAH MUSIK
Tidak seperti ilmu politik dan sejarah bangsa bangsa pada umumnya. Sejarah Musik adalah subyek yang paling jujur. Sejarah politik tentu sangat bergantung pada iklim politik. Sejarah suatu bangsa sangat dapat dipelesetkan. Bergantung pada siapa yang sedang berkuasa. Itulah kenapa timbul sebuah anekdot ungkapan. HISTORY BECOME HIS STORY

Musik, semestinya tidak pernah akan berpihak dan terkooptasi oleh berbagai kepentingan. Apapun itu. Musik senantiasa membahasakan dirinya sendiri. Karena terbebas dari kepentingan, dan memang juga tidak secara langsung dirasakan kepentingannya, Sejarah Musik dapat menjadi subyek YANG PALING JUJUR.


MUSIK ERA PRASEJARAH
Mengawali belajar Sejarah Musik, mestinya bertolak dari sebuah kenyataan. Bahwa musik telah hadir sebagai ekspresi jiwa dan hasrat manusia sejak 50.000 tahun silam. Bahkan pada Era Prasejarah, musik telah hadir dalam jejak langkah mula mula umat manusia. Lukisan dinding gua purba, sudah menggambarkan adanya alat musik di Era Prasejarah.

Dalam dinding gua purba, ternyata juga sudah terdapat notasi musik. Kala itu, notasi musik masih dianggap seperti bahasa tutur sehingga penotasiannya menggunakan tulisan Hiroglif khas Mesir purba.



Sekilas nampak bahwa gambar tersebut lebih menyerupai naskah kuno. Namun penelitian arkeologis, mampu menterjemahkan bahwa tulisan tersebut bukanlah naskah bahasa tulis, melainkan notasi musik dari melodi primitif.

Sejarah memberitahu pada kita. Bahwa musik sebagai seni bunyi untuk mengungkap rasa dan hasrat sebagai pengejawantahan jiwa, memiliki usia yang nyaris setua keberadaan manusia itu sendiri. Jika demikian, persoalannya menjadi: Jika memang musik sudah hampir setua peradaban manusia, mengapa ada sebagian kalangan yang melarang untuk mendengarkan dan menikmati musik. Apakah kemudian memang terjadi clashes antara faith and culture. Bagaimana Sejarah Musik menjawab pertanyaan tersebut?


PERGESERAN MAKNA DAN FUNGSI MUSIK
Dalam napak tilasnya, musik memang mengalami berbagai perubahan makna dan fungsi. Sejarah mencatat semua itu. Dari awal sebagai sarana untuk memuji pada Yang Ilahi, berubah menjadi sekular dan bahan hiburan semata. Itu yang tercatat dan dikatakan sejarah. Sampai pada batas dan titik ini, menjadi wajar apabila ada sementara kalangan yang menganggap musik dapat membahayakan keimanan, karena dapat menjadi bersifat melenakan. Terhadap faham yang demikian, kita tetap menghormati. 

Manusia memiliki kepercayaan dan manifestasi kepercayaannya sendiri. Yang terpenting adalah, bahwa baik kalangan yang melarang musik maupun yang cinta musik, tidak saling memaksakan. Biarlah keduanya hadir sebagai warna kehidupan itu sendiri. Dalam harmoninya, yang jelas tak mungkin akan seragam.

Peristiwa semacam itu hanyalah salah satu contoh saja. Tentang bagaimana Sejarah Musik mampu menjawab dengan mengajukan rangkaian fakta. Selain hal kontroversial semacam musik dan keimanan, Sejarah Musik juga memaparkan detail tentang apa yang sudah dicapai dalam perkembangan musik. Misalnya tentang hubungan musik dengan matematika. Seperti konsep serialisme oleh Olivier MessiaenArnold Schoenberg dengan konsepsi material musik yang revolusioner. Juga bagaimana seorang Bach mampu membuat kreasi dalam tata aturan yang begitu ketat. Beethoven yang membuat seri Simfoni akbar yang mencengangkan. Debussy dengan mengolah impresi impresi. Serta tentu saja Chopin dan Franz Liszt, disamping maestro setan seperti Paganini.



UNTUK APA MUSISI BELAJAR SEJARAH MUSIK?
Ada pertanyaan klise seputar Sejarah Musik. Untuk apa di akademi dan sekolah tinggi serta Konservatori musik diajarkan Sejarah Musik. Mengapa tak hanya melulu soal teori materi musikal dan teknik performansi saja. Mengapa harus ada Sejarah Musik? Tidak cukupkah bila hanya memapar peristiwa seperti dalam The History of Music? Jawabannya tentu saja tidak cukup. Sejarah Musik mutlak penting bagi pemusik.

DR. David Gonzol memberikan opini yang bagus tentang arti penting mempelajari Sejarah Musik. Opininya begini: seorang pemusik, hanya dapat memainkan satu not dengan baik dan benar penuh rasa, hanya jika ia memiliki pengertian yang penuh dan utuh. Pengertian macam apa maksudnya? Pengertian tentang konsep dan konteks not tersebut. Kapan ia dibuat. Dalam lingkup budaya apa. Bagaimana situasinya saat itu. Bagaimana ia harus dibunyikan. Bagaimana ia harus berbunyi bersama dengan not lainnya. 

Semua itu hanya bisa didapat jawabannya dalam Sejarah Musik. Tanpa pengetahuan Sejarah Musik yang memadahi, sebetulnya, seorang pemusik tak lebih dari seekor burung beo yang hanya dapat membeo alias menjiplak permainan dan pendekatan musikal dari pemusik lainnya, tanpa tahu dan paham apapun.


SEJARAH MUSIK BAGI MUSIK NON BARAT
Sejarah Musik memegang peranan sangat penting bagi kemampuan bermusik. Sayangnya, Sejarah Musik adalah disiplin ilmu yang terkhususkan bagi Musik Barat (Western Music). Bangsa Asia, Timur Tengah tidak menyusun sejarah napak tilas budaya musiknya serapih dan sistematis sebagaimana musik Eropa. 

Hal ini bisa dimaklumi. Asia, Timur Tengah, Afrika, mendasari musik dengan tradisi non literer. Budaya tutur sangat mendominasi. Akibatnya, tak banyak bahkan langka terdapat konsep maupun catatan tentang Sejarah Musik. Perkembangan musik akan terus melaju. Seperti halnya waktu, perkembangan musik akan terus bergulir meski bisa saja musik seperti sekarang ini. Bangkrut dan digemari dalam bentuk sajian yang tak pernah terbersit sebelumnya.

Perlu terus dikaji ulang. Apakah Musik Tradisi Non Barat perlu membenahi diri dengan dokumentasi dan catatan catatan. Untuk sekedar bisa terus mempertahankan diri agar tak lekang dan lapuk digerus jaman.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.